Tuesday, March 20, 2012

KELUARAN 15:22-27


KELUARAN 15:22-27
SEBUAH RENCANA MANIS; RENCANA DAMAI SEJAHTERA

Sehabis gelap, terbitlah terang. Sehabis hujan, tampak pelangi. Inilah ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut manusia berkaitan dengan harapan datangnya sebuah kebahagiaan setelah kesedihan yang dialami. Ungkapan-ungkapan yang ada benarnya; tangisan pasti berlalu, digantikan senyuman dan tawa. Kesusahan tentu ada akhirnya; digantikan dengan kebahagiaan. Pergumulan dan tantangan kehidupan akan berganti dengan kelepasan. Namun, realita kehidupan ini berlaku juga sebaliknya, kebahagiaan kehidupan juga hanya bersifat sementara; kemudian berganti dengan pergumulan dan tantangan yang lain. Jadi, kehidupan manusia ibarat roda yang berputar. Ada kelepasan, ada pergumulan dan tantangan. Keduanya datang silih berganti dan berlangsung terus menerus dalam perjalanan kehidupan manusia di dalam dunia. Sehabis pergumulan dan tantangan, pasti ada kelepasan. Namun, akan kembali datang menghampiri pergumulan dan tantangan kehidupan yang lain. Mengapa realita kehidupan seperti ini? jawabannya, karena kita berkarya dalam dunia yang terus berputar.
Kehidupan bangsa Israel dapat kita jadikan contoh; Setelah lama menjadi budak di tanah Mesir, oleh kasih sayang Allah bangsa Israel mendapatkan kelepasan. Bangsa Israel memperoleh kelegaan. Namun, setelah mendapatkan kelegaan, bangsa Israel kembali harus diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan yang baru, yaitu: berjuang hidup melewati padang gurun yang tandus. Ini juga yang terjadi dalam bagian bacaan kita ini. kesaksian keluaran 15:22-27, setelah tiga hari mengembara di padang gurun, kesulitan air, bangsa Israel kemudian mendapatkan tempat berteduh, di Mara. Namun ternyata air di Mara tidak dapat diminum, bangsa Israel pun bersungut-sungut. Allah menolong sehingga air yang pahit menjadi manis. Kelepasan diperoleh bangsa Israel. Akhirnya ketika keluar dari Mara, bangsa Israel dituntun Allah menuju Elim, yang digambarkan sebagai daerah yang sangat indah dan subur; “disana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma”. Pergumulan bangsa Israel ketika mengembara di padang gurun bermuara pada kelepasan ketika mereka berada di Elim. Namun kelepasan yang dialami oleh bangsa Israel ketika berada di Elim juga hanya berlaku sementara. Ketika mereka melanjutkan pengembaraan mereka di padang gurun, pergumulan dan tantangan kembali mereka alami. Bahkan bangsa Israel kembali mengeluh dan bersungut-sungut. Tidak percaya? Coba baca pasal-pasal setelah pasal 15 ini.
Dari sini kita dapat belajar bahwa pergumulan dan tantangan kehidupan adalah sebuah kepastian dan datang silih berganti sepanjang kehidupan kita di dalam dunia. Opa bijak sering berkata; “selama kita masih hidup dan berkarya di dalam dunia, pergumulan dan tantangan kehidupan akan terus datang menghampiri kita. Tapi. Pergumulan dan tantangan kehidupan yang kita alami pasti dapat kita lalui karena Allah selalu menyertai kita”. 
Perjalanan bangsa Israel di padang gurun, bisa jadi merupakan cerminan perjalanan kehidupan kita di dalam dunia. Dalam kehidupan kita; masalah, tantangan, pergumulan, menjadi bagian kehidupan kita. Namun seolah-olah semua masalah, tantangan, pergumulan itu hanyalah sebuah persinggahan sementara yang nantinya akan digantikan dengan kebahagiaan. Hal ini juga berlaku pada kebahagiaan; Senyuman bahagia karena promosi jabatan, mendapatkan pekerjaan, lulus sekolah, atau kelulusan dalam kuliah hanyalah menjadi kebahagiaan yang sementara. Saya berikan sebuah contoh. Kebahagiaan karena lulus kuliah, ternyata menjadi awal pergumulan dan tantangan manusia untuk mengejar kehidupan yang lebih baik. Satu contoh lagi, kebahagiaan karena mendapatkan pekerjaan adalah awal pergumulan dan tantangan manusia untuk bekerja dengan giat. Ternyata kebahagiaan juga bisa kita Ibaratkan sebagai “Halte Bus”. Kebahagiaan hanyalah sebuah perhentian sementara sebelum kita menghadapi masalah, pergumulan dan tantangan kehidupan yang lain.
Obor, ers. Kesedihan dan kebahagian datang silih berganti. Kegagalan dan kesuksesan menjadi tamu dalam kehidupan. Pergumulan dan kebahagiaan adalah kepastian. Semoga realita kehidupan ini menyadarkan kita akan kemanusian kita, dan kemahakuasaan Allah. Semoga realita ini mendorong kita untuk lebih dekat kepada-Nya dan terus bergantung kepada-Nya sambil terus berusaha melakukan yang terbaik guna masa depan yang cemerlang.
Akhirnya. Memang, pergumulan dan kebahagiaan datang silih berganti dalam perjalanan kehidupan kita di dalam dunia. inilah realita kehidupan. Namun, sebagai orang percaya, saya memiliki keyakinan bahwa Allah yang kita sembah pasti memiliki rencana indah bagi kita umat ciptaan-Nya yang ditempatkan-Nya di dalam dunia yang penuh kerusuhan ini (kata sebuah lagu). Rencana apa? Sebuah rencana manis, yaitu; rencana damai sejahtera. AminJ (FPK)
KELUARAN 15:22
JADIKANLAH PERGUMULAN, TANTANGAN DAN MASALAH
SEBAGAI MOTIVASI UNTUK LEBIH DEKAT KEPADA-NYA

Obor, ers. Coba kita bayangkan; 3 hari mengarungi padang gurun, dan kekurangan air. Wow, tentu perjalanan itu merupakan perjalanan yang sulit dan sangat menyita tenaga. Inilah yang terjadi dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Kepanasan disiang hari, kedinginan di malam hari. Lebih parah lagi, harus kehausan karena kekurangan air. Kebutuhan utama ketika melakukan perjalanan adalah persediaan makanan dan air. Apalagi ketika melakukan perjalanan di padang gurun; Air seperti “Berlian” yang sangat berharga. Ketika kesulitan air, tentu perjalanan mengarungi padang gurun menjadi sebuah perjalanan yang sulit. Sedangkan memiliki persediaan air yang cukup, tetap saja terasa sulit ketika mengarungi padang gurun selama berhari-hari. Membayangkan perjalanan yang sulit ini, tentu kita dapat maklumi jika Bangsa Israel mengeluh dan bersungut-sungut kepada Musa.
Perjalanan bangsa Israel di pandang gurun, memanglah sebuah perjalanan yang sangat sulit dan melelahkan. Namun, kesulitan yang mereka alami seolah-olah membuat mereka “lupa” pada keagungan Allah yang membawa mereka keluar dari tanah mesir dengan membela laut Teberau. Sangat disayangkan jika pergumulan yang mereka alami di padang gurun membuat mereka tidak menyadari kemahakuasaan Allah.
Obor,ers. Pergumulan dan tantangan hidup merupakan bagian kehidupan kita di dalam dunia. oleh sebab itu, janganlah pergumulan dan tantangan kehidupan yang kita alami membuat kita meragukan kemahakuasaan Allah. Hendaklah pergumulan dan tantangan yang kita hadapi membuat kita lebih meyakini kedasyatan Allah yang menciptakan kita dan menempatkan kita di dalam dunia ini. Jadikanlah pergumulan, tantangan, kesusahan, dan masalah sebagai motivasi untuk lebih dekat kepada-Nya.
Akhirnya. Semoga pergumulan, tantangan, kesusahan dan masalah membuat kita terus belajar untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang besar dalam kehidupan kita. Semoga kita pun sebagai orang muda memiliki keyakinan bahwa; sebagai mana Allah menolong umat Israel, Dia jugalah yang akan menolong kita saat ini ketika kita diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan kehidupan. Yang harus kita lakukan; berusaha keras menyelesaikan masalah, pergumulan dan tantangan kehidupan yang kita alami, sambil terus “berkeluh” pada Allah lewat doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Amin J (FPK)


KELUARAN 15:23
ALLAH DAN AIR

Obor,ers. Selain makanan, apa yang dibutuhkan manusia ketika baru selesai melaksanakan perjalanan panjang nan melelahkan? Air! Pinter. Pertanyaan berikut, apa gunanya air jika tidak dapat diminum? Ya, bisa digunakan untuk mandi atau mencuci pakaian. Benar sekali. Namun jika ditempatkan dalam situasi bangsa Israel dalam bagian bacaan kita ini, Ketika bangsa Israel telah mengarungi padang gurun Syur selama 3 hari, “Sampailah mereka ke mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di mara itu, karena pahit rasanya”. Apakah air yang tidak bisa diminum dibutuhkan oleh bangsa Israel? Saya rasa tidak. Yang dibutuhkan oleh bangsa Israel adalah air yang dapat diminum.
Ngomong-ngomong mengenai air. Ada orang mengatakan; Air sebagai sumber kehidupan. Perkataan yang sangat benar. Jika Tidak memiliki air, manusia sulit untuk bertahan hidup. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan kita. Tapi, sering terjadi; karena air melimpah, kita lupa jika air merupakan kebutuhan pokok dan tidak mempergunakannya dengan sebaik mungkin. Contoh kecil. Di rumah, kita sering membiarkan “keran air” terbuka sehingga air bersih terbuang percuma. Kita sering tidak menyadari betapa pentingnya air ketika air berlimpah. Kita nanti menyadari pentingnya air ketika kesulitan mendapatkannya. Ya, inilah manusia. Merasa perlu jika sudah sulit ditemukan, dan diabaikan jika mudah ditemukan. Saat musim penghujan, air dianggap sebagai sebuah kebutuhan yang biasa. Namun jika datang musim kemarau, banyak orang rela antre dan mengeluarkan uang untuk mendapatkan air. Anehnya, kejadian ini berlangsung terus-menerus. Seolah-olah manusia tidak pernah belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya.
Sama seperti kita membutuhkan air, begitu pula kita membutuhkan Tuhan dalam kehidupan kita. Apalah artinya kita manusia tanpa Tuhan yang menopang kita. Apalah artinya kehidupan kita; kekayaan, jabatan, dan pekerjaan tanpa Tuhan yang berkarya dalam diri kita. Tuhanlah yang menciptakan kita dan menempatkan kita dalam dunia yang penuh kerusuhan ini.  Namun, kita sering baru bisa menyadari betapa penting keberadaan-Nya dalam kehidupan kita ketika ketika kita diperhadapkan dengan kesusahan kehidupan. Ketika berada dalam kebahagiaan kehidupan, sering kali kita menjadikan-Nya sebagai “penonton” kebahagiaan kita.
            Obor, ers. Sama seperti bangsa Israel yang membutuhkan air setelah pengembaraan mereka di padang gurun, begitu juga kita memerlukan Tuhan dalam pengembaraan kita di dalam dunia ini. Selamat menjalani masa muda yang indah ini. Amin J (FPK)






KELUARAN 15:24
MENGELUH DAN BERSUNGUT-SUNGUT
SEPERTI BOM WAKTU YANG SIAP MELEDAK

Setiap manusia jika diperhadapkan dengan pergumulan pasti akan gundah gulanan. Istilah anak muda “Galau”. Dan, tentu membutuhkan seorang sahabat untuk “curhat”. Pergumulan dan tantangan kehidupan adalah realita; sedih, gundah gulanan bahkan “Galau” ketika diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan kehidupan merupakan hal yang wajar.
Nah, Salah satu kecenderungan manusia ketika diperhadapkan dengan pergumulan adalah mengeluh dan bersungut-sungut. Jika mengalami kegagalan, manusia cenderung mengeluh. Jika sesuatu yang dikerjakan atau dilakukan tidak sesuai dengan keinginan, manusia ada kalanya bersungut-sungut. Wajar sie. Tapi mengeluh dan bersungut-sungut menyimpan sebuah bahaya besar. Seperti “bom waktu” yang pasti meledak jika tidak dihentikan. Mengeluh dan bersungut-sungut akan berubah menjadi bahaya besar ketika keduanya menjadi kebiasaan. Coba kita bayangkan jika kita bertemu dengan seseorang yang Sedikir-sedikit mengeluh; Bahkan pada hal-hal sepele sekalipun. Pasti wajahnya akan selalu cemberut. Ya, jika sudah seperti itu, pasti damai sejahtera jauh dari orang tersebut dan tentu saja semua orang yang berinteraksi dengannya akan kena “geta”-nya juga. Intinya, kebiasaan mengeluh dan bersungut-sungut bisa mempengaruhi kualitas kerja, dan hubungan dengan sesama.
Bersungut-sungut ini jugalah yang dilakukan oleh bangsa Israel. Ketika kita membaca perjalanan umat Israel di padang gurun dalam kitab keluaran ini, setiap kali diperhadapkan dengan kesusahan bangsa Israel pasti mengeluh dan bersungut-sungut. Korbannya adalah Musa. Mari kita bayangkan bagaimana menderitanya Musa menghadapi suatu bangsa yang mukanya selalu cemberut saat mengalami kesusahan.
Keluhan dan sungut-sungut bangsa Israel juga terjadi dalam bacaan kita saat ini. Setelah melakukan perjalanan panjang dan melelahkan, dan ketika tiba di mara, ternyata tidak ada air yang dapat mereka minum karena airnya terasa pahit; mereka pun mengeluh dan bersungut-sungut kepada Musa, “apakah yang akan kami minum?” Mengeluh dan bersungut-sungut seolah-olah telah menjadi kebiasaan bagi bangsa Israel. Masalah datang, mereka mengeluh dan bersungut-sungut kepada Musa.
Obor, ers. Menghadapi masalah dengan bersungut-sungut bukanlah jalan keluar terbaik. Begitu juga bekerja dan beraktivitas dengan selalu mengeluh dan bersungut-sungut tidak akan berdampak baik bagi kita dan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Semua tergantung kita sie, apakah akan menyikapi pergumulan dan tantangan yang menghampiri kehidupan kita dengan bersungut-sungut, seperti bangsa Israel? Ataukah berusaha menanggulangi pergumulan dan tantangan yang kita hadapi dengan sekuat tenaga sambil “berkeluh” kepada Allah? Pilihan ada ditangan kita. namun ingatlah bahwa keluhan dan sungut-sungut sampai kapan pun tidak akan menyelesaikan masalah. Amin J (FPK)





KELUARAN 15:25a
INDAH PADA WAKTUNYA

Setiap manusia pasti pernah diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan kehidupan. Tidak ada yang terkecuali. Kaya, miskin; Pasti bergumul. Tua, muda; Sama, banyak pergumulan. Pergumulan dan tantangan kehidupan inilah yang tanpa sadar semakin menguatkan kita. Pergumulan dan tantangan kehidupan inilah yang membuat kita semakin bijak menyikapi kehidupan ini.
Allah mengijinkan dan mengarahkan bangsa Israel untuk melewati padang gurun selama berpuluh-puluh tahun tentu memiliki tujuan, yaitu; Supaya bangsa Israel dapat semakin bijak dan dekat kepada-Nya. Hal ini juga berlaku bagi kehidupan kita. Pergumulan dan tantangan kehidupan yang kita alami bertujuan untuk semakin membuat kita bijaksana sehingga bisa menerima diri kita apa adanya. Pergumulan dan tantangan kehidupan membuat kita menerima kekurangan maupun kelebihan kita, membuat kita lebih mensyukuri kelebihan dan kekurangan kita dan tentu saja lebih bergantung kepada Allah, sang pencipta kehidupan. Pergumulan dan tantangan kehidupan membuat Kita semakin bersyukur dengan apa yang kita miliki dan kerjakan.
Bagian bacaan ini, memberikan kesaksian mengenai pertolongan Allah dalam kehidupan umat pilihannya. Ketika bangsa Israel berada di mara dengan airnya yang terasa pahit, Allah memberikan pertolongannya. Air yang terasa pahit dapat diubahnya menjadi manis dengan sebuah batang kayu. Hal pertama yang dapat kita tarik dari bacaan ini yaitu: pertolongan Allah terhadap umat-Nya tepat pada waktunya. Allah tahu kapan Ia harus campur tangan dalam pergumulan umat-Nya. Hal kedua: Mengenai kemahakuasaan Allah yang besar. Air yang terasa pahit dapat diubah menjadi air yang manis.
Obor, ers. Bagian bacaan ini meyakinkan kita bahwa Allah yang kita sembah pasti akan memberikan pertolongan kepada kita. Dia mengetahui waktu yang tepat untuk campur tangan dalam pergumulan yang kita hadapi. Dia tidak akan membiarkan kita umat ciptaan-Nya bergumul sendiri. Seperti Dia menolong bangsa Israel, Dia juga pasti menolong umat percaya di zaman sekarang ini. pertolongan-Nya sungguh tak terduga dan tepat pada waktunya. Hal lain yang dapat kita yakini, yaitu; kita memiliki Allah yang dasyat yang sanggup melakukan segala sesuatu. Yang dibutuhkan-Nya dari kita hanyalah percaya dan bergantung kepada-Nya; tentu dengan terus berusaha untuk mencari jalan keluar terbaik dari pergumulan yang kita hadapi. Berdoa dan bekerja harus berjalan seiringan ketika kita berada dalam perjalanan kehidupan di dalam dunia ini. Amin J (FPK)

KELUARAN 15:25b-26
KESETIAAN KEPADA ALLAH NAMPAK DARI SIKAP HIDUP KITA SEHARI-HARI

Bagaimana ya jadinya suatu bangsa jika tidak memiliki ketetapan dan peraturan? Bagaimana jika semua orang hidup semaunya sendiri? Pasti kita bisa menjawab sendiri 2 pertanyaan ini.
Ketetapan dan peraturan sangat penting untuk mengatur dan menata kehidupan suatu bangsa. Dalam bagian bacaan ini, Allah memberikan ketetapan kepada bangsa Israel.  “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau”. Ketetapan dan peraturan yang diberikan Allah ini bertujuan untuk membentuk bangsa Israel menjadi bangsa yang teratur. Lebih dari pada itu, ketetapan dan peraturan yang diberikan Allah bertujuan untuk menguji kesetiaan bangsa Israel kepada-Nya.
Obor, ers. Kita mengaku diri sebagai pengikut Kristus. Sebagai orang percaya. Sebagai gereja. Tentu pengakuan kita itu haruslah diiringi dengan sikap hidup yang baik dan berkenan kepada Allah; menjauhi dosa dan berusaha melakukan hal-hal yang baik dan positif. Contoh kecil yang dapat kita lakukan, yaitu; Memberi diri dalam persekutuan-persekutuan ibadah, aktif dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Sebagai pemuda, tentu memberi diri dalam menopang segala program pemuda baik di aras sinodal, wilayah, apalagi jemaat. Contoh lain, taat pada ketetapan, hukum dan peraturan yang ada. Semoga prinsip “ketetapan, hukum dan peraturan ada supaya dapat dilanggar” dijauhkan dari kamus hidup orang percaya; apalagi kaum muda. Jadilah orang muda yang taat hukum dan aturan. Dengan melakukan semua kehendak Tuhan maka kita telah menunjukkan kesetiaan kita kepada-Nya; Allah yang telah mengaruniakan berkat melimpah bagi kita manusia berdosa lewat kelahiran, kematian dan kebangkitan-Nya.
Akhirnya. Kesetiaan kita sebagai orang yang mengaku diri percaya kepada Allah, Nampak/ tercermin dari sikap hidup kita yang berkenan kepada-Nya. Semoga sebagai orang muda kita mampu menunjukkan kesetiaan kita kepada-Nya. Masa muda merupakan masa yang indah; masa untuk mengembangkan bakat dan talenta pemberian-Nya. Namun ingatlah, masa muda merupakan masa yang penuh dengan godaan dan tantangan kehidupan. Amin J (FPK)

KELUARAN 15:27
HAPPY ENDING

Setelah berjalan kaki selama 3 hari di padang gurun dengan air yang terbatas, sampailah bangsa Israel di Mara. Ternyata, air di Mara tidak bisa diminum karena rasanya yang pahit. Peristiwa ini merupakan salah satu pergumulan dan tantangan bangsa Israel ketika mengembara di padang gurun. Pergumulan dan tantangan yang mereka hadapi selalu berganti. Selesai pergumulan dan tantangan yang satu digantikan dengan tantangan dan pergumulan yang lain. Namun jika kita membaca kisah perjalanan umat Israel dipadang gurun ini, pasti semua pergumulan dan tantangan yang mereka hadapi selalu terselesaikan. Mengapa? Karena Allah bersama-sama dengan mereka. Allah selalu campur tangan dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Ketika bangsa Israel mengeluh karena air di mara rasanya pahit, Allah membuat air itu menjadi manis. Ketika umat Israel melakukan perjalanan panjang nan melelahkan di padang gurun selama berhari-hari, akhirnya Allah membawa bangsa Israel ke Elim. Sebuah Daerah yang indah dan subur.
Bacaan ini menguatkan kita orang percaya. Apapun pergumulan dan permasalahan yang kita hadapi di dalam dunia pasti akan bermuara pada kebahagiaan, karena Allah selalu menopang dan menuntun kehidupan kita. Pergumulan dan kebahagiaan memang merupakan sebuah kepastian. Setelah pergumulan pasti akan ada kebahagiaan. Namun, Tidak lama kemudian kembali diganti dengan pergumulan. Pergumulan dan kebahagiaan datang silih berganti sepanjang kehidupan kita di dalam dunia. namun, janji Allah bagi kita orang percaya. Kebahagiaan yang kekal akan menjadi bagian kehidupan kita.
Obor, ers. Lewat Bacaan ini, sebenarnya kita mendapatkan sebuah kepastian. Kepastian tentang apa? Kepastian tentang kebahagiaan kekal. Pergumulan dan kebahagiaan memang datang silih berganti dalam kehidupan kita; namun kebahagiaan akan menjadi bagian orang percaya pada akhirnya nanti. Perjalanan Kehidupan kita orang percaya seperti sebuah film yang ternyata memiliki akhir bahagia; Happy Ending. Sebuah kepastian bagi kita bahwa Allah yang kita sembah memiliki rencana indah bagi umat-Nya. Allah yang kita sembah menyiapkan rencana damai sejahtera bagi semua orang yang percaya kepada-Nya; termasuk kita orang muda. Amin J (FPK)

Ditulis untuk obor edisi maret 2012 J


No comments:

Post a Comment