Wednesday, March 14, 2012

judul 4


“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” Matius 5:6

KEBAHAGIAAN KARENA KEBENARAN
By. Heidy Natalia Tuerah

 “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”. Yang dikatakan berbahagia oleh Yesus adalah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran. Kata ‘lapar’ dan ‘haus’ merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk menggambarkan keadaan manusia yang rindu akan Allah. Jadi, yang dikatakan ‘berbahagia’ oleh Yesus adalah mereka yang lapar dan haus bukan sekedar oleh makanan maupun oleh minuman, melainkan lapar dan haus akan kebenaran.
LAI menerjemahkan kata yang dimaksudkan dalam ayat 6 ini dengan ‘kebenaran’ atau bisa juga diterjemahkan dengan kata ‘keadilan’. Apa yang kita pahami dengan keadilan? Atau paling tidak dengan kata ‘adil’ itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil dapat berarti tidak berat sebelah; tidak memihak; berpegang pada kebenaran. Latar belakang ucapan Yesus dalam Matius 5:6 terdapat dalam Mazmur 146:7 : “Tuhan menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas”, dan Mazmur 10:17, 18: “keinginan (kehausan) orang-orang yang tertindas telah Kau dengarkan, ya Tuhan; Engkau memasang telinga-Mu untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak.” Keadilan yang berasal dari Tuhan adalah keadilan yang membebaskan dan menyelamatkan. Keadilan inilah yang dirindukan oleh orang-orang yang disebutkan dalam ucapan bahagia ini.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari, Matius 5 ayat 6 ini diterjemahkan dengan “berbahagialah orang yang rindu melakukan kehendak Allah; Allah akan memuaskan mereka”. ‘melakukan kehendak Allah’ berarti ‘melakukan keadilan’. Marilah kita melihat realita kehidupan kita saat ini; Tak jarang dengan kedudukkan yang dimiliki, keadilan dapat diperjualbelikan. Yang hitam dapat menjadi putih, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya persoalan ekonomi sekarang ini, harga-harga sembako selalu mengalami kenaikan, kesulitan BBM dan sebagainya. Tak jarang kita mendengar orang berkata; “yang kaya, semakin kaya. Dan yang miskin, semakin miskin”. Anda dan saya mungkin dapat menikmati makan nasi dan lauk sebanyak tiga kali dalam sehari, tetapi di luar sana masih banyak saudara kita yang untuk makan sekali saja dalam sehari harus meminta-minta dan bekerja seharian penuh. Apakah keadilan itu terwujud dalam kehidupan kita sekarang ini? kita bisa menjawabnya sendiri.
Realita kehidupan kita dewasa ini memang memprihatinkan, namun setidaknya, marilah kita belajar untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama kita. Akhirnya. Orang yang berbahagia adalah orang yang sesungguhnya mampu membagi kebahagiaannya dengan orang lain, bukan berbahagia di atas penderitaan orang lain. Semoga demikian! (HNT)



“Orang yang berbahagia adalah orang yang sesungguhnya mampu membagi kebahagiaannya dengan orang lain, bukan berbahagia di atas penderitaan orang lain”(HNT)

No comments:

Post a Comment