Friday, September 3, 2010

MANA YANG KITA PILIH: MENJADI ORANG BIJAK ATAU ORANG FASIK? Amsal 29:1-27

Kitab Amsal adalah kumpulan hikmat untuk memberikan pengajaran dan pemahaman yang benar tentang kehidupan; Tentu saja, kehidupan yang berkenan kepada Allah. Kitab Amsal berisi nasihat-nasihat praktis mengenai prilaku hidup yang baik. kitab Amsal merupakan pengajaran bagi kaum muda dari orang-orang bijak yang telah lebih dahulu menikmati pahit manisnya kehidupan; pengalaman hidup dari orang-orang bijak untuk menjadi pegangan bagi orang muda dalam menyikapi dan menjalani kehidupan. Kitab Amsal memang menekankan pada cara hidup yang berhikmat; namun diatas itu, kitab Amsal mengajarkan pada kita mengenai kehidupan yang takut akan Tuhan.
Amsal 29:1-27, menggambarkan tentang perbedaan antara orang bijak dan orang fasik. Orang bijak, adalah; orang yang mendatangkan sukacita, mencintai hikmat, adil, memihak terhadap orang yang lemah, membawa kedamaian, mencari keselamatan, menerima teguran atau kritikan, berpegang pada hukum, serta rendah hati. Orang bijak memilih jalan kehidupan yang benar dan tentu saja bermuara pada situasi hidup yang indah. Hidup dijalan orang bijak; keadaan nyaman, kehidupan bahagia. Sedangkan orang fasik; adalah orang yang Keras kepala, kata orang jawa “semau gue”; istilah orang Minahasa “sapa ngana sapa kita”, membawa keluh-kesah, menjauhi hikmat, tidak mematuhi hukum dan angkuh. Orang fasik, memilih untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, yang berdampak pada gersangnya kehidupan pribadi, serta rusaknya kehidupan dengan sesama; dan, bermuara pada kehancuran hidup. Hidup dijalan orang fasik; keadaan tidak nyaman, hidup pun melarat.
Dalam dunia dewasa ini, sebagai orang muda tentu kita selalu diperhadapkan dengan pilihan. Tinggal pilih, A atau B. Hitam atau Putih. Baik atau buruk. Bersahabat dengan dunia atau bersahabat dengan Allah. Peng-Amsal membahasakan, Bijak dan fasik. Mana yang kita pilih? Tergantung pada kita. Pilihan ditangan kita, tapi akibat ditanggung pula oleh kita.
Sekarang, sebagai orang muda, mana yang kita pilih; menjadi orang bijak atau orang fasik? Menjadi orang bijak tentunya! Bagus. Orang bijak saling menegur dengan kasih dan membuka telinga untuk menerima teguran. Orang yang siap menerima teguran mencinta hikmat; sebaliknya orang fasik membenci teguran sehingga menjerat diri sendiri dalam “lumpur” kehancuran. Orang yang menegur pastilah ingin membangun orang yang ditegur; jadi Jika dipikir sebenarnya teguran itu sehat, tapi kok mengapa banyak orang yang “alergi” dengan teguran? Bukankah teguran merupakan tanda kepedulian? Sebaiknya dipertegas dulu, Yang dimaksudkan dengan teguran disini; bukanlah teguran yang menjatuhkan, tapi teguran yang membangun. Tapi kita harus mengakui bersama dalam realita yang terjadi sekarang ini, banyak orang yang hanya banyak menegur, tapi jika ditegur; eits, nanti dulu, no. Ada juga orang yang menegur karena kesal atau pun marah. Realita ini, mungkin disebabkan oleh banyaknya teguran yang ingin menjatuhkan, jadi pantaslah  jika banyak orang yang “alergi” dengan teguran. Jelaslah, tidak sedikit orang yang memilih menjadi orang fasik.
Orang bijak tahu menempatkan diri. Dikatakan tadi bahwa dalam hidup ada pilihan; tentu saja tidak semua orang memiliki pilihan yang sama; Pilihan saya dan pilihan Anda tentu berbeda. Pilihan utu dan keke tentu berbeda. Dalam hidup kita memang harus memilih, tapi bukan berarti ketika kita memilih, kita menanggalkan akal dan hanya menuruti seruan perasaan kita; begitu juga sebaliknya. Ada prinsip, namun cara menuangkan prinsip itu haruslah dilakukan dengan elegan dan menawan; jangan dengan menjatuhkan atau “menghitamkan” orang atau kelompok lain. Dalam hidup pilihan adalah dinamika, namun ingatlah bahwa pilihan dalam hidup ada konsekuensinya. Pilihan untuk berlaku curang, tentu kita siap untuk menerima konsekuensinya. Pilihan yang tidak sesuai dengan pikiran dan hati kita tentu ada akibatnya. Pilihan menjadi orang fasik bermuara pada kehancuran kehidupan pribadi, kelompok maupun organisasi. Orang bijak menjadi pendamai, sebaliknya orang fasik memperkeruh persoalan.
Pemuda adalah tulang punggung gereja yang dipersiapakan untuk menjadi pemimpin dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, marilah kita sama-sama belajar dari Amsal 29:1-27 ini, ketika orang fasik menjadi pemimpin; rakyat berkeluh kesah, keadilan tidak Nampak, dan pasti bermuara pada kehancuran pribadi, kelompok atau organisasi yang dipimpin. Tapi sebaliknya, jika orang bijak menjadi pemimpin; damai dan keadilan selalu menaugi. Kebahagiaan dalam hidup pun didepan mata.
Sebagai orang muda yang adalah pemimpin masa depan, marilah mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang bijak. Mulai dari sekarang hendaklah kita mampu menempatkan diri dalam pilihan yang benar. Hidup adalah pilihan, jalan hidup pun adalah pilihan. Semoga kita mampu membawa damai dan keadilan kapanpun dan dimanapun kita berada. Akhirnya, orang bijak memperindah dunia dan menjernihkan suasana; sedangkan orang fasik mengacaukan dunia dan memperkeruh suasana.  Amin. (FPK)
Ditulis untuk
Buku renungan “obor” pemuda GMIM
edisi Desember 09-Januari10

No comments:

Post a Comment