Tuesday, September 21, 2010

py bday; Rekleksi 5 Tahun Angk 05

Senin, 13 September 2010, dalam sebuah bus yang melaju kencang menuju pantai Surabaya, Likupang, Kabupaten Minahasa Utara. Terpancar raut kebahagiaan dari setiap pribadi dalam angk 05, Seolah-olah moment kebersamaan ini memberikan “kebebasan” bagi setiap pribadi dalam angk 2005. Tawa dan senyuman menyegarkan cuaca siang yang panas, menusuk sampai ke Tulang. Lima tahun sudah kebersamaan dan persaudaraan tercipta dalam komunitas angk 05 Fakultas Teologi UKIT, kami pun berniat untuk mensyukurinya dengan jalan-jalan bersama sekaligus melepas kangen karena sudah jarang bertemu semenjak banyak yang telah menyandang gelar sarjana Teologi. 

Ternyata waktu begitu cepat berlalu, 5 tahun yang lalu bertemu, berkenalan kemudian bergaul di kampus bersinar. Sekarang, hampir akan berpisah sebagai alumnus kampus bersinar. Jelas akan sulit mengharapkan acara seperti ini terulang tahun depan, pasti samua yang tersenyum dan tertawa bahagia siang ini telah memiliki kesibukan yang lain. Sekarang pun terasa sangat sulit untuk berkumpul dan merayakan hari ulang tahun angk ke-5 tahun ini. Di tahun ke 5 kebersamaan angkatan ini, 
Banyak Perubahan yang terjadi dalam setiap pribadi angk 05. Baik dari segi penampilan, dapa lia lebe cantik-cantik n guantenk-guantenk, hehehehe… jadi lebe dewasa katu noe. Maupun perubahan status; di tahun ini banyak yang sudah menyandang gelar S. Teol. Bagi yang belum, ba kuat kawan! Di tahun ini banyak juga yang sudah berstatus orientator, artinya sudah memberikan setengah kebebasan hidupnya untuk pelayanan di jemaat. Di tahun ini juga banyak dari angk 05 yang telah menyandang status Suami dan Istri, dia pe bahasa belanda; om dan tanta. Bahasa teologis; kaum bapak denk kaum ibu. Hehehehehe… ups, coary2, just kedu kawan. Mar, memang butul toe. Namun dibalik perubahan-perubahan yang terjadi, terdapat beberapa hal yang masih tetap sama dengan tahun-tahun sebelumnya, apa itu? Pertama, Narsis! Nimbole lia kamera. So karna Talalu narsis sampe itu tampa dudu patah. Bae dorang ndak suruh ganti. Hehehe… Sapa kuah ini yang talalu berat kank, sampe tampa dudu dari pohon kelapa patah e. Kedua, Yang masih terawat baik sampai skarang, yaitu; sifat pang ba terek deng ndak pernah serius, bahkan dalam ibadah, itu sifat ndak pernah serius masih tetap muncul. Klo so di jemaat so musti mo rubah coy!!

Sampe di pante Likupang samua langsung bekink persiapan untuk ibadah, sebagai orang yang tahu teologi tantu katu musti didahului dengan ibadah. Io toe? Hehe… Mar jangan-jangan karna so talulu banya ibadah, sampe itu ibadah kurang jadi semacam formalitas belaka for angk 05, ah… mudah-mudahan nanda noe. Diawali rekreasi, denk manyanyi, Ibadahpun dimulai. Saat refleksi, Terdapat pertanyaan dari pemimpin ibadah yang sangat menyentuh. Biar dapa lia bermain saat menjawab mar tetap, pertanyaan itu menjadi pergumulan bagi masing-masing pribadi dalam ank 05. Inilah pertanyaannya; “5 tahun sudah perjuangan dalam pendidikan di Fakultas Teologi UKIT, tentu banyak doi yang sudah dikeluarkan oleh orang tua untuk membiayai torang samua. So boleh beli apa kank itu doi?” mendengar pertanyaan ini; Ada yang jawab, so bole bli oto, ada yang bilang motor, tapi yang berkesan ada seorang teman yang berkata “pendidikan itu mahal” jawaban yang sangat benar (nentau dia bilank itu deng segenap hati ato memang cuman baku sedu, Hehehe... hanya dia yang tau). Secara pribadi pertanyaan ini memunculkan pertanyaan lain dalam diri “Apakah biaya besar yang torang keluarkan sesuai dengan ilmu yang torang dapatkan di lembaga pendidikan UKIT tercinta? Atau apakah memang pendidikan hanya sekedar mahal tanpa memperdulikan kualitas pendidikannya?” Alasan munculnya pertanyaan ini, mari menyinggung sedikit mengenai permasalahan dualisme UKIT; mereka berkata “masalah ini jangan sampai merugikan mahasiswa!”, merekapun berkata “masalah dualisme UKIT kan tidak mempengaruhi proses akademis dan aministrasi, toh, semua proses pembelajaran dan administrasi berjalan dengan baik”. apakah benar demikian? Sesuai pengalamanku, dalam prosesnya terutama akademik, sebenarnya mahasiswa banyak dirugikan. Dualisme UKIT, diakui atau tidak, menurunkan kualitas pembelajaran di lembaga UKIT tercinta. Pikiran dan tenaga bukan tidak mungkin hanya terserap dalam penyelesaian dualisme UKIT yang bagaikan jalan tol yang ndak ada pertigaan ato perampatannya. Selama 5 tahun belajar dan kuliah di Fakultas Teologi UKIT, tidak pernah ada satu pun kegiatan ekstra kurikuler yang bertahan. Banyak potensi, banyak talenta, tapi sayang tidak berkembang, dan tenggelam dalam prinsip belajar dan masuk kelas mengejar nilai. Sebuah kegiatan yang sebenarnya menjadi penyeimbang dalam kesibukkan belajar dan kuliah Teologi tidak pernah berlangsung dan bertahan lama. selain itu, masalah dualisme UKIT berpengaruh terhadap kewibawaan sosok guru di mata para murid yang tentu saja berdampak pada pembentukan karakter sang murid. 
Ya, Sudahlah… Seperti kata Bondan dan Fade2black dalam lagunya. Marilah memandang masalah dualisme UKIT dari sudat pandang positif; toe, jika bukan masalah dualisme UKIT, kebersamaan dalam angk 05 tidak sekokoh ini, kecintaan kita pada Almamater tidak se-dasyat ini, hehehe… sampe banya komang yang blum maju dank. Klo bukang masalah UKIT pribadi-pribadi dalam angk 05 tidak terbentuk seperti ini. Jadi teringat sebuah kalimat seorang yang bijak “Ada hal-hal yang patut untuk disesalkan, tapi ada lebih banyak hal yang patut direnungkan untuk disyukuri karena membawa kebahagiaan dan kedewasaan”. 5 tahun kebersamaan angk 05 menandakan 5 tahun sudah dualisme UKIT berjalan. Awal kebersamaan angk 05 menjadi saksi berawalnya dualisme UKIT, sekarang ketika kebersamaan angk 05 akan menyentuh garis akhir, ternyata dualism UKIT belum juga dapat terselesai. Ternyata; waktu 5 tahun bagi kami angk 05 menjadi waktu yang panjang untuk berjuang dalam studi dan saling menopang dalam persaudaraan, bukanlah waktu yang panjang bagi mereka untuk mengejar, mengusahakan kebersamaan dan saling menopang di lembaga UKIT tercinta. Sekarang ini, kami selaku komunitas angk 05 hanya mampu menaikkan harapan “semoga dualisme ini cepat menyentuh akhir, agar tidak ada lagi yang akan dirugikan”. Keyakinanku, “lewat pergumulan ini, UKIT akan semakin bersinar dimasa yang akan datang”. Amin. 
Eits, so melenceng jaoh kank ini cerita? Kembali ke Laptop! Pertanyaan so boleh beli apa torang pe doi selama kuliah 5 tahun di fakultas teologi UKIT ? jawabnya, so boleh beli samua yang torang suka. Mar doi yang torang keluarkan selama 5 tahun kuliah, tetap nimbole mo bli itu kebersamaan, persaudaraan n pengalaman indah semasa kuliah di fakultas teologi UKIT. Samua yang torang ada dapat di UKIT ndak bisa kasing diukur dengan doi yang torang ada kase keluar. Bukankah doi ndak bisa membeli segala-galanya? Sama denk opa pa kita pe sebelah rumah sering kali bilank “doi kasiang boleh mo cari, mar itu kebersamaan, persaudaraan n pengalaman susah mo cari”. Memang akan ada kebersamaan, persaudaraan n pengalaman yang akan torang rasakan dimasa yang akan datang, mar kebersamaan, persaudaran n pengalaman itu ndak akan sama dengan kebersamaan, persaudaran n pengalaman yang torang rasakan selama 5 tahun ini”. Pertanyaan berikut yang juga sangat menyentuh hati dalam refleksi singkat 5 tahun kebersamaan angk 05; lulus jadi sarjana teologi mo jadi apa torang? Ada yang bilang dengan penuh kepastian; jadi guru agama, ada juga yang bilank mo jadi guru jemaat (nentau ley ini, dia ada bilank ba butul ato cuma ba “konti”), ada juga yang bilang mo jadi orang kaya. Sayang kuah cuma 3 orang yang ada Tanya akank, empas ada Tanya pa samua, supaya lebe seru. Bagiku, mahasiswa Fak Teologi UKIT dipersiapkan untuk menjadi pendeta. Jika ada yang mengatakan bahwa “teologi kan sudah menjadi ilmu sehingga bisa masuk dan bekerja menjadi apa saja”. Itu benar, Sangat benar malahan. Itulah realita, seorang sarjana teologi dapat menjadi guru agama, pengusaha, petani, anggota dewan, bahkan pegawai negeri sipil. Tapi bukankah mahasiswa teologi dipersiapkan untuk menjadi seorang pendeta, itulah keahlian kita, jika memaksakan menekuni bidang pelayanan yang lain tentu kita harus menyesuaikan diri dan kembali berusaha belajar. Bagiku; Teologi sebagai ilmu semata-mata merupakan kata-kata penghiburan yang berdasar pada konteks bahwa mahasiswa teologi khususnya warga GMIM so susah mo jadi pendeta. Tapi Benarkah susah mo jadi pendeta? Ini juga yang seringkali menghantui pikiran mahasiswa teologi yang baru lulus. Seolah menjebak pemikiran mahasiswa GMIM yang baru lulus dari fakultas Teologi “Ado di sini kuah susah skang mo jadi pendeta; dia pe pendeta so banya”, pikiranku dahulu dan sampai sekarang pun juga terjebak dengan paradigma ini, tapi tercerahkan kembali setelah berbincang santai dengan seorang dosen saat menunggu giliran ujian skripsi beberapa bulan yang lalu “sapa bilang lulusan teologi ndak dibutuhkan di jemaat, semakin banyak lulusan teologi yang memberi diri dalam pelayanan semakin baik. Biar sebanyak apapun pendeta, pasti masih boleh hidup dari gereja” bagitu kira-kira ucapan sang dosen yang masih tergiang jelas dalam pikiranku. Bagiku, Jelaslah bahwa pola pikir “pendeta so talalu banya” hanya sekedar pelarian/ alasan yang dimunculkan oleh mereka termasuk diriku sendiri karena masih ragu untuk menjadi seorang pendeta. Mengapa tidak ingin menjadi pendeta? Jawabnya ada di sekitar kita, kehidupan angk 05 sekarang ini. 
Setiap pribadi dalam angk 05 tentu mempunyai planning dan rencana kedepan, itu harus. Seorang teman berkata “hidup mengalir seperti arti namun bukan berati tidak memiliki Tujuan dalam hidup”. Aku secara pribadi yakin, banyak yang akan menjadi seorang pendeta dari angk 05, karena memang di persiapkan untuk itu, tentu katu bukan semua. Tapi bukan berarti yang jadi pendeta so dorang itu yang terpanggil sedangkan yang ndak jadi pendeta ndak terpanggil, tidak! Bicara terpanggil ato ndak? disinggung juga dalam refleksi. Keyakinanku! Semua orang yang percaya terpanggil untuk memberitakan injil kebenaran Allah, Tentu dalam bidang yang ditekuni dan dijalani dengan sepenuh hati. Seorang guru agama, tentu itulah panggilan Tuhan baginya, maka jalanilah. Bagi yang masih bimbang dalam menentukan dimana panggilannya, masih ada waktu untuk berpikir dengan jernih, yang pasti waktu 5 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mempersiapkan diri guna menyambut panggilan Tuhan kepada kita, Dimanapun, dan sebagai apapun kita; bukan cuma sebagai pendeta. Bagiku mungkin sekarang adalah masa dimana kita memilih jalan untuk masa depan kita (angk 05), “dihadapan kita terpampang banyak jalan, berpikirlah yang jernih untuk menentukan jalan mana yang kita pilihan”. Bagi yang sudah memilih jalan, selamat! Karena telah memulai terlebih dahulu perjuangan menuju masa depan yang penuh bahagia. Bagi yang belum memilih, masih ada waktu kawan, pikirkanlah dengan jernih. Masa depan adalah pilihan, yang membutuhkan perencanaan serta kerja keras. 
Amin jo dank!!! Kalimat yang menutup refleksi singkat dalam ibadah ucapan syukur ulang tahun angk 05 ini. disambung dengan kalimat Tanya, “ba butul-butul ini ato ndak?” Hehehehe… selesai refleksi, dilakukan Ritual potong kue ulang tahun. Tahun ini berbeda dengan tahun yang lalu, jika tahun kemarin kue yang enak itu tidak sempat dinikmati karena dijadikan “peluru” untuk saling menyerang, sekarang kue yang diatasnya terpasang indah angka lama, dapat kami nikmati. Enak tenan… lebih enak karena dinikmati dengan rasa persaudaraan yang ditandai dengan saling menyuapi satu dengan yang lain. Kue ulank tahun pun tak tersisa. Rasa-rasa kuah denk dia pe lilin dorang mo makank abis. Selesai pasang denk tiop lilin, berlanjut pada ritual berikut yaitu makan bersama. Biar ndak ada sayor, tetap makank. so lapar ini, Ada war lay kuah makang siang nanti stengah tiga. Nasi putih, ikank bakar denk dabu-dabu yang pe pidis pe minta ampun menjadi menu special pada zore ini. Selesai makank, mandi di pante. Samua musti mandi klo nda dorang mo angka konk buang. 
Pokoknya hari senin, 13 September 2010, menjadi hari yang menyenangkan untuk melepas rindu dan rasa kengen akan kebersamaan dalam angk 05. Tahun ini mungkin menjadi tahun terakhir kebersamaan dan persaudaraan yang hangat dalam angkatan 05. Malam yang indah menandakan berakhirnya 5 tahun kebersamaan angk 05. Bus yang melaju kencang membawa kembali angk 05 ke tempat “pelayanan” masing-masing dengan situasi, tantangan dan pergumulan yang berbeda. Satu yang pasti hari ini memberikan lagi warna indah dalam lembar kebersamaan angk 05. Hari yang akan diingat dan diceritakan kembali ketika bertemu kembali dimasa yang akan datang. 
Akhirnya, Bagiku Fakultas Teologi UKIT ndak akan pernah terlupakan, mengapa? karena Disinilah tergores kisah indah angk 05. Disinilah angk 05 menjadi saksi sejarah terciptanya “masa gelap” dalam GMIM. Disinilah karakter pribadi dalam angk 05 terbentuk. Disinilah dididik orang-orang yang bisa jadi akan merubah sistem, Amin. Disinilah angk 05 dipersiapkan untuk menyambut “misteri” hidup di masa yang akan datang. 
Py b,day angk 05; 
Mat menempuh perjuangan mewujudkan masa depan yang bersinar. 
Likupang, senin. 13. 09.10

No comments:

Post a Comment