Wednesday, September 8, 2010

“BANJIR” KATAK DI MESIR Keluaran 8 : 1-15

Kitab Keluaran menceritakan tentang pembebasan dan perjalanan umat Israel dari tanah perbudakan di Mesir menuju tanah yang dijanjikan Allah. Kitab Keluaran ini dimulai dengan cerita penderitaan bangsa Israel sampai mereka dibebaskan oleh Allah melalui perantaraan musa dan Harun. Perjuangan untuk keluar dari mesir pun tidaklah ringan, bahkan sangat berat. Terutama untuk meyakinkan raja Firaun yang keras hati dan sulit untuk menepati janji. Kitab ini juga menceritakan mengenai perjuangan umat Allah ketika berada di padang gurun. Inilah sebabnya sehingga kitab ini dinamakan kitab Keluaran.
Bacaan kita sekarang ini, berkisah mengenai salah satu Mujisat ajaib yang dilakukan Allah melalui perantaraan Musa untuk membawa umat Israel keluar dari tanah perbudakan. Bacaan yang berkisah mengenai Tulah kedua yang ditimpahkan oleh Allah kepada bangsa Mesir.
Setelah Tulah pertama (pada bacaan sebelumnya) tidak meluluhkan hati raja Firaun maka Allah melalui perantaraan Musa menimpahkan kembali Tulah yang kedua. Sebenarnya aneh juga, masakan mujisat yang sangat ajaib, yaitu air menjadi darah, tidak berhasil membuat raja Firaun melepaskan umat Israel. Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya hati dan buruknya sifat raja Firaun.
Tulah kedua pun akhirnya menimpah Mesir. Dalam seketika seluruh wilayah Mesir dipenuhi dengan katak. Seketika itu juga seluruh wilayah mesir dipenuhi ‘paduan suara’ tim katak; yang tentu saja sangat berisik. Dikatakan dalam bacaan ini, katak-katak itu mengeriap dalam sungai Nil, lalu naik dan masuk ke dalam istana Firaun, bahkan sampai ke kamar tidurnya, lebih paranya lagi sampai ke dalam pembakaran roti dan tempat adonannya. Bisa kita bayangkan suasana dan keadaan di Mesir pada saat tulah kedua itu menimpa mesir. Ketika tidur, ditemani katak. Makan ditemani, katak. Mandi? Apalagi, pasti katak-katak itu selalu menemani. Bisa terbayang bagaimana menderitanya Firaun dan tentu saja rakyatnya pada waktu itu.
Mungkin ini jugalah yang menjadi alasan sehingga Firaun memanggil Musa dan Harun untuk menghadap dan membuat suatu kesepakatan. Firaun memohon agar Musa dan Harun berdoa kepada Tuhan supaya menjauhkan katak-katak ini dari padanya dan dari rakyatnya, sebagai gantinya umat Israel bisa pergi meninggalkan Mesir.
Kesepakatan pun disetujui. Musa pun melaksanakan bagiannya, meminta kepada Allah untuk menjauhkan katak-katak itu dari tanah Mesir. Allah kemudian memperlihatkan kuasa-Nya, semua katak-katak itu mati, lenyap. Dari rumah, dari halaman dan dari ladang. Musa menyetujui kesepakatan dengan Firaun, kemudian meminta dalam doa kepada Tuhan, dan Tuhanpun mendengar doa Musa itu. Tulah katak, hilang dari tanah Mesir. Namun sayangnya Firaun tidak melaksanakan bagiaannya, sebagaimana perjanjiannya dengan Musa, yaitu; membebaskan umat Israel dari Mesir. Firaun tidak menepati janjinya. Kurang tahu sie, apa yang menjadi alasan sampai firaun tidak menepati janjinya. Apakah memang sudah dari awal siasat ini dipikirkan firaun, yaitu; membuat kesepakatan dengan musa, tetapi tidak akan menepatinya, ataukah karena Firaun merasa bahwa keadaan sudah bisa terkendali kembali, sehingga merasa rugi untuk melepaskan bangsa Israel? Memang sangat sulit bagi Firaun untuk membebaskan bangsa Israel. Bagi Firaun bangsa israel adalah sumber daya yang murah. Tenaganya sangat dibutuhkan untuk membangun Mesir; bayarannya sangat murah, bahkan tidak dibayar pun; tidaklah masalah. Bacaan ini memberi kesaksian “tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati dan tidak mau mendengarkan mereka keduanya-seperti yang difirmankan Tuhan.” Jelaslah, ketika Firaun merasa keadaan sudah terkendali, sifatnya yang buruk kembali muncul. Mengeluh disaat susah dan menindas (memperbudak bangsa Israel) disaat aman dan nyaman. Ya, itulah penguasa mesir pada saat itu.
Bacaan ini memberikan contoh pada kita mengenai seorang pemimpin yang keras hati dan tidak mau menepati kesepakatan yang telah dibuat. Dialah Firaun, penguasa Mesir pada saat itu. Memiliki sifat yang semena-mena, keras hati dan tidak mau menepati janjinya. Bacaan ini menuliskan Akibat dari sikap dan sifat firaun itu, rakyatnya menderita. Allah memperlihatkan kuasanya dengan menimpahkan tulah atas mesir. Firaun yang tidak bisa menjadi seorang pemimpin yang baik mengakibatkan “banjir” katak di Mesir; rakyatnya pun menderita.
Sebagai orang muda tentu kita dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin dimasa yang akan datang. Baik dalam komunitas terkecil, yaitu; keluarga. Masyarakat. Dan, jemaat. Nah, Bagaimana kita bisa menjadi seorang pemimpin yang dapat memberikan contoh dan teladan yang baik, jika kita tidak bisa memegang perkataan kita dan menepati janji yang telah kita ucapkan. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang selalu berusaha untuk menepati janjinya.
Sekarang, Tergantung dari diri kita sendiri mau menjadi seorang pemimpin yang baik atau tidak. Toh, pilihan ada ditangan kita. Bacaan kita ini telah memberikan contoh dan memaparkan mengenai akibat yang akan dialami seorang pemimpin yang semena-mena dan tidak mau menepati janjinya. Ingatlah bahwa Allah selalu berpihak kepada pemimpin yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang dipimpinnya, serta yang memegang teguh perkataannya (FPK). Amin

Ditulis for obor pemuda GMIM
edisi feb-maret 2010

No comments:

Post a Comment