Thursday, December 23, 2010

TAHUN BARU; SELAMAT MERENUNG, BERGUMUL DAN MERANGKAI MASA DEPAN.


 Konon, hiduplah seorang kakek yang sangat bijak, pintar dan memiliki banyak pengalaman dalam perjalanan kehidupannya. Dimasa tuanya ini, dia tinggal dalam sebuah rumah yang mewah dan indah. Dimasa tuanya, sang kakek memiliki semua yang diinginkan dan diidam-idamkan oleh semua orang yang hidup, berusaha dan berkarya dalam dunia; baik kekayaan, kedudukan, keluarga dan penghormatan. Bisa jadi, kehidupan kakek ini membuat kita semua merasa cemburu karena semua yang dia miliki.  
Suatu malam pergantian tahun. Sang kakek duduk termenung di depan teras rumahnya yang mewah dan indah itu. Dihadapannya terhidang segala macam kue mentega sisa dari merayakan Natal; tidak ketinggalan minuman-minuman ringan dari berbagai merek terkenal. Namun, semua itu tidak menarik minat dan perhatiannya. perhatiannya hanya tertuju pada keindahan kembang api yang menghiasi langit banyak bintang pada malam itu; Kembang api yang menandakan besarnya kebahagiaan orang-orang untuk merayakan datangnya tahun baru. Ditemani sang rembulan yang bersinar penuh pada malam itu, sang kakek merenungkan akan arti kehidupan.
Sang kakek teringat kembali pekerjaan dan proyek-proyek besar yang dilakukan pada masa mudanya. Dalam hati sang kakek berkata “ehm, ternyata untuk segala sesuatu ada masanya juga, untuk apapun di bawah langit ini ada waktunya”. Sang kakek tersadar bahwa semua keberhasilannya pada masa lalu hanya sebuah kenangan yang indah. Kembali terbayang segala sesuatu melimpah pada masa mudahnya; pengetahuannya yang tinggi, bahkan menjadi seorang teolog yang terkenal; sampai-sampai menjadi pemimpin yang dikagumi. Namun, ternyata bagi sang kakek, segala sesuatu yang dia dapatkan dalam dunia hanyalah kesia-siaan belaka. Sang kakek sekarang memikirkan sesuatu yang lebih dari suatu kebahagian duniawi yang telah dan sedang dia rasakan sekarang ini.
Sang kakek berpikir bahwa melayat ke rumah duka lebih bermanfaat, ketimbang pesta kembang api yang sedang dia saksikan. Dimasa mudanya segala pesta besar dan mengagumkan telah dia ikuti, bahkan sang kakeklah yang menjadi pusat acara. Dimasa tuanya sang kakek tersadar, ternyata hadir dalam acara kedukaan dapat membantunya untuk mempersiapkan diri menghadapi peristiwa itu kelak; sang kakek tersadar bahwa suatu saat nanti pasti peristiwa itu akan datang menghampirinya.
Sang kakek bersyukur karena boleh menikmati lagi Tahun baru, namun bagi sang kakek tahun yang baru berarti juga pergumulan yang baru. Kembali beraktivitas dengan misteri yang baru dimasa yang akan datang. Sang kakek bersyukur atas tahun baru dan tentu saja umur yang panjang, “oleh sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersukacita di dalamnya…”. Namun, tahun baru dan umur panjang mengingatkan sang kakek akan suatu masa gelap, dimasa yang akan datang; disamping mengingatkan juga akan suatu masa indah yang telah disiapkan untuknya kelak.
Lama merenung dalam suasana malam tahun baru, sang kakek sampai pada sebuah kesimpulan “segala sesuatu adalah sia-sia, jika tanpa Tuhan”. Sang kakek bersyukur karena dimasa tuanya dia sempat menyadari akan hal ini. Iapun dengan senyum bahagia mencicipi kue mentega dan minuman ringan dihadapannya. Sambil berkata “selamat tahun baru” yang disambut oleh segerombolan anak kecil yang ternyata adalah cucu-cucunya.
Cerita di atas hanyalah sebuah kisah dari seorang kekek tua nan bijak, yang telah mengalami pahit-manis kehidupan. Dari penyelidikannya, sang kekek mendapati ternyata segala sesuatu di bawah matahari, sia-sia; Tidak ada yang abadi, tidak ada kesukacitaan yang sejati, dan tidak ada kebahagiaan yang tetap. Segala sesuatu ada waktunya; segala sesuatu ada masanya. Ungkapan yang cenderung terdengar pesimistis memang, namun sebenarnya merupakan refleksi dari apa yang dia lihat, dan jalani dalam kehidupannya. Ungkapan yang sebenarnya menyiapkan manusia akan suatu masa yang kelam, tapi juga menyiapkan manusia atas suatu masa yang indah. Pergumulan memang menyakitkan, tapi pergumulan adalah awal kesuksesan di masa depan. Begitu juga sebaliknya; kesuksesan memang menyenangkan, tapi menjadi awal dari pergumulan di masa yang akan datang. Nampak jelas, Sang kakek bersyukur dan mengakui akan kehidupannya yang indah. Semua yang diharapkan oleh orang di dalam dunia, dimilikinya. Namun, dari semua yang dimilikinya; toh, dia masih merasakan sesuatu yang kurang dalam hidupnya.
            Cerita di atas, sebenarnya mengingatkan kita akan singkatnya kehidupan ini. Mengingatkan kita pada segala sesuatu yang cepat berlalu; seiring berjalannya waktu. Contohnya; Masa muda, Memang indah. Tapi, cepat ataupun lambat masa itu akan berlalu: Kekuatan yang kita banggakan, pasti akan sirna. Kecantikan dan ketampanan yang kita kagumi, pasti akan luntur. Kedudukan dan kekayaan yang kita kejar dengan mengorbankan segalanya, pasti akan terbang dengan sendirinya. Semuanya akan berlalu; Seperti siang yang akan berganti malam. Generasi sekarang akan digantikan oleh  generasi berikutnya.
Cerita diatas juga mengingatkan kita akan besarnya kasih Allah. Kita patut bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk bernafas, dan menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan. Itulah sebab sehingga kita mesti menyadari akan pentingnya kehidupan. Sangat penting, sehingga harus dijaga dengan sebaik mungkin. masakan baju yang kita sayangi; kita jaga, dan rawat dengan baik; sedangkan kehidupan kita, tidak. Bukankah kehidupan kita lebih Mahal dari baju mahal apapun di dunia ini? Baju jika sobek masih bisa diganti dengan yang baru. Tinggal ke toko baju, beres. Tinggal pilih lagi! Apalagi, zaman sekarang tidak terhitung toko-toko/ pusat perbelanjaan yang menawarkan koleksi baju yang indah-indah dan bagus-bagus. Tapi, adakah toko yang menjual kehidupan? Tidak ada. Makanya jagalah hidup pemberian Tuhan dengan baik, karena hidup sangat berharga.
Cerita di atas adalah sebuah perenungan tentang arti dan makna kehidupan. Umur bertambah; tentu juga beban semakin bertambah. Dalam pergaulan muda-mudi, banyak yang berkata “hidup hanya sekali, nikmatilah, lakukanlah apa yang disukai dan kejarlah kebahagiaan”. Perkataan ini tidaklah salah, bahkan sangat benar. Hidup hanya sekali, Nikmatilah. Tapi, kebanyakan ungkapan ini disebutkan sebagai upaya pembelaan diri untuk melakukan perbuatan yang keliru.  “Hidup itu indah, jadi nikmati dulu”. “kita kan Masih muda, bersenang-senang dahulu-lah. Ibadah? Jangan dulu. Bergaul dulu-lah”. Apakah ini kebahagiaan? Mungkin, Ia. Tapi, kebahagiaan yang hanya sesaat. Pertanyaan yang muncul: Apakah kebahagiaan hidup hanya didapat dalam tindakan-tindakan yang keliru? Maksudnya, apakah beribadah tidak bisa memberikan kebahagiaan dalam hidup? Apakah memang kebahagiaan hidup hanya terdapat di tempat-tempat hiburan malam? Sejenak. Pernahkah kita mencari kebahagiaan itu di panti werda, bersama dengan oma dan opa yang memiliki banyak pengalaman dalam hidup. Ataukah di panti asuhan bersama dengan anak-anak yang membutuhkan perhatian. Bukankah pemikiran seperti ini yang ditentang oleh sang kakek dalam cerita di atas.
Dalam kehidupan ada juga orang berkata “hidup manusia seperti roda yang berputar, kadang di atas, eh, kadang di bawah”. Maksud dari ungkapan ini; ada saat bersedih, ada saat berbahagia. Ada saat tertawa, ada saat menangis. Ada masa dimana manusia mengalami kesuksesan, ada masa keterpurukan. Ucapan ini bukankah sejalan dengan pemikiran sang kakek salam cerita diatas “segala sesuatu ada  masanya”. Sekarang di atas, besok bisa ada di bawah. Tapi bukan berarti hanya berdiam diri di rumah. Kerja donk! Jika diam saja, tetap roda tidak akan berputar. Tetap saja masih dibawah. Tahun baru! Bukankah mengajarkan kita tentang realita di atas, tahun yang lalu mungkin kita bahagia. Tapi, kita harus menyiapkan kehidupan di tahun yang baru ini. Bersiap juga menghadapi kemungkinan buruk, berada dibawah. Bukankah sang kakek juga menganjurkan kita untuk menyiapkan masa yang akan datang? Rencanakan dan berusahalah! Tapi, Allah jua-lah yang akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.
            Sekarang, Tahun baru kembali menyapa kita. Marilah kita belajar dari kakek tua nan bijak dalam cerita diatas. Pernahkah kita merenung akan arti kehidupan, ataukah kita terlalu sibuk dengan segala pekerjaan dan tugas kita, tanpa ada waktu untuk duduk sejenak; merenungkan semua pekerjaan yang telah kita lakukan ditahun-tahun yang lalu. Kehidupan selalu berputar, Pandangan orangpun dapat berupa seiring berubahnya waktu. Waktu juga dapat merubah seseorang dari “zero to hero”, begitu juga sebaliknya; “hero to zero”. “Wah! Jika kehidupan seperti ini, tidak ada artinya kita berusaha”. Kata siapa? Usaha adalah jalan kesuksesan. Manusia hanya perlu sadar saja bahwa kehidupan memang seperti ini; ada saat di atas, ada saat di bawah. Manusia harus sadar akan hal ini, sehingga manusia tidak mempersalahkan Tuhan ketika diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan kehidupan. Begitu juga sebaliknya; tidak meninggalkan Tuhan ketika berada di puncak kehidupan. Jalanilah hidup ini, kejarlah impian. Tapi, andalkanlah Tuhan dan terimalah kehidupan yang didapat. Selamat tahun baru! Slamat merenung, dan bergumul untuk merangkai masa depan yang indah.   (FPK)

1 comment:

  1. Selamat Natal saudaraku...
    God Bless You
    ^.^

    ReplyDelete