Thursday, December 30, 2010

HIDUPMU = MAZMURMU! (Mazmur 150)

Tremper Longman III dalam bukunya “Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur?”  menulis:  “Buka kitab Mazmur ketika Anda bersukacita dan Anda merasakan bahwa segala sesuatu benar. Nyanyikanlah keluhan kepada Tuhan ketika kehidupan Anda kelihatan hancur luluh, ketika Tuhan mendengar doa Anda jangan lupa bersyukur kepada Dia untuk kebaikan-Nya. Ketika Anda dalam ketakutan biarlah Anda boleh dikuatkan oleh mazmur keyakinan. Perhatikan baik-baik mazmur hikmat. Lebih dari pada itu, baca kitab Mazmur untuk menjadi jujur dengan Tuhan”. Jelaslah bahwa kitab Mazmur adalah sebuah kitab yang unik sekaligus sangat indah. Menggambarkan suatu pertemuan yang hangat antara Allah dan manusia; berisikan ungkapan-ungkapan hati umat berdosa yang dengan jujur ingin “curhat” kepada Tuhan; berisi obrolan yang jujur dan penuh keterbukaan antara Allah dan manusia; menjadi tempat bagi manusia berdosa meyakini akan kuasa dan keperkasaan Allah; tempat bersandar dalam kesedihan, mengaduh dalam ketakutan, bertanya dalam persoalan, dan mendapatkan kepastian dalam kebahagiaan.
Keunikan dan keindahan kitab Mazmur terpancar juga ketika kita membaca dan merenungkan Mazmur 150. Mazmur ini merupakan ungkapan kebahagiaan yang tergambar lewat ajakan untuk mengangkat pujian kepada Allah. Suatu ajakan agar didengar kemudian dituruti haruslah mempunyai alasan yang jelas. Contohnya, ketika kita mengajak seorang teman untuk membuka tempat usaha tentu kita harus menyakinkannya dengan alasan-alasan yang tepat. Begitu pun pemazmur, agar ajakannya ini didengar dan dilakukan, ia memberikan alasan mengapa umat memuji Tuhan, yaitu “karena keperkasaan-Nya dan karena kebesaran-Nya yang hebat”. Dalam kehidupan umat Israel pemazmur mengingat kembali perbuatan-perbuatan keselamatan yang dikerjakan Allah dan kebesaran Allah yang selalu melakukan keajaiban-keajaiban besar dalam kehidupan umat Israel.
 Pertanyaannya, mengapa kita sekarang ini memuji Tuhan? Jawabnya, karena karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Allah yang datang ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia dan menganugerahkan keselamatan bagi manusia yang berdosa. Lewat karya-Nya, manusia keluar dari kegelapan dosa menuju terang Kristus yang ajaib. Inilah alasan utama kita menaikan pujian kepada Tuhan, karena Kristus! Adapun alasan-alasan pendukung – supaya lebih meyakinkan – yaitu nafas kehidupan yang masih kita rasakan; hari baru untuk merangkai masa depan; pasangan hidup yang membuat hidup lebih berarti dan masih banyak lagi.   
Memuji Tuhan bukan suatu kewajiban demi mendapatkan berkat atau pun mengejar keselamatan. Melainkan semata-mata respon manusia atas anugerah keselamatan yang telah diberikan Allah. Kasih Allah kepada manusia tidak mengharapkan balasan, apalagi mengharapkan suatu pujian. Tuhan bukanlah pribadi yang mengharapkan balasan jasa atas tindakan-Nya, melainkan suatu pribadi yang tulus. Kasih Allah adalah kasih “agape”, tulus tanpa mengharapkan imbalan. Tapi mengapa terdapat ajakan untuk memuji Tuhan? Memuji Tuhan sekali lagi merupakan respon bukan tuntutan. Pujian manusia kepada Tuhan sebagai bentuk keyakinan bahwa Dialah Tuhan dan Juruselamat. Memuji Tuhan adalah suatu ungkapan iman bahwa tanpa Tuhan manusia tidak berarti apa-apa. Dengan memuji Tuhan, manusia mendapatkan ketenangan dan memiliki suasana hati yang penuh dengan kebahagiaan. Pujian kepada Tuhan sebagai bukti kesungguhan kasih manusia kepada Tuhan. Intinya, menaikkan pujian kepada Tuhan karena keyakinan iman bahwa hidup kita adalah milik kepunyaan Tuhan.
Lalu di manakah kita harus memuji Tuhan? Pasti di gereja, bukan? Tuhan tidak memberikan suatu ketetapan di mana kita harus memuji Dia. Toh, Dia juga tidak meminta atau memaksa pujian dari kita. Lagi pula sekaya apapun manusia tidak mampu membalas semua pemberian Tuhan. Bagi Tuhan, yang terpenting adalah ketulusan kita untuk memberikan pujian; Soal tempat di manapun boleh. Ketika sedang ke pasar. Ke sekolah. Ke tempat kuliah. Ke tempat kerja. Ke mana pun dan di mana pun kita pergi kita dapat memuji dan memuliakan Tuhan. Wah, repot! Berarti kalau ke sekolah atau tempat kerja harus sambil menyanyi, bisa dikira orang gila kita! Memuji Tuhan bukan hanya dengan menyanyi. Jika mempunyai talenta untuk menyanyi, syukurilah itu dan gunakanlah talenta itu untuk memuji Tuhan, tapi ada tempatnya. Pujian yang sejati adalah mempersembahkan kehidupan kita untuk-Nya. Contoh, jika kita seorang Pegawai Negeri Sipil, maka bekerjalah untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan negara. Jika kita seorang mahasiswa, belajarlah dengan keras untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Talenta untuk menyanyi hanya satu dari sekian banyak talenta yang diberikan Tuhan kepada manusia, masih banyak talenta yang lain yang bisa digunakan untuk memuji dan memuliakan Tuhan.
Menjawab pertanyaan tadi, mempunyai talenta menyanyi bukan berarti harus selalu menyanyi di mana pun dan kapan pun. Menyanyi untuk memuji Tuhan ada tempatnya, bukan? Tapi, jika Anda ingin mencoba untuk memuji Tuhan di mana pun anda berada dan kapan pun, silakan saja! Tidak ada yang melarang tapi resikonya ditanggung sendiri. Loh, tapi tadi dikatakan dimana pun dan kapan pun boleh memuji Tuhan? Berarti dengan menyanyi, bukan? Ya, di mana pun dan kapan pun boleh, tapi dengan sikap dan tindakan. Memuji Tuhan lewat nyanyian ada tempatnya dan sekali lagi hanya satu dari sekian banyak talenta yang diberikan Tuhan. Tetapi memuji Tuhan dengan kehidupan kita bisa di mana pun dan kapan pun. Mudah-mudahan sudah jelas. Okey!
Ketika membaca ayat 3-5, ditulis mengenai cara-cara dalam rangka menaikkan pujian kepada Tuhan. Bisa dengan memainkan gambus, kecapi, rebana, seruling, ceracap dan membawakan tari-tarian.  Cara-cara  yang digunakan ini berlaku dalam ibadah umat pada konteks Israel, yang dalam situasi kita sekarang berarti mempergunakan semua talenta dalam hidup kita untuk memuji Tuhan. Pujian kepada Tuhan bukan hanya sebatas sebuah lagu atau nyanyian, namun pujian yang paling indah di hadapan Allah sekali lagi adalah hidup kita. Buatlah hidup ini berarti bagi diri sendiri, orang lain dan bagi Tuhan. Menjadi kebahagiaan iman ketika kita mampu mempersembahkan hidup kita sebagai pujian yang indah untuk Tuhan. Hidup kita adalah Mazmur (bahasa Ibraninya “Tehillim” yang dapat diartikan nyanyian pujian) yang sangat indah bagi Tuhan. Hidupmu adalah mazmurmu! Jika kehidupan kita bisa menjadi “mazmur” bagi Tuhan maka itulah kehidupan yang berbahagia! Akhirnya, seperti harapan pemazmur dan harapan semua orang percaya di dunia “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan! Haleluya!

FPK
Diterbitkan dalam Makari05; 24 Renungan tentang kebahagiaan
2009

No comments:

Post a Comment