Thursday, December 2, 2010

Engku-engku denk Enci-enci in Boulevard


“Boulevard”, sebuah kata yang tidak asing bagi masyarakat Tondano; apalagi bagi kaum muda. Kata yang menunjuk pada sebuah jalan di kota Tondano, jalan yang berada di kawasan persawahan. Di samping kiri dan kanan jalan ini terdapat pondok-pondok makan yang terbuat dari bamboo, ada juga sie yang sudah semi permanen, yang dijadikan sebagai rumah makan. Kawasan yang sejuk ketika malam, dan indah saat mentari bersinar. Kawasan yang baik untuk bersantai dan menenangkan pikiran saat kesemberawut pekerjaan membawa kepenatan dalam diri. Inilah jalan yang paling ramai dan terkenal di kota Tondano.
Malam ini, “Boulevard” tetap ramai seperti biasanya. Kabut tebal tak menghentikan kegiatan ditempat ini, langit sedikit bintang tanpa bulan menjadi saksi keramaian malam ditempat ini. Asap dari pembakaran milu dan sate kolobi menyebar kemana-mana, tercium aroma yang mengundang selera, seolah mengajak setiap manusia yang lewat untuk singgah, datang, berkunjung dan mencicipi milu bakar dan sate kolobi di tempat ini. kendaraan pribadi yang menyemut dipinggir jalan menandakan banyaknya pengunjung pada malam ini.
Suasananya yang sejuk membuat aku ingin berlama-lama menikmati suasana tempat ini. Sambil menikmati suasana  malam di tempat yang sejuk ini, pikiranku melayang pada kegiatan setahun yang lalu. Kegiatan Penataran Dasar Guru Sekolah Minggu. Kegiatan yang dimotivasi oleh keinginan yang sungguh untuk membaharui pelayanan anak di jemaat GMIM Tiberias Kiniar. Kegiatan yang bertujuan untuk menyegarkan kembali motivasi guru sekolah minggu dan  mempersiapkan kader-kader baru guna meneruskan pelayanan anak, sebagai guru sekolah minggu. Kegiatan yang berat, namun sangat berkesan dan menyenangkan. Sebuah kegiatan yang menciptakan kebersamaan menjadi awal persaudaraan dalam pelayanan menjadi guru sekolah minggu. 
 Setahun yang lalu, berawal dalam sebuah ibadah persiapan guru sekolah minggu, dikemukakanlah sebuah usul untuk mengadakan penataran dasar anak sekolah minggu. Sebuah usul yang ternyata mendapat respon baik dan gembira oleh komisi anak pada saat itu. Akhirnya, dilandasi dengan motivasi yang tulus untuk melayani Tuhan, Panitia penataran dasar pun terbentuk, mulailah masa-masa berat guna melaksanakan segala macam usaha supaya kegiatan ini dapat berlangsung dengan sukses demi kemuliaan nama Tuhan. Panitia melakukan usaha pencaharian dana, merancang kegiatan, menghubungi pembicara serta mengatur dan menyediakan semua yang dibutuhkan guna kesuksesan acara ini. Dalam prosesnya semua usaha yang dilakukan panitia tidak semudah membalikkan telapak tangan, banyak tantangan dan pergumulan yang dihadapi, antara lain; sulitnya mengumpulkan dana; bangun subuh untuk membuka kantin dan melaksanakan ibadah pagi, menjual ikan dan sayur masak serta kue, keliling kampung. Bergadang satu malam dihadapan computer dan printer untuk membuat buku panduan, id card, dan tanda terima kasih untuk pembicara. Ternyata, moment-moment sulit inilah yang pada akhirnya membuat kegiatan setahun yang lalu ini sangat berkesan dan terus tergiang dalam hati dan pikiranku. Maka benarlah kata orang “hidup akan lebih berwarna karena tantangan dan pergumulan yang dihadapi”. Setelah melakukan segala macam persiapan, kegiatan penataran dasar pun dilaksanakan, kegiatan yang tadinya hanya dikhususkan untuk jemaat GMIM Tiberias Kiniar ternyata mendapat respon baik dari jemaat-jemaat yang ada di wilayah Tondano 1 (sebelum pemekaran). Pembicara yang dihubungi semuanya bersedia membawakan materi, makanan untuk peserta sangat melimpah, dana yang diperoleh lebih dari cukup, pokoknya semuanya berlangsung baik dan lancar. Sungguh sangat menyenangkan bagiku bisa terlibat langsung dalam kepanitiaan pada saat itu, panitia yang sungguh-sungguh memberi diri tanpa mengharapkan sesuatu, penuh dengan ketulusan untuk memberikan yang terbaik guna pelayanan anak dijemaat GMIM Tiberias Kiniar. 
Setelah dilaksanakannya penataran dasar guru sekolah minggu, sungguh luar biasa hasil yang diperoleh. Disamping pengalaman dan ilmu bagaimana memberi diri dalam pelayanan anak, Pemberiaan diri kaum muda dalam pelayanan anak mulai nampak; Bahkan banyak yang sangat kreatif  dan memiliki motivasi yang benar untuk melayani. Bahasa sini bilank, memang butul-butul mo melayani tanpa mengharapkan sesuatu. Memang butul katu, ternyata jika dilandasi dengan motivasi yang tulus, pasti segala sesuatu yang direncanakan akan berbuah manis dan melimpah. Dampaknya, kegiatan pelayanan anak dijemaat GMIM Tiberias Kiniar menjadi lebih hidup; kehadiran guru sekolah minggu dalam persiapan ibadah guru sekolah minggu meningkat pesat. Kehadiran anak-anak sekolah minggu baik di gereja dan di rabu gembira bertambah banyak. Terasa jelas anak-anak menjadi sangat dekat dengan guru sekolah minggu mereka, para guru sekolah minggu pun tidak segan dan malu untuk menjemput anak-anak supaya datang ke sekolah minggu atau rabu gembira. Terpancar kebahagiaan dari raut wajah anak-anak, dan tergambar kepuasan tersendiri di hati seluruh guru sekolah minggu ketika memberi diri dalam pelayanan.
Sekarang, Rabu, 25 Agustus 2010, Satu tahun lebih setelah kegiatan penataran dasar guru sekolah minggu; Banyak orang mudah memberi diri dalam pelayanan anak di jemaat GMIM Tiberias Kiniar, mungkin pelayanan anak di jemaat GMIM Tiberias Kiniar akan membuat jemaat lain “iri” karena banyaknya kaum muda yang memberi diri. Guru sekolah minggu yang ada sangat mampu diberikan tanggung jawab untuk membawakan cerita anak atau rekreasi. Ibadah persiapan guru sekolah minggu sudah rutin terlaksana seminggu sekali. Bagiku, Sangat beruntung komisi anak sekarang ini, sumber daya manusia sangat melimpah; baik dari segi kemampuan guru sekolah minggu maupun potensi anak sekolah minggu yang ada, tinggal bagaimana mengatur dan mengembangkannya.
Dunia terus berputar, waktu pun terus berjalan, permasalahan berganti. Sekarang, permasalahan yang dialami pelayanan anak di jemaat GMIM “Tiberias” Kiniar bukan lagi pada kesulitan mencari kader-kader baru untuk menjadi guru sekolah minggu, bukan lagi pada ketidaksiapan guru untuk membawakan cerita disaat ibadah sekolah minggu atau kekurangan guru untuk menuntun rekreasi, doa dan sebagainya. Bukan pada kurangnya kehadiran guru sekolah minggu dalam persiapan, sekolah minggu dan rabu gembira. Bukan pada kurangnya kehadiran anak-anak dalam rabu gembira dan sekolah minggu karena tidak ada guru yang menjemput dan mengantarkannya kembali. Sekarang, Kader melimpah, potensi pun sangat besar. Jika dahulu kaum muda merasa malu menjadi guru sekolah minggu sekarang malahan bagi kaum muda menjadi guru sekolah minggu menjadi sebuah kebahagian tersendiri.
Sekarang, masalah yang dihadapi pelayanan anak jemaat GMIM “Tiberias” Kiniar berbeda dengan permasalahan yang dialami setahun yang lalu. inilah dinamika pelayanan, pergumulan dan permasalahan yang lain terselesaikan akan berganti dengan permasalahan dan pergumulan yang lain. Inilah realita pelayanan. Permasalahan dan pergumulan tidak akan pernah lepas dalam kehidupan pelayanan. Permasalahan dan pergumulan merupakan warna dalam pelayanan. permasalahan dan pergumulanlah yang membuat pelayanan lebih berkesan dan terasa indah pada akhirnya. Seseorang berkata “Bukan keberhasilan yang akan selalu diingat tapi kebersamaan dalam melewati kesulitan dan tantangan yang akan selalu menimbulkan kesan dan selalu akan dikenang”.
Sekarang, bagaimana kita berusaha untuk terus memupuk motivasi pelayanan yang sudah ada agar terus berbuah. Tulisan ini sebenarnya mengenang kembali motivasi pelayanan setahun yang lalu, sekaligus memgingatkan pada kita GSM betapa sulitnya mengumpulkan orang muda untuk memberi diri dalam pelayanan anak. Hasil sudah kelihatan, pohon yang ditanam setahun yang lalu sudah bertumbuh menjadi pohon yang besar nan indah dengan buah yang lebat, apakah sekarang pohon yang susah payah kita tanam setahun yang lalu akan dibiarkan mati begitu saja? Semuanya tergantung engku2 dan enci2 yang ada sekarang ini. apakah kita rela melihat anak-anak sekolah minggu jemaat GMIM Tiberias Kiniar terlantar dan menjauhkan diri dari persekutuan ibadah sekolah minggu dan rabu gembira, dengan alasan “ndak ada kuah yang jaga singgah”? sampingkanlah ego pribadi yang besar demi anak2 sekolah minggu jemaat GMIM “Tiberias” Kiniar. Setiap manusia mempunyai perasaan, marilah saling menjaga. Semua manusia mempunyai talenta, marilah berdayakan. Semua manusia mempunyai kekurangan, marilah saling maklumi. Semua manusia memiliki karakter dan sifat yang berbeda, Itulah kekayaan.
Manusia merasa sangat puas dan berharga ketika merasa diri mempunyai andil besar dalam pelayanan. Inilah yang membuat manusia terbuai dengan keegoisannya, manusia merasa puas apabila segalanya selalu berakhir dengan pujian. Manusia merasa hebat ketika segala kegiatan berakhir dengan sukses. Mungkin bagiku jalan yang benar untuk mengembalikan motivasi yang baik seperti setahun lalu adalah merasakan kegagalan. Jujur sekarang ini kita terbuai dengan segala keberhasilan. Doa-doa syukur kita hanya menjadi formalitas belaka tanpa benar-benar mengandalkan Tuhan. memang sangat benar opa samping rumah berkata “masa-masa kesukaran membuat kesatuan dan motivasi pelayanan menjadi Tulus dan besar dan ketika berada pada masa kelepasan kesatuan pecah dan motivasi iman luntur karena terbuai dalam keyamanan”. Kadang kita merasa sangat giat namun tentu ada saatnya kita merasa sangat jenuh. Keberhasilan sebenarnya bukan diukur dari apa yang telah kita lakukan, dan berhasil, tapi ketika kita sangat jenuh dan masih memberi diri dalam pelayanan.
Satu tahun lebih bukanlah waktu yang singkat tapi juga bukan waktu yang lama dalam pelayanan anak. Banyak pengalaman yang telah diperoleh, banyak juga kebersamaan yang telah dilalui. Namun dihadapan kita masih ada tahun-tahun berikutnya untuk menguji motivasi pelayanan dan kebersamaan guru sekolah minggu. Menjadi Remaja, mungkin hanya sampai 17 tahun, menjadi komisi remaja sampai 25-30 tahun kecuali penatua remaja boleh sampe umur 65 tahun. Menjadi komisi pemuda Cuma sampe umur 30 tahun (sesuai tata gereja ne, hehehe). Menjadi komisi WKI musti so kaweng sama deng komisi PKB. Menjadi lansia, hehehehee…. musti so berumur 50-an keatas. Mar menjadi guru sekolah minggu tidak ada syarat yang harus dipenuhi, Yang penting bersedia memberi diri melayani anak; maso sekolah minggu, so jadi guru sekolah minggu (lebe jago kalo iko penataran dasar, mar itu urusan berikut). Guru sekolah minggu merupakan gelar seumur hidup; sekali menjadi guru sekolah minggu selamanya adalah guru sekolah minggu; ndak pernah ada kata pension atau dipecat. Ndak ada batasan umur; sapa yang suka melayani di pelayanan anak, silakan. Menjadi guru sekolah minggu dimasa muda terdapat kepuasan tersendiri. Memang menghadapi anak-anak tidak semudah menghadapi orang dewasa. “Mo togor tu anak supaya nimbole beking, malah tare dorang lebe beking”, Ada yang Rewel, ada yang suka diperhatikan, agak nakal, ada yang pendiam dan pemalu dan sebagainya. Tapi inilah kepuasan dan kebahagiaan tersendiri yang dirasakan oleh Guru Sekolah Minggu. Awalnya memang terasa sulit dan canggung tapi lama kelamaan akan berubah menjadi kegiatan yang menyenangkan dan membawa kebahagiaan.
            “Manjo somo pulang” terdengar ucapan seorang teman yang membuatku tersadar dari lamunan tentang moment setahun yang lalu. Tiba waktunya untuk kembali ke kampung. Ndak dapa rasa so 2 jam lebe torang ada di “Boulevard”. Suasananya masih sangat ramai, bahkan lebih ramai dari sebelumnya. Bagiku tempat ini merupakan tempat yang indah, mengasikkan, tinggal dibutuhkan sentuhan dari pemerintah daerah untuk membuat tempat ini menjadi lebih mempesona dan lebih nyaman lagi untuk dikunjungi. Yang paling pokok, “milu bakar denk sate kolobi di sini pe enak skali komank”. 
Akhirnya, Berawal dari keinginan yang sungguh untuk memperbaharui pelayanan anak di jemaat GMIM Tiberias Kiniar, terciptalah kebersamaan guru-guru sekolah minggu yang kreatif dan sungguh-sungguh memberi diri dalam pelayanan. Milu bakar denk sate kolobi menjadi saksi indahnya kebersamaan suatu keluarga dalam pelayanan anak. Kebersamaan yang tercipta malam ini di “Boulevard” berawal dari kegiatan penuh pengalaman setahun yang lalu. Kebersamaan malam ini menjadi symbol keberhasilan kegiatan setahun yang lalu. Cita-cita untuk memunculkan kader baru dalam pelayanan anak di jemaat GMIM tiberias Kiniar telah terwujud.
Kegiatan setahun yang lalu merupakan moment indah yang akan selalu diingat dan dikenang. Moment yang memberikan pengalaman, senyum bahagia, amarah, persahabatan, keluarga dan kebersamaan. Moment yang mengawali misteri di masa yang akan datang, menarik ditunggu cerita GSM dan anak sekolah minggu di jemaat GMIM Tiberias dimasa yang akan datang.   
Akhirnya rombongan sepeda motor beriringan meninggalkan kawasan “Boulevard” menuju kampung tercinta, tempat pelayanan. Jalan lurus yang lebar nan lengang menemani perjalanan kami,  udara yang dingin menusuk tulang mengantar kepulangan kami. Harapanku, Semoga kebersamaan ini dapat terus terjaga. Amin.
Rabu, 25 Agustus 2010
Boulevard, Tondano.
Dalam sebuah kebersamaan.


No comments:

Post a Comment