Thursday, December 30, 2010

LANGIT BARU DAN BUMI BARU? (Wahyu 21:1-2)


Dalam perjalanan sejarah umat percaya banyak bermunculan ramalan-ramalan mengenai akhir zaman. Pada tahun 2003 di Bandung ramai diberitakan tentang sekelompok orang yang meyakini bahwa kiamat akan terjadi pada tanggal 10 November tahun itu juga.  Tahun 1970-an di Amerika Serikat terdapat kelompok Jim Jones, tahun 1990-an ada kelompok David Koresh dan masih banyak lagi sekte-sekte dalam kekristenan yang telah muncul, sementara muncul dan mungkin saja masih akan muncul. Mereka bersedia meninggalkan semua kepunyaannya untuk mempersiapkan diri menantikan kedatangan Kristus dan hari akhir zaman.
Mereka bisa dikatakan sebagai kelompok fundamentalis Kristen. Kelompok ini menggunakan Alkitab, khususnya kitab Wahyu, sebagai bola kristal untuk meramalkan kedatangan Tuhan dan tentu saja akhir zaman. Seringkali perang, bencana alam dan kejadian-kejadian penting yang terjadi dalam dunia dihubungkan dengan kitab Wahyu dan dikatakan kiamat akan datang atau Tuhan akan datang. Ciri-ciri kaum fundamentalis Kristen adalah menafsirkan kitab suci secara harafiah dan mencoba untuk menerka-nerka kapan Kristus datang. Mereka tertutup dan hanya meyakini merekalah yang paling benar.
Adapun pemahaman umat percaya mengenai kitab Wahyu berbeda beda. Jika Kaum fundamentalis mengganggap kitab Wahyu sebagai alat untuk meramalkan masa depan. Sebagian orang Kristen yang lain menganggap kitab Wahyu adalah kitab yang menakutkan karena berisikan hal-hal yang mengerikan mengenai penghakiman, penghukuman, peperangan, dan ada juga berpendapat bahwa kitab Wahyu adalah kitab yang sulit dimengerti karena berisikan bahasa-bahasa asing yang hanya bisa dimengerti oleh pendeta atau orang-orang yang belajar teologi.
            Nah, berdasarkan anggapan-anggapan di atas maka kita patut mengajukan pertanyaan-pertanyaan guna menumbuhkan iman kepercayaan kita kepada Kristus. Bukankah Beriman selalu mengajukan bertanya. Apakah benar kitab Wahyu adalah bola kristal yang bisa meramalkan kapan datangnya akhir zaman? Ataukah sebuah penguatan dan motivasi guna penguatan iman jemaat? Dan apakah memang benar kitab Wahyu itu adalah kitab yang menakutkan dan sulit untuk dimengerti?
Sebenarnya kitab Wahyu bukanlah suatu kitab untuk meramalkan masa yang akan datang, tapi kitab Wahyu adalah kitab penguatan. Kitab yang menceritakan mengenai karya Yesus sebagai Juruselamat yang telah berlangsung, sementara berlangsung dan akan terus berlangsung. Kita mungkin bertanya, kok bisa kitab Wahyu yang nampak menakutkan berisi penguatan iman? Jawabannya, karena seperti kita ketahui bersama, umat percaya dalam masa awal kekristenan berada dalam penindasan yang sangat dasyat. Mereka dibakar hidup-hidup untuk dijadikan obor pada malam hari, disalibkan, disuruh untuk ber-duel dengan binatang buas, ada yang langsung dipancung kepalanya, dan mungkin yang paling ringan, diasingkan di pulau terpencil (seperti dialami oleh penulis kitab Wahyu yang dibuang di pulau Patmos). Kitab Wahyu menguatkan umat bahwa kasih Allah selalu ada dan baru; walaupun dalam keadaan yang menyulitkan.
Kitab ini merupakan kitab yang unik, menawan dan istimewa. Mengapa? Karena menceritakan kasih Allah terhadap umat percaya dalam suatu rangkaian cerita yang indah. Kitab ini adalah rangkaian kisah mengenai Yesus Kristus yang telah menyelamatkan umat, sementara bersama dengan umat dan menyiapkan kehidupan yang kekal bagi umat.
Kitab Wahyu menggunakan banyak simbol-simbol, bahasa kerennya menggunakan sastra apokaliptik yang banyak menggunakan bahasa-bahasa simbol. Inilah yang menjadikan kitab Wahyu sulit dimengerti oleh kita sebagai penerima kedua. Namun orang-orang yang menjadi penerima pertama yang berada dalam situasi penindasan sangat memahami isi dan maksud dari kitab ini karena menggunakan bahasa simbol yang dekat dengan kebudayaan mereka. Contoh GMIM mengunakan burung Manguni dalam lambang GMIM. Mengapa? Karena burung Manguni berakar dan dipahami dalam kehidupan bermasyarakat di tanah Minahasa. Burung Manguni dekat dengan orang Minahasa. Orang Minahasa tentu saja mengerti mengenai simbol dan makna dari  burung Manguni, namun hal ini tidak berlaku bagi orang yang di luar tanah Minahasa karena mereka memiliki kebudayaan yang tentu saja berbeda dengan kebudayaan di tanah Minahasa. Itu juga yang terjadi pada kita. Banyak simbol dalam kitab Wahyu yang tidak kita mengerti. Jadi, harus diteliti terlebih dahulu makna simbol itu bagi umat waktu itu.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kitab Wahyu merupakan tulisan penguatan iman. Memberitakan tentang Kristus yang telah bertindak dan sementara bertindak menyiapkan kehidupan yang kekal bagi setiap umat yang taat dan setia. Refleksi umat yang berada dalam pergumulan karena penindasan yang bermaksud memberikan penguatan dan pengharapan agar memiliki semangat hidup untuk taat dan setia dalam iman kepercayaan kepada Kristus.
Dalam Wahyu 21 dituliskan mengenai langit baru dan bumi baru. kita ingat bahwa kitab Wahyu dipenuhi dengan bahasa symbol, maka jelaslah bahwa langit dan bumi baru bukanlah  menunjuk pada bola bumi yang baru dan isinya yang baru. Dalam bahasa Alkitab, kata baru mempunyai dua arti: yang satu “baru” dari kata neos yaitu baru dalam pengertian waktu. Contoh mobil yang lama. Setelah bosan kita ingin menggantinya dengan mobil yang baru, lebih mewah, lebih indah, lebih gaul yang tentu saja lebih mahal. Masih merupakan sebuah mobil tapi bukan lagi mobil yang dahulu melainkan mobil yang berbeda. Pokoknya mobil yang baru! Benar-benar baru, berbeda dari yang lalu. Ada juga “baru” dari kata kainos yaitu suatu keadaan yang baru. Kainos hanya dapat dihasilkan dan dikerjakan oleh Allah. Langit dan bumi yang sama namun keadaan yang berbeda. Contoh ketika kita letih seharian harus bekerja, sebagai guru, pegawai, dll. Malamnya harus menyelesaikan tugas yang menumpuk. Tentu saja setelah itu kita merasakan keletihan yang sangat. Lalu kita beristirahat dan bangun pada esok hari dengan tubuh yang segar. Orang yang sama namun keadaan yang berbeda. Malamnya letih; paginya segar bugar. Malamnya sedih; paginya mungkin gembira. Itulah kainos! Pribadi yang sama atau bisa saja barang yang sama dengan keadaan yang berbeda. Bumi dan langit yang sama tetapi telah diperbaharui. Pembaharuan itu telah berlangsung, sementara berlangsung dan akan terus berlangsung.
Dalam wahyu 21 juga diceritakan mengenai sang pelihat yang melihat sebuah Yerusalem baru. Ini bukan kota Yerusalem di Israel namun lebih pada persekutuan orang yang percaya. Menunjuk pada gereja, persekutuan orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Kristus yang ajaib. Orang-orang yang telah diperbaharui karena kasih Kristus. Dahulu orang yang berdosa. Sekarang; menjadi anak-anak Allah. Kitalah itu! Kitalah Gereja! Kitalah orang-orang yang telah diperbaharui. Meninggalkan yang lama dan menjawab yang baru. Orang yang sama dengan keadaan yang berbeda. Dahulu orang berdosa sekarang anak Allah. Sebab itu, sebagai orang yang telah diperbaharui, kita patut menunjukkan sikap dan tindakan hidup sebagai orang yang telah diperbaharui. Kehidupan yang berbahagia adalah kehidupan dimana kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita, yang tentu saja berdampak pada sikap dan tindakan hidup; mengikuti teladan Kristus.
Lewat perenungan ini kita dapat meyakini bahwa Allah yang telah menyelamatkan dan sementara berkarya sekarang ini, selalu menunjukkan kasih-Nya dan sedang menyiapkan masa depan yang gemilang bagi orang percaya. Pertanyaan bagi kita sebagai gereja, apakah penglihatan dalam kitab Wahyu mengajarkan kita untuk menunggu saja? Meninggalkan segala sesuatu yang kita miliki dengan Alasan untuk bersiap menyambut kedatangan Tuhan? Ataukah menikmati pembaharuan Kristus dengan sikap dan tindakan yang benar-benar telah dibaharui?


FPK
Diterbitkan dalam makari05; 24 renungan tentang kebahagiaan
2009

No comments:

Post a Comment