Thursday, December 23, 2010

ORANG MAJUS: DIANGGAP KAFIR TAPI DATANG MENCARI SANG JURUSLAMAT DUNIA MATIUS 2 : 1-12


 Peristiwa kelahiran Yesus tidak bisa dipisahkan dari orang majus. Dalam ibadah-ibadah penghayatan kelahiran/ natal, seringkali disinggung mengenai orang majus. Bahkan ada kalanya refleksi natal menampilkan orang majus yang membawa persembahan kepada bayi Yesus. Benar, dan tidak bisa dipungkiri, orang majus memang adalah bagian dari kisah kelahiran Yesus; bacaan kita sekarang, menyaksikan akan hal itu. Pertanyaan yang muncul, apakah kita mengerti mengenai orang majus ini? siapakah mereka? Dan Sebenarnya apa pesan dibalik tampilnya orang majus dalam peristiwa kelahiran Yesus? Ataukah orang majus bagi kita hanya menjadi tokoh tanpa makna yang menyemarakkan perayaan natal kita.
Sekarang ini banyak hayalan dan mitos yang berkembang mengenai orang majus ini. Istilah “Majus” sendiri berasal dari bahasa Yunani “Magos” yang berarti mega, besar, agung, mulia. Jadi, Orang majus adalah orang besar; bisa jadi adalah raja-raja dari timur atau sekurang-kurangnya; mereka merupakan orang-orang penting yang memainkan peranan politik dan keagamaan yang sangat besar di istana Timur tengah kuno. Ketika mereka datang mengunjungi bayi Yesus karena dituntun oleh sebuah bintang; konon, mereka berjumlah tiga orang. Ada yang mengatakan mereka melakukan perjalanan mengunakan unta. Katanya sie, “Ada yang berkulit hitam”; ada juga yang mengatakan mereka merupakan orang Persia, ahli ilmu perbintangan atau astrologi. Nama mereka menurut Tradisi Suriah adalah: Larvandad, Hormisdas, dan Gusnasaf. Sementara tradisi Armenia hanya menyebutkan dua nama, yaitu; Kagba dan Badadilma. Dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut para "Tiga Raja", yang bernama; Baltasar, Melkior, dan Kaspar. Lalu mereka sering juga digambarkan sebagai orang Asia, Afrika dan Eropa. Pada abad ke-6 masehi, kisah tentang Tiga Orang Majus ini muncul sebagai cerita yang sangat populer.
Semua uraian tentang orang majus di atas hanya sebatas hayalan dan mitos. Mungkin saja benar; tapi juga, kemungkinan paling besar; ya, salah. Kita juga bisa membuat cerita sendiri mengenai orang majus ini, tentu saja berdasarkan pada situasi dan kondisi kita sendiri. Contohnya, mungkin kita bisa menghayal, nama-nama mereka adalah utu, alo dan tole; waktu datang ke tempat Yesus mengunakan bentor, bendi atau juga bisa mikrolet. Tidak ada salahnya, kan? Namun sekali lagi semuanya hanya kayalan kita belaka. Jadi, supaya beritanya tidak simpang siur, ada baiknya kita hanya berpatokkan dari pembacaan kita sekarang ini.
Dalam injil Matius ini, orang majus tidak digambarkan dengan sejelas-jelasnya. Yang diceritakan dengan pasti, hanya apa yang mereka bawa dan persembahkan kepada bayi Yesus; serta ada sebuah bintang yang menuntun mereka. Tidak disebutkan berapa jumlahnya. Datang naik apa. Warna kulitnya apa. Bahkan dalam pembacaan kita ini, tidak disebutkan nama-nama mereka. Kita pun patut bertanya, mengapa demikian? Jawabnya, karena injil Matius bukan menceritakan tentang orang majus, tapi Yesus. Siapapun mereka, dan berapa jumlahnya, tidaklah penting. toh, yang ditekankan oleh penulis injil Matius bukanlah mereka. Ibarat sebuah film, orang majus hanyalah pemeran pembantu untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari sang sutradara (penulis injil). Apapun yang dikatakan tentang orang majus, semuanya hanya merupakan tafsiran pribadi ataupun juga kelompok. Tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Lagipula ada sesuatu yang lebih indah untuk ditonjolkan daripada orang majus. Apa itu? Ya, kelahiran sang juruslamat dunia! Yesus Kristus.
Sebenarnya pertanyaan utama yang harusnya muncul setelah membaca perikop ini adalah: Siapakah bayi yang baru lahir ini; sehingga orang majus menyediakan waktu, berlelah-lelah, mengikuti bintang itu untuk datang menyembah bahkan memberikan mas, kemenyan dan mur kepada-Nya?
Inilah Jawabannya. Karena Dialah Mesias. Tapi mesias yang berbeda; bukan seperti yang diharapkan oleh orang Israel. Mesias secara politik; Yang akan kembali membawa kejayaan bagi bangsa Israel. Tapi, sebaliknya; Dia adalah mesias yang menderita. Dialah yang mengorbankan nyawa-Nya; mati dikayu salib, namun bangkit pada hari yang ketiga untuk menyelamatkan umat manusia, keluar dari gelapnya dosa; kepada terang kasih Kristus. Dialah yang semua orang percaya di segala tempat dan segala zaman hayati dan peringati ulang tahun-Nya. Dialah pusat perayaan Natal kita. Dialah yang telah datang dan sementara kita nantikan kedatangannya kedua kali.
Melalui orang majus ini, Matius ingin menyampaikan pada para pembacanya bahwa keselamatan yang diberikan Allah, tidak hanya terbatas untuk orang-orang Israel, tapi semua orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Orang majus adalah “jembatan” untuk menyampaikan bahwa Yesus datang bukan hanya untuk orang Yahudi, tapi bagi seluruh manusia di dunia; Termasuk mereka yang dianggap kafir. Inti yang ingin disampaikan oleh penulis injil Matius adalah Yesus datang untuk menyelamatkan segala bangsa, termasuk bangsa kafir. Bangsa yang oleh orang Yahudi dianggap kafir; Allah datang juga bagi mereka.
Sekarang, natal kembali menyapa, pertanyaan bagi kita sebagai orang percaya: Apa yang telah, dan akan kita bahwa sebagai orang percaya yang telah dianugerahi keselamatan? Apa yang telah kita berikan kepada sesama kita sebagai respon iman atas kelahiran-Nya? Apa yang telah kita lakukan untuk diri kita sendiri? Orang majus yang adalah orang kafir; memberi hadiah mas, kemenyan dan mur. Lalu kita yang mengaku sebagai orang percaya, Apa yang telah kita berikan bagi juruslamat kita yang berhari ulang tahun sekarang ini?
Kita tidak harus memberikan sesuatu yang wah untuk menyenangkan hati-Nya. Dia tidak mengharapkan uang atau kekayaan kita. Dia tidak meminta kita untuk Mempersembahkan sama seperti yang dipersembahkan oleh orang majus itu. Tapi, ketika kita mencoba lebih dekat dengan-Nya, itulah hadiah terindah bagi-Nya yang berhari ulang tahun.  Dalam moment natal ini, kepada kita kembali diberikan kesempatan untuk datang mendekat kepada-Nya. Bagaimana caranya? Kembali mencari makna natal sesungguhnya; berbagi dengan keluarga dan sesama. Hadiah yang paling indah bagi-Nya, tidak bisa diukur dengan jumlah yang kita berikan, tapi ketulusan yang sungguh untuk memberi.
Akhirnya, marilah kita belajar dari orang majus; mereka adalah orang kafir, dihormati dan ditinggikan dalam strata social kehidupan masyarakat mereka. Tapi ternyata, mereka mau datang mendekat kepada sang Mesias yang lahir, memberikan hadiah, dan bahkan menyembah-nya. Pertanyaan bagi kita, yang mengaku diri sebagai orang percaya; pernahkah kita berusaha mencari dan berada paling dekat dengan Kristus? ataukah sebaliknya kita malahan berada pada barisan paling belakang untuk datang kepada-Nya? Pilihannya ada pada kita.  (FPK)

No comments:

Post a Comment