“Berbahagialah orang yang murah
hati-nya, karena mereka akan beroleh kemurahan” Matius 5:7
PERBUATAN
YANG MURAH MERIAH
By.
Frangky Daniel Mamahit
Suatu
hari seorang pengendara motor yang membawa uang jutaan rupiah melewati jalan
yang rawan pencurian. Benar saja. Saat ia melewati jalan itu, ia dirampok oleh
sekelompok pencuri. Oleh karena orang tersebut melakukan perlawanan, maka ia
dikeroyok sampai “babak belur”. Sungguh malang
nasibnya; bukan hanya dirampok, tapi juga dipukul habis-habisan dan
ditinggalkan begitu saja. Saat orang tersebut tergeletak hampir mati, lewatlah
mobil Kijang Inova yang dikendarai seorang pendeta. Karena sedang terburu-buru untuk
memimpin kebaktian di suatu tempat, pendeta tersebut lewat begitu saja tanpa
menghiraukannya. Selang beberapa waktu, lewatlah sebuah sepeda motor yang
dikendarai oleh seorang Kristen yang taat; rajin beribadah dan memberi diri
dalam pelayanan gereja. Hatinya tergerak untuk menolong, namun keinginannya itu
dikalahkan oleh ketakutannya, ia pun berlalu begitu saja. 2 jam kemudian,
lewatlah seorang bapak yang mengendarai mobil pick-up. Bapak ini hendak pulang setelah berjuang keras seharian
untuk memperoleh penghasilan. Melihat keadaan orang yang dirampok itu, hati
sang bapak pun tersentuh. Bahkan sang bapak bersedia menolong orang tersebut;
membawanya ke rumah sakit terdekat untuk dirawat, dan memberikan semua hasil
kerja kerasnya seharian untuk menanggung biaya rumah sakit orang
tersebut.
Dari
cerita di atas, sang bapak pengendara pick-up menjadi gambaran orang yang murah
hati. Kelelahan karena berjuang seharian mencari uang, tidak membuatnya menutup
mata atas pergumulan orang lain. Hidup berkekurangan bukanlah halangan untuk
memberi dan membantu orang yang berkesusahan. Sang bapak bersedia menolong
orang
yang dirampok, sekalipun dia sendiri kelelahan dan
berkekurangan. Sikap sang bapak ini berbeda dengan sikap sang pendeta yang
sibuk dengan pelayanannya, dan seorang Kristen yang taat dan setia terhadap
ajaran-ajaran Gereja namun takut untuk mengambil risiko besar.
Tindakan
yang dilakukan oleh sang bapak dalam cerita di atas mengingatkan kita pada
cerita orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:25-37). Orang Samaria
yang dianggap sebagai bangsa kelas dua, kafir dan dianggap berdosa, namun
memiliki kemurahan hati untuk menolong sesamanya manusia. Luar biasa! Berbeda
dengan seorang imam dan seorang Lewi yang menganggap diri suci karena sangat
kuat menjaga ketaatan mereka kepada Tuhan, namun kurang ”peka” terhadap
sesamanya manusia. Perbuatan sang bapak dalam cerita di atas; memberi
pertolongan pada orang yang sedang sekarat merupakan perwujudan kasih yang
sangat mulia. Kasih yang bukan hanya sebatas kata “kasihan”, namun kasih yang
terwujud dalam tindakan nyata.
Murah
hati bukanlah hati yang murahan, tetapi perbuatan kitalah yang murah-meriah. Kemurahan hati terpancar
lewat perbuatan kita; perbuatan yang suka menolong orang lain tanpa banyak
perhitungan. Menolong orang lain adalah respon atas kasih Allah kepada kita.
Menolong orang lain adalah bentuk kesaksian iman kita selaku orang percaya.
Kebahagiaan kita bukanlah milik kita sendiri. Kebahagian juga dapat kita
peroleh ketika kita melihat orang lain bahagia karena kita. Janji Tuhan bagi
mereka yang murah hati; karena mereka
akan memperoleh kemurahan Allah”. (Matius 5:7b) (FDM)
”Murah hati bukanlah hati yang murahan, tetapi perbuatan
kitalah yang murah-meriah” (FDM)
No comments:
Post a Comment