“Berbahagialah
orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” Matius
5:6
KEBAHAGIAAN KARENA KEBENARAN
By. Heidy Natalia Tuerah
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan
kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”. Yang dikatakan berbahagia oleh Yesus adalah
mereka yang lapar dan haus akan kebenaran. Kata ‘lapar’ dan ‘haus’ merupakan
bahasa kiasan yang digunakan untuk menggambarkan keadaan manusia yang rindu
akan Allah. Jadi, yang dikatakan ‘berbahagia’ oleh Yesus adalah mereka yang
lapar dan haus bukan sekedar oleh makanan maupun oleh minuman, melainkan lapar
dan haus akan kebenaran.
LAI
menerjemahkan kata yang dimaksudkan dalam ayat 6 ini dengan ‘kebenaran’ atau
bisa juga diterjemahkan dengan kata ‘keadilan’. Apa yang kita pahami dengan keadilan? Atau paling tidak dengan kata
‘adil’ itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil dapat berarti tidak berat sebelah;
tidak memihak; berpegang pada kebenaran. Latar belakang ucapan Yesus dalam
Matius 5:6 terdapat dalam Mazmur 146:7 : “Tuhan menegakkan keadilan untuk
orang-orang yang diperas”, dan Mazmur 10:17, 18: “keinginan (kehausan)
orang-orang yang tertindas telah Kau dengarkan, ya Tuhan; Engkau memasang
telinga-Mu untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak.”
Keadilan yang berasal dari Tuhan adalah keadilan yang membebaskan dan
menyelamatkan. Keadilan inilah yang dirindukan oleh orang-orang yang disebutkan
dalam ucapan bahagia ini.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari, Matius 5 ayat
6 ini diterjemahkan dengan “berbahagialah orang yang rindu melakukan kehendak
Allah; Allah akan memuaskan mereka”. ‘melakukan kehendak Allah’ berarti
‘melakukan keadilan’. Marilah kita melihat realita kehidupan kita saat ini; Tak
jarang dengan kedudukkan yang dimiliki, keadilan dapat diperjualbelikan. Yang
hitam dapat menjadi putih, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya persoalan
ekonomi sekarang ini, harga-harga sembako selalu mengalami kenaikan, kesulitan
BBM dan sebagainya. Tak jarang kita mendengar orang berkata; “yang kaya, semakin
kaya. Dan yang miskin, semakin miskin”. Anda dan saya mungkin dapat menikmati
makan nasi dan lauk sebanyak tiga kali dalam sehari, tetapi di luar sana masih
banyak saudara kita yang untuk makan sekali saja dalam sehari harus meminta-minta
dan bekerja seharian penuh. Apakah keadilan itu terwujud dalam kehidupan kita
sekarang ini? kita bisa menjawabnya sendiri.
Realita kehidupan kita dewasa ini memang
memprihatinkan, namun setidaknya, marilah kita belajar untuk berbagi
kebahagiaan dengan sesama kita. Akhirnya. Orang yang berbahagia adalah orang
yang sesungguhnya mampu membagi kebahagiaannya dengan orang lain, bukan
berbahagia di atas penderitaan orang lain. Semoga demikian! (HNT)
“Orang yang berbahagia adalah orang yang sesungguhnya
mampu membagi kebahagiaannya dengan orang lain, bukan berbahagia di atas
penderitaan orang lain”(HNT)
No comments:
Post a Comment