Tuesday, May 31, 2011

Mungkinkah Tuhan mengarahkan jalan kehidupanku?


Saat lulus SMA, ketika bimbang memilih tempat kuliah. Ada suara yang berkata; “Di-UKIT”. Yup, UKIT; tempat satu-satunya dimana aku mendaftarkan diri untuk menjadi calon mahasiswa, Tidak ada universitas lain. Pilihan yang ditentukan saat sore hari menjemput di depan pelataran rumahq; Bersama kedua orang tuaku. Respon mereka, baik. Seolah-olah Dia berkata “disitu tempat terbaik bagimu untuk mempersiapkan diri melalui dunia yang berat dan jahat ini”. Jujur, saat itu kesulitan dunia belum kurasakan. Yang aku tahu hanya belajar. Menuntut ilmu. Belum ada pikiran-pikiran yang lain. Belum terpikir bagiku mengenai jadi apa sabantar. Tiada beban dalam menjalani hidup. Kepolosan seorang anak mudah.
Sebelum masuk kuliah, seolah Dia berkata; “lihatlah dunia lain selain duniamu, belajarlah untuk mandiri dan bergaul dengan manusia yang lain”. Aq pun diberikan kesempatan oleh-Nya untuk keluar dari daerahq tercinta. Aq memperoleh kesempatan untuk jalan-jalan ke Balikpapan, Samarinda, dan kutai kartanegara. Selama 3 minggu di Kalimantan timur aku mendapatkan pengalaman yang indah. Bisa mandiri, berani tampil, saling berbagi dengan sahabat dan terlebih dari itu membuka dan menambah wawasanq. “Cukup frany… sekarang saatnya untuk focus pada studymu”. Ya, pulang dari Kalimantan Timur aku sudah harus masuk kuliah, menjadi orang asing di kampus UKIT. Maklum aq tidak menikuti ospek dan PMPK. “Aku memang sengaja membuatmu seperti ini untuk membuatmu lebih dewasa. Kebahagiaan dan pengalamanmu ke Kalimantan timur ada konsekuensinya, dan inilah itu”.
Seiring berjalannya waktu, Fakultas Teologi menjadi tempat menyenangkan bagiku. Asrama menjadi rumah kedua bagiku. Di asramalah seluruh kegiatanku dilakukan, semuanya seolah terjadwal dengan ketat. Waktu seolah-olah berlalu dengan cepat. Kuliah, makan siang, kuliah, perpustakaan, mesin ketik. “Semua rutinitas ini untuk kebaikanmu frany” seolah-olah itulah kata-Nya. Yudisium pertama pun tiba. “oh Tuhan, mengapa seperti ini?” Nilai-nilaiku hancur. “Memang hanya sampai disinikah kemampuanku”. Jalan menanjak  dari Café Kalutai menuju bukit Ispirasi menjadi saksi kekecewaan dan hancurnya diri ini. Dia seolah berkata “terima saja itu, itulah kemampuanmu sekarang. Lagi pula semua ini kuijinkan agar kamu lebih giat lagi. Berkaitan dengan nilai-nilai, aku menyiapkan sesuatu untukmu”. Semester ke-2 pun datang menyapa. Rutinitas kampus pun kembali ku jalani. Kuliah, makan siang, kuliah, perpustakaan, dan mesin ketik. Namun, ada semangat lebih pada semester ini. Semangat untuk membuktikan bahwa kemampuanku lebih dari semua nilai yang kudapatkan pada semester 1. Ya, usaha dan semangatku untuk mengubah nilai di semester ini berhasil. Nilai-nilaiku baik walaupun belum membanggakan. “Frany, teruslah berusaha, aku menyiapkan sesuatu yang indah untukmu”. Dia seolah-olah tersenyum padaku. “Aku akan memberikan pengalaman melayani bagimu. Semoga pelayanan ini membuatmu belajar melayani dengan sungguh”. Ya, pada liburan panjang tahun itu kami se-angkatan melaksanakan study pelayanan di sanger, Tabukan Tengah. Aq mendapatkan tempat pelayanan di Talengen. Sebuah pengalaman pelayanan yang mungkin tak akan terlupakan. Pengalaman yang penuh dengan cerita dan tantangan pelayanan. Disinilah aku belajar untuk memimpin ibadah dan bersosialisasi dengan masyarakat. Sebuah kisah pelayanan yang membekas di hatiku. Pulang dari study pelayanan selama 1 bulan lebih, rutinitas kampus kembali menyapa. Kuliah, makan siang, kuliah, perpustakaan, dan mesin ketik. Eits… yang terakhir mulai digantikan dengan computer. Mesin ketik mulai disinggkirkan. Modernisasi mulai merambah asrama UKIT. Wkwkwkwkwkwk… walaupun cuman ja pinjam tamang punya. Semester 3 dan 4 bisa dikatakan adalah semester-semester emasq di kampus tercinta, dari segi nilai. Luar biasa, sempurna. Anehnya, ketika semua yang aku impikan itu terwujud. Rasa malas dan pandang enteng mulai kurasakan hinggap dalam kehidupanq.
Semester 5 dan 6 menjadi puncak rasa malas dan bosan berkaitan dengan perkuliahan, apalagi saat itu aq sudah tidak berada di asrama, melainkan berada di tempat kost. Prestasi belajarq kembali menurun, namun masih bisa dikategorikan, baik. Kuliah, memang masih aq ikuti namun terkesan aq tidak lagi memiliki motivasi lebih untuk kuliah; yang penting so maso klar, duduk, ba cirita/ ba lamu, pulank. Aku pun mulai mencari tantangan baru. ”tunggu dulu frany, selesaikanlah dahulu study mu, segala sesuatu ada masanya, sabarlah.” Kejenuhan mulai menghampiri proses studyku. “okey, aku akan memberikan kamu pengalaman yang lain untuk menambah wawasanmu dan untuk menghilangkan kejenuhanmu pada studymu.” jadilah aku menginjakkan kaki di ibu kota Negara; Jakarta. 3 minggu disana membuat aq belajar bagaimana kejamnya kota besar. Untunglah aq datang sekarang ini hanya untuk berwisata. Jadi terasa kota Jakarta bagaikan surga yang indah. Namun aq belajar mengenai kesulitan merantau dan mengadu nasib di Jakarta. Sepulangnya dari Jakarta; Tetap saja, study sudah tidak menarik lagi bagiku. Paranya lagi, Pendeta sudah bukan menjadi tujuanku. “Frany… kamu butuh pengalaman yang mengingatkan kamu mengenai sebuah pelayanan”. Jadilah aku dan teman-teman melaksanakan PPL di Palu. Harus duduk selama 24 jam lebih dalam bis dari Manado menuju Palu. “Untuk membuatmu sungguh-sungguh merasakan pelayanan ini, Aku menyediakan tempat yang special untukmu”. Jadilah aku mendapatkan tempat pelayanan yang paling terpencil. Susah signal, jalan desa rusak parah, dan tidak memiliki listrik. Betul-betul sebuah pengalaman pelayanan yang berharga, membuatq mengetahui bagaimana sulit dan beratnya menerima tugas sebagai pelayan Tuhan.
Sepulangnya dari PPL aku semakin terauma dengan pelayanan. Sulit sekali ternyata melayani. Aku ingin bebas, ingin hidup senang, Gaul, lebih banyak lagi melihat dunia yang lain. “sabar frany… aku sedang membentukmu dan aku menyiapkan banyak perjalanan indah untukmu namun belum sekarang, sekarang ini biarlah kamu tetap focus study dan berusaha untuk secepatnya selesai”. Hatiq berontak; “ah, aku bosan dengan study, aku bosan dengan kuliah. Aku tidak tertarik pelayanan. Tidak ada contoh yang baik yang mereka perlihatkan padaku”.
Akibat dari pilihanku, tahun 2009 aku tetap harus berada di kampuz dan tidak ada pengalaman special di tahun itu. seolah Dia berkata; “selesaikan dulu studymu.” Tetap saja hatiku memberontak “aku bosan”. Dia kembali mengingatkan “semakin lama kamu berada di sini semakin banyak kesempatan yang kamu lepaskan frany. Ayo cepat selesaikan studymu”. Aq mulai berusaha untuk menyelesaikan studyku. Aku melaksanakan KKN, dan memulai proses penyusunan skripsi. “Nah, ada sedikit perubahan, baiklah aku akan memberimu pengalaman lain yang mudah-mudahan dapat kembali menambal spiritualitasmu yang semakin bolong” akhirnya, aq mendapat kesempatan mengikuti pertukaran mahasiswa dengan seminari Pineleng. Kegiatan yang ternyata sangat bermanfaat bagiku. Bermanfaat untuk kembali mengisi bejanaku yang kosong. Pengalaman dan pelajaran spiritual yang tidak pernah ditemukan selama kuliah di UKIT; ku temukan saat berada di seminari Pineleng. “Setelah bejanamu kembali terisi, selesaikanlah studymu”. Ya, aku berusaha untuk menyelesaikan skripsiku. “karena tugas akhirmu hampir rampung, maka Aku memberimu sebuah pengalaman lagi.” jadilah aku menjadi petugas sensus penduduk tahun 2010. “Oh, TUhan, sulit sekali tugasku ini. Harus berjalan kaki sepanjang hari, masuk/ keluar rumah. Sungguh, Aku tak sanggup”. Dia berkata; “pengalaman ini untuk mendekatkan kamu dengan manusia lain dan lebih dari pada itu supaya kamu sadar betapa sulitnya pekerjaan ibumu”. Aku pun berusaha menjalankan tanggung jawabku ini sampai tuntas. 1 bulan aku melaksanakan tugas ini di Tataaran satu. Tugas yang sungguh berat dan sangat melelahkan. “Bagus, karena keuletan dan ketekunanmu, walaupun tugas yang kamu lakukan jauh dari baik; bahkan klo mau jujur sangat buruk. Namun, Aku senang kamu mau berusaha. Aku akan memberikan pengalaman indah untukmu”. Ditengah-tengah melaksanakan tugas sebagai petugas sensus aku mendapat berita menjadi peserta pertukaran pemuda antar propinsi. “Wow, pengalaman yang aku idam-idamkan. Terima kasih Tuhan”. “yup, tapi tunggu dulu, kamu harus berusaha menyelesaikan perbaikan skripsimu dulu”. Aq berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan perbaikan skripsiku. “Tuhan, waktunya tidak memungkinkan; bagaimana ini”. Dia memberikan penguatan; “tenang saja, karena kamu sudah berusaha dengan baik, maka Aku akan memberikan jalan keluar”. Karena tugas Negara jadi aq bisa mengambil masa perpanjangan perbaikan skripsi. Aq bisa menyelesaikanx setelah pulang dari pertukaran pemuda. “Ty God”. Dia menjawab “No proplemo; sudah berangkat sana, semoga kamu mendapatkan pengalaman yang berharga dari perjalananmu yang panjang ini”. selama satu minggu aq mengikuti karantina peserta; Utusan masih-masih kota dan kabupaten se-Sulut. Aq merupakan utusan kabupaten Minahasa. Setelah pembekalan, Selama 1 minggu aku mengikuti jamboree di Landak, Pontianak, Kalimantan barat. Dan selama 1 bulan lebih melaksanakan tugas Negara di Ternate, Halmahera Barat, Jailolo. Sebuah pengalaman yang indah dan menyenangkan. Satu pengalaman yang sangat berharga ketika berada di Jailolo, yaitu; hidup ditengah masyarakat yang berbeda keyakinan denganq. Pengalaman ini membuatq sangat menhormati mereka yang berbeda keyakinan denganq. Di tengah kebahagiaan yang kurasakan Dia kembali berkata; “Masih ada rencana indah yang kusiapkan untukmu, tunggu saja”. Sepulangnya dari pertukaran pemuda. Aku bisa lebih menghormati potensi yang ada dalam diriku. Diapun menyapa; “semoga pengalaman itu membuat kamu puas. Eits, ingat selesaikan perbaikan skripsimu”. Waktu itu aku benar-benar termotivasi untuk segera menyelesaikan perbaikan skripsiku. Tapi, waktuq tidak memungkinkan untuk mengikuti wisuda. Bagiku hal itu bukanlah masalah. Akhirnya perbaikan skripsi pun rampung. Penjilidan dan kemudian pemasukkan penjilitan skripsi; Tanda bahwa aq telah menyelesaikan studiku, aq telah berhasil menyelesaikan kisah perkuliahanku. Terlihat dia tersenyum padaq; “heheheheehehe… selamat Frany… ada hadiah indah yang kusiapkan untukmu.”
….Bersambung

No comments:

Post a Comment