Monday, May 9, 2011

Apa yang mengerakan orang banyak ini untuk datang? (Fil 1:3-11)


Hari ini, halaman depan kantor rektorat yang luas ini nampak sangat ramai; Berbeda dengan hari-hari biasanya. Banyak orang berkumpul. Kesedihan dan kedukacitaan terpancar jelas pada wajah orang-orang yang berkumpul di lapangan ini; mata sebagian dari mereka berkaca-kaca menahan tangis. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang meneteskan air matanya. Pakaian yang dikenakkan pun serba hitam. Terlihat jelas pada salah satu sudut gedung universitas, sebuah kain putih yang penuh tulisan. Kain putih yang berisi kalimat-kalimat dukacita, yang menggambarkan kesedihan dan kehilangan dari setiap orang yang menuliskannya. Semua nampak larut dalam kesedihan dan kedukacitaan yang tulus. Ya, Hari ini akan dilaksanakan ibadah pelepasan bagi seorang pendeta, guru, pengajar, rekan kerja, dan orang tua yang puluhan tahun melayani dan mengabdi di universitas ini. Sosok yang dikenal sederhana, tenang, rendah hati dan teguh dalam pelayanannya.
Matahari mulai terasa menyegat, membakar kulit. Terdengarlah suara sirene yang menyayat hati; Awalnya terdengar pelan dan jauh, lama-kelamaan suara sirene itu terdengar semakin jelas, Dan kemudian, terdengar sangat-sangat jelas. Ternyata suara sirene itu berasal dari sebuah mobil jenasah. Orang-orang yang hadir pun tanpa dikomando langsung menuju mobil jenasah itu dan membuat sebuah barisan. Menyambut sosok yang dicintai dan dikagumi.
Orang-orang yang datang dengan hati yang tulus untuk mengenang sosok yang di kagumi, dihormat dan dicintai. Lebih dari itu, datang untuk memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan. Semuanya datang dengan ketulusan hati tanpa digerakkan orang lain.
Lalu, Apa yang mengerakan orang banyak ini untuk datang? Kenangan. Ya, kenanganlah yang mengiring orang banyak ini berkumpul dalam kesedihan dan kedukacitaan yang tulus hari ini. Mereka semua merasa kehilangan sosok yang dikagumi dan dikasihi; Di hati dan pikiran mereka masing-masing terkenang karya pelayanan, keteladanan, kehambaan, ketenangan, dan kerendahan hati sosok yang mereka kagumi dan kasihi ini. Terkenang pada pertemuan yang pernah terjadi dengannya; pada caranya mengajar, pada caranya membimbing, pada senyumannya, dan pada keteguhan hatinya menghadapi pergumulan dan tatangan kehidupan. Mata yang berkaca-kaca menahan tangis, dan tangisan sedih di wajah mereka yang hadir ini, bukanlah sebuah kepura-puraan, namun sebuah kesungguhan dan ketulusan dari hati yang terdalam.
Kenangan. Bukankah Itu jugalah yang dirasakan rasul Paulus kepada jemaat yang berada di Filipi. Kenangan yang sangat berbekas di hati dan pikiran rasul Paulus. Kenangan yang selalu diingat Rasul Paulus ketika berada di balik penjara; saat menulis “surat cintanya” kepada jemaat di Filipi. surat filipi lebih pada ungkapan perasaan rasul Paulus yang berisi ungkapan kasih dan cinta kepada jemaat di Filipi. Surat yang kelihatannya ditulis dengan perasaan; surat yang ditulis dengan hati. 
Dalam  Filipi 1:3-11, dari balik jeruji besi, Paulus menyinggung tentang kenangan itu; kenangan bersama jemaat Filipi yang tidak dapat dilupakannya. Kenangan ketika berkarya mengabarkan injil di Filipi. Mungkin saat itu, ketika sedang menulis suratnya kepada jemaat di filipi dari balik jeruji penjara, rasul Paulus sering tersenyum sendiri ketika mengingat kebersamaannya dengan jemaat yang ada di Filipi; Tersenyum karena dalam peristiwa-peristiwa yang menyakitkan justru tercipta sebuah rasa kekeluargaan yang hangat dan mesra. kenangan yang mungkin menghiburnya ketika berada dalam penjara.
Mungkin saat itu, dalam penjara yang dingin, gelap dan kotor. Dengan rasa sakit dan pedih karena mungkin dipukuli dan didera, Rasul Paulus terkenang akan pertemuan dan kebersamaannya dengan Lidia dan seisi rumahnya. seorang perempuan yang mendengarkan ajaran Paulus, percaya, dan memberi dirinya dibabtis; beserta seluruh orang dalam rumahnya. Bahkan mengijinkan rumahnya dijadikan tempat tinggal Rasul Paulus, tempat berkumpul dan beribadah kepada Tuhan. Terkenang juga pada mujisat yang dilakukannya terhadap seorang hamba perempuan yang kemasukan roh jahat; yang mengikutinya dari belakang sambil berteriak-teriak selama beberapa hari. Dan tentu kenangan bersama kepala penjara yang mencoba bunuh diri karena mengira Paulus telah berhasil lolos dari penjara. Kepala penjara yang akhirnya memberi diri untuk dibabtis dan mengikut Yesus bersama keluarganya.
Kenangan-kenangannya dengan jemaat di Filipi bukan terjadi  pada saat keadaan aman dan nyaman; tidak! Melainkan justru tercipta ketika berada dalam pergumulan dan tantangan pelayanan; Ketika melayani, ditangkap, dianiaya dan menjadi penghuni penjara. Namun justru dalam suasana bergumul dan tertekan itulah kenangan bersama jemaat di filipi menjadi semakin berharga. “Pergumulan pelayanan yang memunculkan kenangan”. Inilah kalimat yang tepat mengambarkan kenangan rasul Paulus pada jemaat di Filipi.
Kenangan yang sama juga dirasakan oleh jemaat Filipi terhadap Rasul Paulus. Jemaat Filipi selalu terlibat dalam usaha rasul Paulus mengabarkan injil. Jemaat filipi selalu membantu dana dan tentu saja doa. Paulus mengenang jemaat filipi dan disisi lain dikenang oleh jemaat filipi.
Kenangan yang dilalui dengan orang yang dikasihi memunculkan doa dan ucapan syukur. Seperti yang terjadi pada Rasul Paulus: Kenangannya bersama jemaat di Filipi memunculkan ucapan syukur dalam dirinya. “aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu”(ayat 3). Mengucap syukur karena apa? “persekutuanmu dalam berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini”.
Kenangan yang dialami bersama jemaat di filipi bermuara pada doa tulus untuk jemaat di Filipi. “semoga kasihmu semakin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah”(ayat 9-11). Tentu, Begitu juga sebaliknya, doa dan ucapan syukur jemaat Filipi untuk, dan karena rasul Paulus.
Kenangan. Setiap kita tidak bisa lepas dari kenangan. Setiap kita memiliki kenangan; Kenangan terhadap sahabat, dosen, dan pengajar; saat berada pada proses perkuliahan. Kenangan pada peristiwa-peristiwa dan sahabat masa kecil. Dan kenangan bersama keluarga tercinta; baik suka dan duka. Kenangan, membuat kita menyadari betapa berharga orang-orang yang berada disekitar kita. Kenangan, membuat kita peduli terhadap orang-orang yang kita kasihi dan cintai. Kenangan, membuat kita terhibur, tersenyum dan mengucap syukur. Kenangan jugalah yang membuat kita menangis dan bersedih. Kenangan jugalah yang membawa orang banyak ini menghadiri acara pelepasan pendeta, guru, keluarga dan dosen di halaman fakultas ini.
Kehadiran orang banyak ini adalah dorongan pribadi untuk mengenang kebersamaan yang tercipta dengan sosok yang dikasihi dan dikagumi. Dalam ibadah pelepasan ini. Kenangan-kenangan itu kembali tergiang jelas dalam pikiran dan hati masing-masing pribadi. Tentu berbeda satu dengan yang lain. Kenangan bersamanya sebagai dosen saat mengajar dalam kelas, sebagai papa Ani ketika mengadakan yudisium. Sebagai rekan kerja, saat mengajar. Dan sebagai keluarga. Sosok pendeta, guru, dosen, rekan kerja yang dikagumi, yang telah menyelesaikan pertandingan besarnya dalam dunia. Banyak orang memiliki kenangan baik dengannya. Kehidupannya berbekas dihati semua orang yang hadir pada acara ibadah pelepasan ini.
Tangisan yang sungguh, mengantar kepergiaannya untuk sementara. Tempat dimana dia disemayamkan ini, menjadi saksi betapa sosoknya menarik orang untuk datang melayat dan menunjukkan kedukacitaan. Tempatnya berkarya, menjadi saksi bagaimana keteladanan pribadinya. Banyaknya orang yang hadir dalam ibadah pelepasan ini menandakan bagaimana sosoknya telah meninggalkan kensngsn tersendiri dalam setiap pribadi yang hadir ini. Kehadiran semua orang dalam ibadah pelepasan ini, diiringi doa, dan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kehidupannya, meninggalkan kenangan bagi kami. Kenangan bersamanya, menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kami untuk berkarya, mengejar impian dan masa depan yang cerah. (FPK)

No comments:

Post a Comment