Sekarang
ini banyak hayalan dan mitos yang berkembang mengenai orang majus ini. Istilah
“Majus” sendiri berasal dari bahasa Yunani “Magos” yang berarti mega, besar,
agung, mulia. Jadi, Orang majus adalah orang besar; bisa jadi adalah raja-raja
dari timur atau sekurang-kurangnya; mereka merupakan orang-orang penting yang
memainkan peranan politik dan keagamaan yang sangat besar di istana Timur tengah
kuno. Ketika mereka datang mengunjungi bayi Yesus karena dituntun oleh sebuah
bintang; konon, mereka berjumlah tiga orang. Ada yang mengatakan mereka melakukan
perjalanan mengunakan unta. Katanya sie,
“Ada yang berkulit hitam”; ada juga yang mengatakan mereka merupakan orang
Persia, ahli ilmu perbintangan atau astrologi. Nama mereka menurut Tradisi Suriah adalah: Larvandad, Hormisdas, dan Gusnasaf. Sementara tradisi Armenia hanya menyebutkan dua nama, yaitu; Kagba dan Badadilma. Dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut para "Tiga Raja", yang
bernama; Baltasar, Melkior, dan Kaspar. Lalu mereka sering juga digambarkan sebagai orang Asia, Afrika
dan Eropa. Pada abad ke-6 masehi, kisah tentang Tiga Orang Majus ini muncul sebagai cerita
yang sangat
populer.
Semua
uraian tentang orang majus di atas hanya sebatas hayalan dan mitos. Mungkin
saja benar; tapi juga, kemungkinan paling besar; ya, salah. Kita juga bisa
membuat cerita sendiri mengenai orang majus ini, tentu saja berdasarkan pada
situasi dan kondisi kita sendiri. Contohnya, mungkin kita bisa menghayal,
nama-nama mereka adalah utu, alo dan tole; waktu datang ke tempat Yesus
mengunakan bentor, bendi atau juga bisa
mikrolet. Tidak ada salahnya, kan? Namun sekali lagi semuanya hanya kayalan
kita belaka. Jadi, supaya beritanya tidak simpang siur, ada baiknya kita hanya berpatokkan
dari pembacaan kita sekarang ini.
Dalam
injil Matius ini, orang majus tidak digambarkan dengan sejelas-jelasnya. Yang
diceritakan dengan pasti, hanya apa yang mereka bawa dan persembahkan kepada
bayi Yesus; serta ada sebuah bintang yang menuntun mereka. Tidak disebutkan
berapa jumlahnya. Datang naik apa. Warna kulitnya apa. Bahkan dalam pembacaan
kita ini, tidak disebutkan nama-nama mereka. Kita pun patut bertanya, mengapa demikian?
Jawabnya, karena injil Matius bukan menceritakan tentang orang majus, tapi
Yesus. Siapapun mereka, dan berapa jumlahnya, tidaklah penting. toh, yang
ditekankan oleh penulis injil Matius bukanlah mereka. Ibarat sebuah film, orang
majus hanyalah pemeran pembantu untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari sang
sutradara (penulis injil). Apapun yang dikatakan tentang orang majus, semuanya
hanya merupakan tafsiran pribadi ataupun juga kelompok. Tidak bisa dibuktikan
kebenarannya. Lagipula ada sesuatu yang lebih indah untuk ditonjolkan daripada
orang majus. Apa itu? Ya, kelahiran sang juruslamat dunia! Yesus Kristus.
Sebenarnya
pertanyaan utama yang harusnya muncul setelah membaca perikop ini adalah: Siapakah
bayi yang baru lahir ini; sehingga orang majus menyediakan waktu,
berlelah-lelah, mengikuti bintang itu untuk datang menyembah bahkan memberikan
mas, kemenyan dan mur kepada-Nya?
Inilah
Jawabannya. Karena Dialah Mesias. Tapi mesias yang berbeda; bukan seperti yang
diharapkan oleh orang Israel. Mesias secara politik; Yang akan kembali membawa
kejayaan bagi bangsa Israel. Tapi, sebaliknya; Dia adalah mesias yang
menderita. Dialah yang mengorbankan nyawa-Nya; mati dikayu salib, namun bangkit
pada hari yang ketiga untuk menyelamatkan umat manusia, keluar dari gelapnya
dosa; kepada terang kasih Kristus. Dialah yang semua orang percaya di segala
tempat dan segala zaman hayati dan peringati ulang tahun-Nya. Dialah pusat
perayaan Natal kita. Dialah yang telah datang dan sementara kita nantikan
kedatangannya kedua kali.
Melalui
orang majus ini, Matius ingin menyampaikan pada para pembacanya bahwa
keselamatan yang diberikan Allah, tidak hanya terbatas untuk orang-orang
Israel, tapi semua orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Orang majus adalah “jembatan”
untuk menyampaikan bahwa Yesus datang bukan hanya untuk orang Yahudi, tapi bagi
seluruh manusia di dunia; Termasuk mereka yang dianggap kafir. Inti yang ingin
disampaikan oleh penulis injil Matius adalah Yesus datang untuk menyelamatkan
segala bangsa, termasuk bangsa kafir. Bangsa yang oleh orang Yahudi dianggap
kafir; Allah datang juga bagi mereka.
Sekarang,
natal kembali menyapa, pertanyaan bagi kita sebagai orang percaya: Apa yang telah,
dan akan kita bahwa sebagai orang percaya yang telah dianugerahi keselamatan?
Apa yang telah kita berikan kepada sesama kita sebagai respon iman atas
kelahiran-Nya? Apa yang telah kita lakukan untuk diri kita sendiri? Orang majus
yang adalah orang kafir; memberi hadiah mas, kemenyan dan mur. Lalu kita yang mengaku
sebagai orang percaya, Apa yang telah kita berikan bagi juruslamat kita yang
berhari ulang tahun sekarang ini?
Kita
tidak harus memberikan sesuatu yang wah
untuk menyenangkan hati-Nya. Dia tidak mengharapkan uang atau kekayaan kita.
Dia tidak meminta kita untuk Mempersembahkan sama seperti yang dipersembahkan
oleh orang majus itu. Tapi, ketika kita mencoba lebih dekat dengan-Nya, itulah
hadiah terindah bagi-Nya yang berhari ulang tahun. Dalam moment natal ini, kepada kita kembali
diberikan kesempatan untuk datang mendekat kepada-Nya. Bagaimana caranya?
Kembali mencari makna natal sesungguhnya; berbagi dengan keluarga dan sesama.
Hadiah yang paling indah bagi-Nya, tidak bisa diukur dengan jumlah yang kita
berikan, tapi ketulusan yang sungguh untuk memberi.
Akhirnya,
marilah kita belajar dari orang majus; mereka adalah orang kafir, dihormati dan
ditinggikan dalam strata social kehidupan masyarakat mereka. Tapi ternyata,
mereka mau datang mendekat kepada sang Mesias yang lahir, memberikan hadiah,
dan bahkan menyembah-nya. Pertanyaan bagi kita, yang mengaku diri sebagai orang
percaya; pernahkah kita berusaha mencari dan berada paling dekat dengan
Kristus? ataukah sebaliknya kita malahan berada pada barisan paling belakang
untuk datang kepada-Nya? Pilihannya ada pada kita. (FPK)
No comments:
Post a Comment