Minggu pagi, seperti pada minggu-minggu
sebelumnya, Om Alo dan keluarga pergi menuju rumah gereja untuk beribadah. Ditemani
sang istri tercinta, tante Mike, mereka berjalan kaki menuju rumah gereja. Walaupun
memiliki mobil, tapi Om Alo lebih memilih berjalan kaki. Bagi Om Alo berjalan
kaki bersama dengan jemaat yang lain menuju rumah gereja dalam sebuah rombongan,
terasa lebih nikmat, dan nuansa persekutuannya lebih terasa, walaupun belum
berada dalam rumah gereja. Memang benar, pagi ini Om Alo dan tante Mike tidak
berjalan berdua saja mereka berjalan bergerombol dengan tetangga-tetangga
mereka sambil berbincang dan tertawa. Memang, Om Alo merupakan sosok yang
dihormati dan dikagumi oleh orang di kampungnya, selain memiliki pendidikan
yang tinggi, Om Alo juga dikenal sebagai orang yang sangat baik, suka membantu,
terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat, rajin beribadah dan mengikuti
banyak rukun social. Om Alo juga pinter bergaul dan sangat humoris.
Bagi om
Alo berjalan kaki ke rumah gereja hitung-hitung olahraga kata “lebe enak ba
jalang deng jemaat ka gereja denk itung-itung skalian olahraga noe”. Ya,
begitulah kira-kira kalimat yang diucapkan om Alo ketika seorang tetangganya
bertanya mengapa lebih memilih berjalan kaki daripada menggunakan mobil.
15 menit berjalan kaki, akhirnya
om alo dan tante mike sampai ke rumah gereja. Seperti biasanya rumah gereja
masih agak sunyi, baru diisi oleh orang-orang tua yang duduk manis dalam rumah
gereja. Sesuai dengan kebiasaannya om Alo tidak pernah datang terlambat ke
rumah gereja. biasanya om Alo dan tante Mike sudah duduk manis dalam gereja
setengah jam sebelum ibadah dimulai. “Sangat nikmat berada lama dalam rumah
gereja, sambil mendengarkan instrument piano yang melantun indah”, itulah
kalimat yang selalu diucapkan om alo ketika berada dalam rumah gereja. Memang oleh
jemaat dan mahasiswanya, om Alo dikenal sebagai seorang yang tepat waktu, atau
bisa jadi orang yang mendahului waktu. Di kampusnya, om Alo sudah berada di
kelas setengah jam sebelum jam kuliah dimulai. Paling-paling setengah jam itu
diisi dengan membaca buku, dan mempersiapkan materi perkuliahan. Jika ada
mahasiswa yang ingin berkonsultasi dan berdiskusi, om alo selalu melayani
dengan ramah. Hal inilah yang menyebabkan banyak mahasiswa sangat menyukai dan
sekaligus sangat menghormati om Alo. Bagi mahasiswanya, om Alo adalah sosok
seorang bapak yang pintar, humoris dan bersahabat. Dikenal tidak pernah marah
dan wajahnya selalu dihiasi senyuman ceria.
15 menit setelah duduk dalam
rumah ibadah, bangku-bangku yang tadinya kosong mulai terisi dengan anggota
jemaat yang datang beribadah. Seperti biasanya om Alo dan tante Mike selalu
mengambil tempat duduk dideretan tengah sebelah kanan. Dari tempatnya duduk,
sangat jelas pemain piano dan pemandu lagu sedang mempersiapkan nyanyian dalam
ibadah. Mimbar gerejapun terlihat sangat jelas. Diatas mimbar itu terdapat
relief Tuhan Yesus yang sedang terangkat ke surga. Samping kiri dan kanan
relief itu terpampang tema dan sub tema GMIM; Tempat om Alo berjemaat. Samping
kiri dan kanan mimbar terdapat deretan tempat duduk untuk para pelayan khusus.
Terdapat meja besar di depan mimbar yang sebenarnya sangat merusak pemandangan
dan menutupi mimbar. Terdapat juga bunga plastic yang menjadi penghias ruangan.
dalam hati om Alo berkata “ruangan yang terkesan kering, tidak ada
symbol-simbol yang mencolok untuk mencerminkan kewibawaan ibadah”. Terkesan
seperti ruang pertemuan biasa dan tidak ada yang special. Nampak deretan tempat
duduk jemaat yang terlihat sangat harmonis dan sangat baik. Bangku yang
kelihatannya memang dirancang untuk keperluan ibadah dalam gereja. terlihat
oleh om Alo 3 buah tempat persembahan yang berada di depan mimbar. Samping kiri
dan kanan gereja terdapat pintu keluar yang besarnya sama dengan pintu masuk
utama di depan. kembali om alo berkata dalam hati “apakah ketika gereja ini
dibangun tidak dibahas mengenai makna teologisnya, symbol-simbol teologisnya”
jelas suasana gereja ini sangat “kering”.
Ketika om Alo memperhatikan
detail-detail ruangan ibadah teringatlah dia akan sebuah percakapan ringan
dengan seorang mahasiswanya berkaitan dengan penataan ruangan ibadah.
Sang
mahasiswa Mner, ketika hari
minggu tiba, arus manusia dengan pakaian rapi berbondong-bondong menuju sebuah
bangunan besar di kampungnya. Dewasa ini, di daerah kita ini, banyak bangunan
besar seperti itu dengan “label” yang berbeda-beda; yang dikenal dengan sebutan
rumah gereja. Ketika ditanya kepada mereka, mengapa berbondong-bondong ke
gereja? Jawabannya hanya satu, beribadah. Tidak peduli apa motivasi mereka yang
pasti mereka datang untuk beribadah; yang penting datang beribadah. Yup, benar ibadah
jemaat dalam gedung Gereja merupakan kegiatan yang selalu dilakukan jemaat guna membangun hubungan yang baik
dengan Allah, itu sie bahasa
teologisnya. Mudah-mudahan bukan sebagai pelarian semata, guna menunjukkan
kealimannya sebagai manusia dalam jemaat.
Om Alo Hahaha… memang sebuah
pemikiran yang khas dari seorang mahasiswa. Motivasi untuk beribadah tergantung
dari masing-masing pribadi yang datang ke rumah Tuhan. namun, anda harus ingat
bahwa setiap orang yang datang beribadah pasti memiliki motivasi yang baik
untuk bertemu Tuhan. Manusia merasa perlu untuk bertemu dengan Tuhan. Agar motivasinya
menjadi lebih baik, ibadah dan ruangan ibadah haruslah ditata dengan baik.
Ruangan ibadah haruslah membawa kenyamanan bagi anggota jemaatnya. Ibadah
jemaat haruslah mengangkat beban jemaat bukan menambah beban jemaat.
Mahasiswa Jadi, penataan ruang ibadah
berpengaruh bagi kenyamanan jemaat?
Om Alo Yup, benar. Ketika
seseorang merasa nyaman, sudah barang tentu dia akan beribadah dengan kusuk.
Memang, seringkali sebagai manusia kita merasa tidak nyaman ketika berada dalam
rungan ibadah; baik yang disebabkan karena diri sendiri maupun oleh tata ruangannya.
Saya tidak akan mengurai mengenai ketidaknyamanan yang disebabkan oleh diri
sendiri, misalkan memakai baju yang tidak nyaman atau gelisah memikirkan pintu
rumah, dikunci atau tidak. Colokan strika sudah dicabut atau tidak. Tapi saya
ingin mengurai mengenai kenyamanan ruang ibadah. Ingatlah bahwa, Ibadah
jemaat adalah
Ruang Liturgi,
di mana Allah masuk dalam ruang manusia. Maksudnya, manusia bisa menjumpai Allah lewat
simbol simbol dalam ibadah. Lebih
mudahnya lagi, Allah menjumpai manusia dalam ibadah. Manusia bertemu dengan
Allah dalam ibadah. Contoh jika kita ingin bertemu bupati atau gubernur tentu
kita harus bertamu ke kantor bupati ataupun gubernur dengan melewati berbagai
macam aturan/ protokoler. Isi buku tamu, dan tentu saja harus rapi dan dengan
sikap yang penuh hormat. Nah, jika mau bertemu Allah, datang saja ke gereja
dalam ibadah. Hanya difokuskan pada ibadah gereja. tidak perlu mengisi buku
tamu dan segala macam aturan yang berbelit-belit; yang dibutuhkan hanya hati
yang tulus dan murni. Nah, karena symbol yang ada mewakili kehadiran Allah;
yang berdampak pada rasa ingin bertemu dan kecintaan terhadap Allah, maka Simbol-simbol
yang digunakan haruslah mencerminkan tindakan Allah yang datang menemui manusia. Yang dibutuhkan adalah penataan dan pengaturan yang
baik terhadap symbol-simbol itu. Ingat loe, rasa tulus dan murni dari hati
manusia yang ingin beribadah kepada Tuhan, dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
dalam ruang ibadah itu. Bagaimana manusia akan merasa nyaman beribadah jika
ruang ibadahnya amburadul. Tidak mungkin rungan bupati dan Gubenur tidak
tertata dengan rapi, bukan? Ruang kerja menunjukkan kewibawaan seseorang. Ruang
ibadah menunjukkan kewibawaan Allah, oleh sebab itu ruangan ibadah haruslah
ditata dan diatur dengan baik. Jelaslah,
ibadah
jemaat berkaitan dengan Tata Ruang. Tata ruang berkaitan dengan kenyamanan beribadah. Kenyaman beribadah
mencerminkan persekutuan yang indah dengan Tuhan. Pengaturan
tempat ibadah yang baik, bersih, nyaman dan indah akan membawa jemaat lebih
menghayati dan merasakan kehadiran Allah. Tata ruang mempengaruhi kekusukkan jemaat dalam beribadah. Tata
ruang yang baik, nyaman, dan indah yaitu memperhatikan keindahan, kebersihan
serta ketertiban ruangan ibadah, memperhatikan kemudahan untuk mengatur ruangan
ibadah (fleksibel), simpel atau sederhana namun menarik. Kegunaan atau makna
teologis semua perabotan yang ada dalam ruangan ibadah (perabotan merupakan
sebuah simbol yang dapat mengantar jemaat untuk menghayati persekutuan dengan
Tuhan) selalu diperhatikan,
serta ruang ibadah
harus
mewujudkan rasa kedekatan
antar jemaat.
Tata
ruang juga berkaitan dengan simbol-simbol yang membantu jemaat untuk bisa
menghayati pertemuan dengan Tuhan. Warna simbol yang digunakan dalam penataan
ruangan hendaknya juga selalu diperhatikan. Hendaknya
hiasan-hiasan yang digunakan mengikuti tahun-tahun gereja. Tata ruang merupakan tugas bersama
seluruh anggota jemaat. Namun sesuai dengan porsi masing masing. Contohnya, jika berkaitan dengan teknis
pembuatan bangunan gereja,
tentu saja diserahkan pada arsitek bangunan. Namun, ketika
berkaitan dengan hal-hal teologis maka seorang Pendeta memegang peranan yang
penting. Begitu juga dalam pengaturan tata ruang; waktu ibadah jemaat, seorang pendeta memegang peranan
penting untuk memberikan pengetahuan kepada jemaat mengenai pentingnya penataan
ruangan agar terlihat indah, nyaman dan rapi. Hal ini bertujuan, supaya kekusukkan dalam beribadah dapat terjadi. Intinya, ruangan ibadah harus diatur dan ditata dengan
baik.
Lonceng
yang dibunyikan 3 kali menandakan bahwa ibadah minggu pagi itu akan dimulai. Om
Alo terbangun dari ingatannya saat di kampus. Jemaat diundang berdiri, dan
menyanyi “….” Nampak pelayan khusus masuk dalam prosesinya.
Bersambung
No comments:
Post a Comment