Tremper Longman
III dalam bukunya “Bagaimana Menganalisa
Kitab Mazmur?” menulis: “Buka
kitab Mazmur ketika Anda bersukacita dan Anda merasakan bahwa segala sesuatu
benar. Nyanyikanlah keluhan kepada Tuhan ketika kehidupan Anda kelihatan hancur
luluh, ketika Tuhan mendengar doa Anda jangan lupa bersyukur kepada Dia untuk
kebaikan-Nya. Ketika Anda dalam ketakutan biarlah Anda boleh dikuatkan oleh
mazmur keyakinan. Perhatikan baik-baik mazmur hikmat. Lebih dari pada itu, baca
kitab Mazmur untuk menjadi jujur dengan Tuhan”. Jelaslah bahwa kitab Mazmur adalah sebuah kitab yang
unik sekaligus sangat indah. Menggambarkan suatu pertemuan yang hangat antara
Allah dan manusia; berisikan ungkapan-ungkapan hati umat berdosa yang dengan
jujur ingin “curhat” kepada Tuhan;
berisi obrolan yang jujur dan penuh keterbukaan antara Allah dan manusia; menjadi
tempat bagi manusia berdosa meyakini akan kuasa dan keperkasaan Allah; tempat
bersandar dalam kesedihan, mengaduh dalam ketakutan, bertanya dalam persoalan,
dan mendapatkan kepastian dalam kebahagiaan.
Keunikan dan
keindahan kitab Mazmur terpancar juga ketika kita membaca dan merenungkan
Mazmur 150. Mazmur ini merupakan ungkapan kebahagiaan yang tergambar lewat
ajakan untuk mengangkat pujian kepada Allah. Suatu ajakan agar didengar
kemudian dituruti haruslah mempunyai alasan yang jelas. Contohnya, ketika kita
mengajak seorang teman untuk membuka tempat usaha tentu kita harus
menyakinkannya dengan alasan-alasan yang tepat. Begitu pun pemazmur, agar
ajakannya ini didengar dan dilakukan, ia memberikan alasan mengapa umat memuji
Tuhan, yaitu “karena keperkasaan-Nya dan
karena kebesaran-Nya yang hebat”. Dalam kehidupan umat Israel pemazmur
mengingat kembali perbuatan-perbuatan keselamatan yang dikerjakan Allah dan
kebesaran Allah yang selalu melakukan keajaiban-keajaiban besar dalam kehidupan
umat Israel.
Pertanyaannya, mengapa kita sekarang
ini memuji Tuhan? Jawabnya, karena karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus.
Allah yang datang ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia dan
menganugerahkan keselamatan bagi manusia yang berdosa. Lewat karya-Nya, manusia
keluar dari kegelapan dosa menuju terang Kristus yang ajaib. Inilah alasan
utama kita menaikan pujian kepada Tuhan, karena Kristus! Adapun alasan-alasan
pendukung – supaya lebih meyakinkan – yaitu nafas kehidupan yang masih kita
rasakan; hari baru untuk merangkai masa depan; pasangan hidup yang membuat
hidup lebih berarti dan masih banyak lagi.
Memuji Tuhan
bukan suatu kewajiban demi mendapatkan berkat atau pun mengejar keselamatan.
Melainkan semata-mata respon manusia atas anugerah keselamatan yang telah
diberikan Allah. Kasih Allah kepada manusia tidak mengharapkan balasan, apalagi
mengharapkan suatu pujian. Tuhan bukanlah pribadi yang mengharapkan balasan
jasa atas tindakan-Nya, melainkan suatu pribadi yang tulus. Kasih Allah adalah
kasih “agape”, tulus tanpa mengharapkan
imbalan. Tapi mengapa terdapat ajakan untuk memuji Tuhan? Memuji Tuhan sekali
lagi merupakan respon bukan tuntutan. Pujian manusia kepada Tuhan sebagai
bentuk keyakinan bahwa Dialah Tuhan dan Juruselamat. Memuji Tuhan adalah suatu
ungkapan iman bahwa tanpa Tuhan manusia tidak berarti apa-apa. Dengan memuji
Tuhan, manusia mendapatkan ketenangan dan memiliki suasana hati yang penuh
dengan kebahagiaan. Pujian kepada Tuhan sebagai bukti kesungguhan kasih manusia
kepada Tuhan. Intinya, menaikkan pujian kepada Tuhan karena keyakinan iman
bahwa hidup kita adalah milik kepunyaan Tuhan.
Lalu di manakah
kita harus memuji Tuhan? Pasti di gereja, bukan? Tuhan tidak memberikan
suatu ketetapan di mana kita harus memuji Dia. Toh, Dia juga tidak meminta atau memaksa pujian dari kita. Lagi
pula sekaya apapun manusia tidak mampu membalas semua pemberian Tuhan. Bagi
Tuhan, yang terpenting adalah ketulusan kita untuk memberikan pujian; Soal
tempat di manapun boleh. Ketika sedang ke pasar. Ke sekolah. Ke tempat kuliah.
Ke tempat kerja. Ke mana pun dan di mana pun kita pergi kita dapat memuji dan
memuliakan Tuhan. Wah, repot! Berarti
kalau ke sekolah atau tempat kerja harus sambil menyanyi, bisa dikira orang
gila kita! Memuji Tuhan bukan hanya dengan menyanyi. Jika mempunyai talenta
untuk menyanyi, syukurilah itu dan gunakanlah talenta itu untuk memuji Tuhan,
tapi ada tempatnya. Pujian yang sejati adalah mempersembahkan kehidupan kita
untuk-Nya. Contoh, jika kita seorang Pegawai Negeri Sipil, maka bekerjalah
untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan negara. Jika kita seorang
mahasiswa, belajarlah dengan keras untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Talenta untuk menyanyi hanya satu dari sekian banyak talenta yang diberikan
Tuhan kepada manusia, masih banyak talenta yang lain yang bisa digunakan untuk
memuji dan memuliakan Tuhan.
Menjawab
pertanyaan tadi, mempunyai talenta menyanyi bukan berarti harus selalu menyanyi
di mana pun dan kapan pun. Menyanyi untuk memuji Tuhan ada tempatnya, bukan?
Tapi, jika Anda ingin mencoba untuk memuji Tuhan di mana pun anda berada dan
kapan pun, silakan saja! Tidak ada yang melarang tapi resikonya ditanggung
sendiri. Loh, tapi tadi dikatakan
dimana pun dan kapan pun boleh memuji Tuhan? Berarti dengan menyanyi, bukan? Ya,
di mana pun dan kapan pun boleh, tapi dengan sikap dan tindakan. Memuji Tuhan
lewat nyanyian ada tempatnya dan sekali lagi hanya satu dari sekian banyak
talenta yang diberikan Tuhan. Tetapi memuji Tuhan dengan kehidupan kita bisa di
mana pun dan kapan pun. Mudah-mudahan sudah jelas. Okey!
Ketika membaca
ayat 3-5, ditulis mengenai cara-cara dalam rangka menaikkan pujian kepada
Tuhan. Bisa dengan memainkan gambus, kecapi, rebana, seruling, ceracap dan
membawakan tari-tarian. Cara-cara yang digunakan ini berlaku dalam ibadah umat
pada konteks Israel, yang dalam situasi kita sekarang berarti mempergunakan
semua talenta dalam hidup kita untuk memuji Tuhan. Pujian kepada Tuhan bukan
hanya sebatas sebuah lagu atau nyanyian, namun pujian yang paling indah di
hadapan Allah sekali lagi adalah hidup kita. Buatlah hidup ini berarti bagi
diri sendiri, orang lain dan bagi Tuhan. Menjadi kebahagiaan iman ketika kita
mampu mempersembahkan hidup kita sebagai pujian yang indah untuk Tuhan. Hidup
kita adalah Mazmur (bahasa Ibraninya
“Tehillim” yang dapat diartikan nyanyian
pujian) yang sangat indah bagi Tuhan. Hidupmu adalah mazmurmu! Jika
kehidupan kita bisa menjadi “mazmur” bagi Tuhan maka itulah kehidupan yang
berbahagia! Akhirnya, seperti harapan pemazmur dan harapan semua orang percaya
di dunia “Biarlah segala yang bernafas memuji
Tuhan! Haleluya!”
FPK
Diterbitkan dalam Makari05; 24
Renungan tentang kebahagiaan
2009
No comments:
Post a Comment