Dalam perjalanan sejarah umat percaya banyak bermunculan
ramalan-ramalan mengenai akhir zaman. Pada tahun 2003 di Bandung ramai diberitakan
tentang sekelompok orang yang meyakini bahwa kiamat akan terjadi pada tanggal
10 November tahun itu juga. Tahun
1970-an di Amerika Serikat terdapat kelompok Jim Jones, tahun 1990-an ada
kelompok David Koresh dan masih banyak lagi sekte-sekte dalam kekristenan yang
telah muncul, sementara muncul dan mungkin saja masih akan muncul. Mereka
bersedia meninggalkan semua kepunyaannya untuk mempersiapkan diri menantikan
kedatangan Kristus dan hari akhir zaman.
Mereka bisa dikatakan sebagai kelompok fundamentalis
Kristen. Kelompok ini menggunakan Alkitab, khususnya kitab Wahyu, sebagai bola
kristal untuk meramalkan kedatangan Tuhan dan tentu saja akhir zaman.
Seringkali perang, bencana alam dan kejadian-kejadian penting yang terjadi dalam
dunia dihubungkan dengan kitab Wahyu dan dikatakan kiamat akan datang atau
Tuhan akan datang. Ciri-ciri kaum fundamentalis Kristen adalah menafsirkan
kitab suci secara harafiah dan mencoba untuk menerka-nerka kapan Kristus
datang. Mereka tertutup dan hanya meyakini merekalah yang paling benar.
Adapun pemahaman umat
percaya mengenai kitab Wahyu berbeda beda. Jika Kaum fundamentalis mengganggap
kitab Wahyu sebagai alat untuk meramalkan masa depan. Sebagian orang Kristen
yang lain menganggap kitab Wahyu adalah kitab yang menakutkan karena berisikan
hal-hal yang mengerikan mengenai penghakiman, penghukuman, peperangan, dan ada
juga berpendapat bahwa kitab Wahyu adalah kitab yang sulit dimengerti karena
berisikan bahasa-bahasa asing yang hanya bisa dimengerti oleh pendeta atau
orang-orang yang belajar teologi.
Nah,
berdasarkan anggapan-anggapan di atas maka kita patut mengajukan pertanyaan-pertanyaan
guna menumbuhkan iman kepercayaan kita kepada Kristus. Bukankah Beriman selalu mengajukan bertanya. Apakah benar
kitab Wahyu adalah bola kristal yang bisa meramalkan kapan
datangnya akhir zaman? Ataukah sebuah penguatan dan motivasi guna penguatan iman jemaat? Dan apakah memang benar kitab Wahyu itu adalah kitab
yang menakutkan dan sulit untuk dimengerti?
Sebenarnya kitab Wahyu bukanlah suatu kitab untuk
meramalkan masa yang akan datang, tapi kitab
Wahyu adalah kitab penguatan. Kitab yang menceritakan mengenai karya Yesus
sebagai Juruselamat yang telah berlangsung, sementara berlangsung dan akan
terus berlangsung. Kita mungkin bertanya, kok
bisa kitab Wahyu yang nampak menakutkan berisi penguatan iman? Jawabannya,
karena seperti kita ketahui bersama, umat percaya dalam masa awal kekristenan
berada dalam penindasan yang sangat dasyat. Mereka dibakar hidup-hidup untuk dijadikan
obor pada malam hari, disalibkan, disuruh untuk ber-duel dengan binatang buas, ada yang langsung dipancung kepalanya, dan mungkin yang paling ringan,
diasingkan di pulau terpencil (seperti dialami oleh penulis kitab Wahyu yang
dibuang di pulau Patmos). Kitab Wahyu menguatkan umat bahwa kasih Allah selalu ada dan baru; walaupun dalam keadaan yang menyulitkan.
Kitab ini merupakan kitab yang unik, menawan dan
istimewa. Mengapa? Karena menceritakan kasih Allah terhadap umat percaya dalam suatu rangkaian cerita
yang indah. Kitab ini adalah rangkaian kisah mengenai Yesus Kristus yang telah
menyelamatkan umat, sementara bersama dengan umat dan menyiapkan kehidupan yang
kekal bagi umat.
Kitab Wahyu menggunakan banyak simbol-simbol, bahasa kerennya menggunakan sastra apokaliptik yang banyak menggunakan
bahasa-bahasa simbol. Inilah yang menjadikan kitab Wahyu sulit dimengerti oleh
kita sebagai penerima kedua. Namun orang-orang yang menjadi penerima pertama
yang berada dalam situasi penindasan sangat memahami isi dan maksud dari kitab
ini karena menggunakan bahasa simbol yang dekat dengan kebudayaan mereka.
Contoh GMIM mengunakan burung Manguni dalam lambang GMIM. Mengapa? Karena burung
Manguni berakar dan dipahami dalam kehidupan bermasyarakat di tanah Minahasa. Burung
Manguni dekat dengan orang Minahasa. Orang Minahasa tentu saja mengerti
mengenai simbol dan makna dari burung
Manguni, namun hal ini tidak berlaku bagi orang yang di luar tanah Minahasa
karena mereka memiliki kebudayaan yang tentu saja berbeda dengan kebudayaan di
tanah Minahasa. Itu juga yang terjadi pada kita. Banyak simbol dalam kitab
Wahyu yang tidak kita mengerti. Jadi, harus diteliti
terlebih dahulu makna simbol itu bagi umat waktu itu.
Dari uraian di
atas, jelaslah bahwa kitab Wahyu
merupakan tulisan penguatan iman. Memberitakan tentang Kristus yang telah
bertindak dan sementara bertindak menyiapkan kehidupan yang kekal bagi setiap
umat yang taat dan setia. Refleksi umat yang berada dalam pergumulan karena
penindasan yang bermaksud memberikan penguatan dan pengharapan agar memiliki
semangat hidup untuk taat dan setia dalam iman kepercayaan kepada Kristus.
Dalam Wahyu 21 dituliskan mengenai langit baru dan bumi baru. kita ingat
bahwa kitab Wahyu dipenuhi dengan bahasa symbol, maka jelaslah bahwa langit dan
bumi baru bukanlah menunjuk pada bola
bumi yang baru dan isinya yang baru. Dalam bahasa Alkitab, kata baru mempunyai
dua arti: yang satu “baru” dari kata neos
yaitu baru dalam pengertian waktu. Contoh mobil yang lama. Setelah bosan kita
ingin menggantinya dengan mobil yang baru, lebih mewah, lebih indah, lebih gaul yang tentu saja lebih mahal. Masih
merupakan sebuah mobil tapi bukan lagi mobil yang dahulu melainkan mobil yang
berbeda. Pokoknya mobil yang baru! Benar-benar baru, berbeda dari yang lalu.
Ada juga “baru” dari kata kainos
yaitu suatu keadaan yang baru. Kainos
hanya dapat dihasilkan dan dikerjakan oleh Allah. Langit dan bumi yang sama
namun keadaan yang berbeda. Contoh ketika kita letih seharian harus bekerja, sebagai
guru, pegawai, dll. Malamnya harus menyelesaikan tugas yang menumpuk. Tentu
saja setelah itu kita merasakan
keletihan yang sangat. Lalu kita beristirahat dan bangun pada esok hari dengan
tubuh yang segar. Orang yang sama namun keadaan yang berbeda. Malamnya letih; paginya segar bugar. Malamnya sedih; paginya mungkin gembira. Itulah kainos! Pribadi yang sama atau bisa saja barang yang sama dengan
keadaan yang berbeda. Bumi dan langit yang sama tetapi telah diperbaharui.
Pembaharuan itu telah berlangsung, sementara berlangsung dan akan terus
berlangsung.
Dalam wahyu 21 juga diceritakan mengenai sang pelihat
yang melihat sebuah Yerusalem baru. Ini bukan
kota Yerusalem di Israel namun lebih pada persekutuan orang yang percaya.
Menunjuk pada gereja, persekutuan orang-orang yang telah dipanggil keluar dari
kegelapan kepada terang Kristus yang ajaib. Orang-orang yang telah diperbaharui
karena kasih Kristus. Dahulu orang yang berdosa. Sekarang; menjadi anak-anak
Allah. Kitalah itu! Kitalah Gereja! Kitalah orang-orang yang telah diperbaharui.
Meninggalkan yang lama dan menjawab yang baru. Orang yang sama dengan keadaan
yang berbeda. Dahulu orang berdosa sekarang anak Allah. Sebab itu, sebagai
orang yang telah diperbaharui, kita patut menunjukkan sikap dan tindakan hidup
sebagai orang yang telah diperbaharui. Kehidupan yang berbahagia adalah
kehidupan dimana kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi
kita, yang tentu saja berdampak pada sikap dan tindakan hidup; mengikuti teladan Kristus.
Lewat perenungan ini kita dapat meyakini bahwa Allah
yang telah menyelamatkan dan sementara berkarya sekarang ini, selalu menunjukkan kasih-Nya dan sedang menyiapkan masa depan yang gemilang bagi orang
percaya. Pertanyaan bagi kita sebagai gereja, apakah
penglihatan dalam kitab Wahyu mengajarkan kita untuk menunggu saja? Meninggalkan
segala sesuatu yang kita miliki dengan Alasan untuk bersiap menyambut kedatangan Tuhan? Ataukah menikmati pembaharuan Kristus dengan
sikap dan tindakan yang benar-benar telah dibaharui?
FPK
Diterbitkan dalam makari05; 24
renungan tentang kebahagiaan
2009