Siang
ini. Dalam ketidaknyamanan karena Udara yang sangat panas, asap rokok yang
berasal dari bapak disampingq, dan harus berdempetan pada kursi paling
belakang. Terdengarlah percakapan seorang bapak dengan “knek bus” yang aq tumpangi ini.
-
Masih skolah?
So
ndak.
-
Konk brapa ja
dapa 1 hari dank?
50.000
ribu.
Percakapan mereka pun terus berlanjut. Sang “knek”
kelihatannya cepat akrab dengan semua orang yang baru ditemuinya.
So
umur brapa nga?
8
juli bulan depan, so 12 taon.
Yang menarik perhatianq adalah sosok “knek” yang
ternyata adalah seorang anak yang belum genap 12 tahun; yang telah berhenti
sekolah dan memiliki penghasilan 50.000 sehari. Bagiq, ini merupakan sebuah realita
kehidupan yang sangat “unik”; jika tidak ingin dikatakan memprihatinkan. Anak
seusianya belum waktunya bekerja, apalagi bekerja sebagai seorang “knek” yang
lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada skill. Anak seusianya harus berada
di sekolah; belajar, dan bermain. Harus berada di rumah; tidor siang, tertawa
bersama sahabat2-nya, dan mendapatkan perhatian orang tua. Tempatnya bukan di
bus ini. Anak seusianya belumlah pantas memegang uang 50.000 sehari! Untuk apa?
Belumlah pantas seorang anak sepertinya memegang uang sebanyak itu. Masih
untung jika uang sebanyak itu diberikan kepada orang tuanya tapi jika hanya
untuk “jajan”, mungkin terlalu berlebihan.
Sangat disayangkan. Anak yang cepat akrab dan
kelihatan pintar ini harus mengorbankan masa depannya untuk menjadi seorang
“knek”.
Siapa yang harus disalahkan untuk realita kehidupan
ini?
Sabtu, 25/06/2011
No comments:
Post a Comment