Nasi di meja makan kita terasa sangat pulen dan
nikmat. Tapi tahukah kita bagaimana sulitnya “mereka” sampai nasi ini bisa
sampai di atas meja makan kita?
Sebelum matahari keluar dari peraduannya, “mereka”
telah memulai aktivitasnya. Ketika pun mentari sudah lama terbuai dalam
tidurnya, ada sebagian dari “mereka” yang masih saja sibuk bekerja. Setiap hari
tubuh “mereka” dipenuhi keringat. Kulit mereka terbakar dikala sang mentari
bersinar terik, dan kebasahan ketika alam menangis. Pakaian yang kusut dan
penuh lumpur adalah baju dinas “meraka”.
Jangan Tanya soal keahlian “mereka”! Pengalaman
membentuk “mereka” menjadi sangat ahli di bidangnya. “Mereka” tahu kapan harus
mulai menanam. Kapan harus memberi pupuk. Kapan harus menuai.
Ketika padi yang “mereka” tanam dengan kerja keras
mulai menguning, “mereka” pun bisa sedikit tersenyum. Ketika bulir-bulir yang
seperti “emas” itu mulai dituai, Kebahagiaan dan kebanggaan memancar dari raut
wajah “mereka”.
Anehnya, tempat dimana “mereka”
bekerja bukanlah milik kepunyaan “mereka”. Lebih memiriskan lagi, usaha dan
kerja keras “mereka” tidak sesuai dengan apa yang “mereka” dapatkan. Bahkan
terdapat saat-saat tertentu “mereka” harus bergumul karena panen yang
tidak membahagiakan. Dan, tidak jarang
“mereka” harus menderita karena gagal panen. Tapi apakah semangat “mereka”
luntur? Tidak! semangat dan kerja keras “mereka” selalu nampak. Ketabahan
selalu menjadi bagian kehidupan “mereka”.
Siapa “mereka”? Merekalah petani penggarap.
No comments:
Post a Comment