“Hidup adalah pilihan”. Yup, itulah salah satu dari
sekian banyak arti mengenai kehidupan. Itu jugalah yang aq rasakan pada moment2
tertentu dalam hidupq. Salah satunya, ketika masa pelayanan ku di jemaat akan
berakhir. 7 bulan telah kujalani guna membantu pelayanan jemaat. Dihadapanq terpampang
sebuah pilihan; apakah mau melanjutkan ataukah berhenti dalam pelayanan ini?
Waktu itu, sangat sulit bagiq untuk menentukan pilihan. Melayani ternyata
bukanlah hal yang mudah, sungguh sulit. Namun jika akan berhenti, tentu warna
dalam kehidupan akan kembali berkurang.
Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan yang diambil
tentu memiliki konsekuensinya. Yup, itulah yang kurasakan saat itu. Ketika aq
memilih untuk melanjutkan pelayanan, konsekuensinya aku benar-benar harus
memberi diri dalam pelayanan. Rajin melakukan perkunjungan HUT dan aktif dalam
pelayanan gereja. Namun, selama 7 bulan
melayani ada masa2 tertentu ketika kejenuhan itu menghampiri. Ada masa2 tertentu
ketika ketidak percayaan pada diri sendiri menyerang. Ada masa dimana aq jatuh
dan tersungkur. Kejenuhan, dan tidak percaya diri inilah yang membuat aq sulit
mengambil keputusan. Aq takut ketika memilih untuk melanjutkan pelayanan; aq
tidak bisa menjalankannya dengan baik.
Langsung jo kuah jangan bertele-tele!!! Jadi ada
lanjut jow ato brenti ini? Hehehehehe… okok J
pilihanq adalah melanjutkan pelayanan. Sebenarnya dari awal aq lebih condong
untuk melanjutkan pelayanan ini. Aq hanya mencoba untuk meyakinkan dan
mempersiapkan diriq untuk menerima konsekuensi yang akan kuhadapi ketika
memilih melanjutkan pelayanan ini, yaitu: Benar-benar melayani dengan
sungguh.
Sekarang, 3 bulan setelah memasukkan permohonan
perpanjangan pelayanan tanpa batas waktu. Aq merasa telah mengambil keputusan
yang benar untuk tetap melanjutkan pelayanan.
Chayoo J tetap semangat J
No comments:
Post a Comment