Minggu Pagi yang dingin di Adelaide. Hujan yang tidak
deras menyapaku pagi ini. “Saatnya menikmati kota Adelaide”; itulah kalimat
yang berlalu lalang dalam benakku.
Pagi ini, diawali dengan sarapan pagi khas barat di
hotel. Mau sarapan Roti? Tinggal pilih, banyak bentuk dan rasanya. Sereal? juga
tinggal pilih. Makanan berat; ada. Daging, Sosi, Jamur, dan Jagung. Minum; ada.
Susu, kopi, teh, kapucino, dan banyak lagi. Buah; buanyak, tergantung
keinginan. Semuanya sudah dibersihkan dan dipotong-potong ukuran kecil; nanas,
apel, anggur, semangka, dll. Mau minum Jus, juga tersedia. Jus apel, atau
jeruk. Semuanya lengkap, tersedia. Tinggal pilih, dan makan sepuasnya. Mantap, Sejahtera
kuah klo bagini trus. Kesempatan jadi orang barat n kesempatan mo makank banya.
Hari ini, kami pentas pada acara Indofest di Rymil
Park. Ya, inilah tujuan utama kami datang ke Adelaide; untuk mempromosikan
kebudayaan Indonesia khususnya tanah Minahasa. Sebelum berangkat ke tempat
pementasan, dalam bis yang sangat nyaman, kami mengawali hari dengan ibadah
bersama. Mensyukuri segala anugerah Tuhan dalam kehidupan kami. Terlebih
kesempatan yang kami peroleh saat ini.
Sungguh, disini aq kembali mendapatkan pelajaran; pelajaran yang tidak aq temui
selama 5 tahun dalam studi teologi. Dalam ibadah ini, di Adelaide, aq merasakan ketenangan, dan
kebahagiaan batin. Bukankah itulah yang diharapkan manusia ketika beribadah
kepada Allah? Ketenangan dan kebahagiaan. Dua “harta” yang kutemukan bukan di
dalam rumah gereja, saat ibadah minggu. Tapi, ku peroleh dalam ibadah di atas
bis, saat ibadah minggu. Dalam ibadah ini, perasaanku sangat nyaman, Bahagia,
dan hati ini tidak henti-hentinya mengucap syukur karena pengalaman yang ku
peroleh saat ini.
Selesai ibadah singkat kami menuju Rymil Park. “Rymil
Park”, sebuah taman di kota Adelaide. Taman yang luas; terdapat pepohonan besar
yang memang ditata dan dirawat dengan baik. Ditengah taman ini terdapat sebuah
danau yang luar biasa indah. Walaupun danaunya tidak luas danau Tondano, namun
danau ini nampak dirawat dan ditata dengan baik. Taman ini terbuka untuk umum. Di
taman inilah diselenggarakan indofest. Festival yang dilaksanakan untuk
mempromosikan budaya Indonesia di Ausie khususnya Adelaide. Dan memang
demikian, semua kesenian dan kebudayaan Indonesia dipentaskan disini. Jadi
selain kami, yang mementaskan budaya Minahasa, ada juga mereka, yang
mementaskan kesenian dan kebudayaan Indonesia. Namun, hanya kami (mungkin) yang
khusus datang dari Indonesia untuk mepromosikan budaya Minahasa. Kelihatannya orang-orang
yang mementaskan budaya indonesia dalam festival ini, memang orang Indonesia,
tapi mungkin mereka sudah lama menetap di Ausie. Festifal ini diselenggarakan
oleh kementerian pariwisata untuk mempromosikan dan memperkenalkan budaya
Indonesia di Ausie. Aq bersyukur dapat terlibat di dalamnya.
Pagi ini, taman Rymil Park sudah ramai dan sebagian
orang sangat sibuk mengatur panggung tempat pelaksanaan acara. Sesampainya
disana, kami langsung latihan akhir untuk pentas siang hari. Pentas dihadapan
orang-orang ausie di Adelaide; pengalaman pertama yang menyenangkan. Mereka
sangat terkesan dengan budaya Indonesia, dan memberikan apresiasi yang besar
pada penampilan kami. Bagiku, mereka sangat menghargai kesenian dan budaya.
Salut! Setelah pentas di panggung utama. Kami tampil pada acara workshop. Acara
ini untuk memperkenalkan budaya minahasa sekaligus mengajarkan kepada mereka
tarian yang kami bawakan. Kembali apresiasi mereka terhadap budaya Indonesia
sangat tinggi, terbukti dengan banyaknya peserta/ pengunjung yang tertarik
mengikuti workshop ini. Acara ini berjalan dengan penuh canda dan tawa. Apalagi
ketika mereka turut serta bersama kami menarikan tarian Katrili.
Pementasan pun selesai. Asik! Saatnya jalan-jalan mengelilingi
Adelaide. Bis yang sama menjemput kami untuk keliling kota Adelaide. Tenyata,
Adelaide –mungkin, menurutku- hanyalah sebuah kota yang kecil. Namun jangan
salah. Dibalik itu, terdapat harta yang sangat besar. Kota yang mengandung nilai
sejarah yang tinggi. Terkesan tua, namun bergaya. kota ini memunculkan kesan
sebagai kota rohani karena terdapat begitu banyak katedral yang megah dan
indah. Sangat nyaman, teratur, tenang, dan sunyi. Rumah-rumah penduduknya
terkesan tidak berpenghuni. Cuacanya berangin dan lebih dingin dari Sidney.
Menurut penilaianku sie.
Satu hal yang sangat menarik perhatianku, mengenai
kehidupan masyarakat ausie, yang hanya aq dengar dari tour gaide kami, yaitu;
cara pengisian bahan bakar untuk kendaraan. “Disini klo mo isi bensin kata cuman
jaga isi sandiri. Jadi, cuman kase maso doi di mesin konk isi sandiri. So lebe
praktis”. Dan, satu lagi. Katanya, tingkat kriminalitas di Adelaide, mencakup
ausie tentunya, sangat minim/ jarang. “Woow; hebat donk klo bagitu. Selamat ne”.
Tanpa terasa, malam mulai menjemput. Jalan-jalan ini
sungguh memuaskan. “Riki pastiu komank noe”. Kami pun menuju rumah makan Malaysia
untuk makan malam. Masakannya aneh; “pedis, mar pedis merica”. Namun bersyukur
karena bisa mencicipi nasi. Selesai makan malam kami menuju hotel tempat kami
menginap. Selesai mandi, Aku langsung tertidur dengan pulas. Hehehehe… Sangat
beta rasanya berlama-lama di hotel ini karena memang sangat nyaman. Baiklah aq
akan sedikit menceritakan fasilitas yang disediakan hotel. Kamar mandi yang
luarbiasa, dengan pilihan air dingin atau air hangat. Beberapa buah handuk;
dari yang kecil sampai yang besar. Segala jenis perlengkapan mandi; sabun,
sampo, sampai yg qt ndak mangarti ada. Kasur yang empuk n nyaman, LCD TV dengan
layar datar dan lebar, nentau brapa ince komank, pokokx, basar. Baju tidur, mini
bar; mar musti bayar klo mo ambe. Strika, lampu yang unik. Seperangkat tempat
duduk yang nyaman, meja kerja dan privasi yang sangat terjamin. Dan satu yang
paling sangat menarik; Free WIFI.
hari ini merupakan hari terakhirq di hotel ini; besok
harus kembali ke Sidney. Keletihan sangat melanda diri ini, namun ucapan syukur
tak henti-hentinya terucap.
Sehari di Adelaide; Minggu, 10/04/11
No comments:
Post a Comment