Hari ini, halaman depan kantor rektorat yang
luas ini nampak sangat ramai; Berbeda dengan hari-hari biasanya. Banyak orang
berkumpul. Kesedihan dan kedukacitaan terpancar jelas pada wajah orang-orang
yang berkumpul di lapangan ini; mata sebagian dari mereka berkaca-kaca menahan
tangis. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang meneteskan air matanya. Pakaian
yang dikenakkan pun serba hitam. Terlihat jelas pada salah satu sudut gedung universitas,
sebuah kain putih yang penuh tulisan. Kain putih yang berisi kalimat-kalimat
dukacita, yang menggambarkan kesedihan dan kehilangan dari setiap orang yang
menuliskannya. Semua nampak larut dalam kesedihan dan kedukacitaan yang tulus.
Ya, Hari ini akan dilaksanakan ibadah pelepasan bagi seorang pendeta, guru,
pengajar, rekan kerja, dan orang tua yang puluhan tahun melayani dan mengabdi
di universitas ini. Sosok yang dikenal sederhana, tenang, rendah hati dan teguh
dalam pelayanannya.
Matahari mulai terasa menyegat, membakar
kulit. Terdengarlah suara sirene yang menyayat hati; Awalnya terdengar pelan
dan jauh, lama-kelamaan suara sirene itu terdengar semakin jelas, Dan kemudian,
terdengar sangat-sangat jelas. Ternyata suara sirene itu berasal dari sebuah
mobil jenasah. Orang-orang yang hadir pun tanpa dikomando langsung menuju mobil
jenasah itu dan membuat sebuah barisan. Menyambut sosok yang dicintai dan
dikagumi.
Orang-orang
yang datang dengan hati yang tulus untuk mengenang sosok yang di kagumi, dihormat
dan dicintai. Lebih dari itu, datang untuk memberikan penghiburan kepada
keluarga yang ditinggalkan. Semuanya datang dengan ketulusan hati tanpa
digerakkan orang lain.
Lalu,
Apa yang mengerakan orang banyak ini untuk datang? Kenangan. Ya, kenanganlah yang mengiring orang banyak ini
berkumpul dalam kesedihan dan kedukacitaan yang tulus hari ini. Mereka semua merasa
kehilangan sosok yang dikagumi dan dikasihi; Di hati dan pikiran mereka
masing-masing terkenang karya pelayanan, keteladanan, kehambaan, ketenangan,
dan kerendahan hati sosok yang mereka kagumi dan kasihi ini. Terkenang pada pertemuan
yang pernah terjadi dengannya; pada caranya mengajar, pada caranya membimbing,
pada senyumannya, dan pada keteguhan hatinya menghadapi pergumulan dan tatangan
kehidupan. Mata yang berkaca-kaca menahan tangis, dan tangisan sedih di
wajah mereka yang hadir ini, bukanlah sebuah kepura-puraan, namun sebuah
kesungguhan dan ketulusan dari hati yang terdalam.
Kenangan. Bukankah Itu jugalah yang dirasakan
rasul Paulus kepada jemaat yang berada di Filipi. Kenangan yang sangat berbekas
di hati dan pikiran rasul Paulus. Kenangan yang selalu diingat Rasul Paulus
ketika berada di balik penjara; saat menulis “surat cintanya” kepada jemaat di
Filipi. surat filipi lebih pada ungkapan perasaan rasul Paulus yang berisi
ungkapan kasih dan cinta kepada jemaat di Filipi. Surat yang kelihatannya
ditulis dengan perasaan; surat yang ditulis dengan hati.
Dalam Filipi 1:3-11, dari balik jeruji besi, Paulus
menyinggung tentang kenangan itu; kenangan bersama jemaat Filipi yang tidak
dapat dilupakannya. Kenangan ketika berkarya mengabarkan injil di Filipi. Mungkin saat itu, ketika sedang menulis
suratnya kepada jemaat di filipi dari balik jeruji penjara, rasul Paulus sering
tersenyum sendiri ketika mengingat kebersamaannya dengan jemaat yang ada di
Filipi; Tersenyum karena dalam peristiwa-peristiwa yang menyakitkan justru
tercipta sebuah rasa kekeluargaan yang hangat dan mesra. kenangan yang mungkin
menghiburnya ketika berada dalam penjara.
Mungkin saat itu, dalam penjara yang dingin,
gelap dan kotor. Dengan rasa sakit dan pedih karena mungkin dipukuli dan didera,
Rasul Paulus terkenang akan pertemuan dan kebersamaannya dengan Lidia dan seisi
rumahnya. seorang perempuan yang mendengarkan ajaran Paulus, percaya, dan
memberi dirinya dibabtis; beserta seluruh orang dalam rumahnya. Bahkan mengijinkan
rumahnya dijadikan tempat tinggal Rasul Paulus, tempat berkumpul dan beribadah
kepada Tuhan. Terkenang juga pada mujisat yang dilakukannya terhadap seorang
hamba perempuan yang kemasukan roh jahat; yang mengikutinya dari belakang
sambil berteriak-teriak selama beberapa hari. Dan tentu kenangan bersama kepala
penjara yang mencoba bunuh diri karena mengira Paulus telah berhasil lolos dari
penjara. Kepala penjara yang akhirnya memberi diri untuk dibabtis dan mengikut
Yesus bersama keluarganya.
Kenangan-kenangannya dengan jemaat di Filipi
bukan terjadi pada saat keadaan aman dan
nyaman; tidak! Melainkan justru tercipta ketika berada dalam pergumulan dan
tantangan pelayanan; Ketika melayani, ditangkap, dianiaya dan menjadi penghuni
penjara. Namun justru dalam suasana bergumul dan tertekan itulah kenangan
bersama jemaat di filipi menjadi semakin berharga. “Pergumulan pelayanan yang
memunculkan kenangan”. Inilah kalimat yang tepat mengambarkan kenangan rasul
Paulus pada jemaat di Filipi.
Kenangan yang sama juga dirasakan oleh jemaat
Filipi terhadap Rasul Paulus. Jemaat Filipi selalu terlibat dalam usaha rasul Paulus
mengabarkan injil. Jemaat filipi selalu membantu dana dan tentu saja doa. Paulus
mengenang jemaat filipi dan disisi lain dikenang oleh jemaat filipi.
Kenangan yang dilalui dengan orang yang
dikasihi memunculkan doa dan ucapan syukur. Seperti yang terjadi pada Rasul Paulus:
Kenangannya bersama jemaat di Filipi memunculkan ucapan syukur dalam dirinya. “aku
mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu”(ayat 3). Mengucap
syukur karena apa? “persekutuanmu dalam berita Injil mulai dari hari pertama
sampai sekarang ini”.
Kenangan yang dialami bersama jemaat di
filipi bermuara pada doa tulus untuk jemaat di Filipi. “semoga kasihmu semakin
melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian,
sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat
menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus
Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah”(ayat 9-11). Tentu, Begitu juga
sebaliknya, doa dan ucapan syukur jemaat Filipi untuk, dan karena rasul Paulus.
Kenangan. Setiap kita tidak bisa lepas dari
kenangan. Setiap kita memiliki kenangan; Kenangan terhadap sahabat, dosen, dan pengajar;
saat berada pada proses perkuliahan. Kenangan pada peristiwa-peristiwa dan
sahabat masa kecil. Dan kenangan bersama keluarga tercinta; baik suka dan duka.
Kenangan, membuat kita menyadari betapa berharga orang-orang yang berada
disekitar kita. Kenangan, membuat kita peduli terhadap orang-orang yang kita
kasihi dan cintai. Kenangan, membuat kita terhibur, tersenyum dan mengucap
syukur. Kenangan jugalah yang membuat kita menangis dan bersedih. Kenangan jugalah
yang membawa orang banyak ini menghadiri acara pelepasan pendeta, guru,
keluarga dan dosen di halaman fakultas ini.
Kehadiran orang banyak ini adalah dorongan pribadi
untuk mengenang kebersamaan yang tercipta dengan sosok yang dikasihi dan
dikagumi. Dalam ibadah pelepasan ini. Kenangan-kenangan itu kembali tergiang
jelas dalam pikiran dan hati masing-masing pribadi. Tentu berbeda satu dengan
yang lain. Kenangan bersamanya sebagai dosen saat mengajar dalam kelas, sebagai
papa Ani ketika mengadakan yudisium. Sebagai rekan kerja, saat mengajar. Dan sebagai
keluarga. Sosok pendeta, guru, dosen, rekan kerja yang dikagumi, yang telah
menyelesaikan pertandingan besarnya dalam dunia. Banyak orang memiliki kenangan
baik dengannya. Kehidupannya berbekas dihati semua orang yang hadir pada acara
ibadah pelepasan ini.
Tangisan yang
sungguh, mengantar kepergiaannya untuk sementara. Tempat dimana dia
disemayamkan ini, menjadi saksi betapa sosoknya menarik orang untuk datang
melayat dan menunjukkan kedukacitaan. Tempatnya berkarya, menjadi saksi
bagaimana keteladanan pribadinya. Banyaknya orang yang hadir dalam ibadah pelepasan
ini menandakan bagaimana sosoknya telah meninggalkan kensngsn tersendiri dalam
setiap pribadi yang hadir ini. Kehadiran
semua orang dalam ibadah pelepasan ini, diiringi doa, dan penghiburan kepada
keluarga yang ditinggalkan.
Kehidupannya,
meninggalkan kenangan bagi kami. Kenangan bersamanya, menjadi sumber inspirasi
dan motivasi bagi kami untuk berkarya, mengejar impian dan masa depan yang
cerah. (FPK)
No comments:
Post a Comment