Tuesday, January 17, 2012

YOSUA 2;1-24 (obor)


YOSUA: 2:1
STRATEGI KEHIDUPAN

Setiap manusia yang hidup dan ditempatkan Allah di dalam dunia; pasti memiliki harapan, keinginan, dan cita-cita. Nah, jika kita menginginkan harapan, keinginan, dan cita-cita itu dapat terwujud tentu kita harus memiliki strategi/ rencana. Kita harus mempersiapkan diri agar memiliki kemampuan mengejar segala harapan, keinginan dan cita-cita untuk masa yang akan datang. Sebagai orang muda. Belajar giat adalah salah satu cara kita mempersiapkan diri mewujudkan segala harapan, keinginan, dan cita-cita kita. Contoh lain? Mengembangkan minat dan bakat yang dianugerahkan Tuhan pada kita. setiap orang pasti memiliki minat dan bakat masing-masing, Kembangkanlah itu. Minat dan bakat yang kita kembangkan pasti akan menjadi “bekal” berharga dalam perjalanan mengejar harapan, keinginan dan cita-cita kita. Sangat aneh jika kita memiliki harapan, keinginan dan cita-cita yang besar namun kita sendiri tidak mau mempersiapkan diri untuk mengapainya.
Pada Yosua pasal 1, Allah telah memberikan janji-Nya kepada umat Israel, bahwa Dia bersama-sama dengan umat Israel. Perintah Allah supaya umat Israel menyerang tanah Kanaan. Israel akan mendapatkan kemenangan. Yup, Allah memberikan janji-Nya, Kemenangan akan diperoleh. Namun bukan berarti hanya asal serang begitu saja. Harus ada strategi. Segala sesuatunya harus direncanakan. Dilakukan dengan hati-hati. Hal inilah yang mendorong Yosua mengutus 2 orang pengintai untuk memata-matai bangsa Kanaan. Yosua mengunakan strategi untuk merebut tanah Kanaan. Bukan hanya asal menyerang begitu saja.
Allah pasti merancangkan masa depan indah bagi kita umat ciptaan-Nya. Namun bukan berarti kita hanya berdiam diri saja tanpa strategi kehidupan. Tindakan berdiam diri seperti ini ibarat “memancing ikan, tanpa pancingan”. Di lain sisi percuma juga jika kita hanya terus berusaha tanpa melibatkan Tuhan dalam strategi kehidupan kita. Tindakan ini ibarat “memancing ikan di kolam yang tidak ada ikannya”. Pertanyaannya, kita sebagai orang muda, berada di posisi mana? “memancing ikan, tanpa pancingan” atau “memancing ikan di kolam yang tidak ada ikannya”? Pasti kita mengetahui jawabannya.
Jelaslah bahwa kita membutuhkan strategi dalam menjalani kehidupan kita. Apalagi sebagai orang muda. Strategi kehidupan membuat kehidupan kita lebih terarah, teratur, berhasil dan bahagia. Opa di samping rumah sering mengatakan “Masa muda masa yang indah”. Yup, benar. Masa muda, masa yang indah. Masa untuk bergaul, dan menikmati indahnya kehidupan anugerah Tuhan. Namun ingatlah bahwa di masa muda inilah kita harus mulai merancang strategi kehidupan kita. Mulai mempersiapkan diri agar memiliki masa depan yang indah. Masa muda adalah masa untuk belajar, masa untuk mengembangkan bakat dan talenta, masa untuk mengasah kemampuan, dan masa untuk memantapkan strategi kehidupan. Akhir kata, selamat menikmati masa muda. Amin. (FPK).

 
YOSUA 2:2-7
BANTUAN YANG TAK TERDUGA.

Allah menolong dengan cara yang tak terselami. Lawan pun, bisa berbalik menjadi kawan. Itulah yang terjadi dalam cerita yang kita baca pada Yosua 2:2-7 ini. Rahab yang merupakan penduduk bangsa kanaan bersedia membantu 2 orang pengintai yang notabene merupakan orang Israel; bangsa yang ingin menyerang dan merebut tanah Kanaan. Bahkan Rahab merelakan rumahnya dijadikan tempat menginap. Bukan hanya itu, Rahab pun rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan 2 orang Israel yang menginap di rumahnya dari kejaran pasukan raja Yericho. Aneh, bukan? Ya, jika dipikirkan, memang aneh. Tapi, inilah pekerjaan Allah. Dia-lah yang berkarya dalam diri Rahab untuk menyelamatkan 2 orang pengintai yang diutus Yosua memata-matai kota Yericho.
Dalam hidup. Setiap orang. Ya, tentu termasuk orang muda. Pasti akan diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan kehidupan. Opa sebelah rumah sering bilang “Klo so ndak ada pergumulan dan tantangan so bukang hidup di dunia, so hidup di sorga”. Nah, ada kalanya pergumulan dan tantangan dalam kehidupan inilah yang membuat kita merasa putus-asa, tak berdaya, dan berbeban berat. Yup, benar! Pergumulan dan tantangan kehidupan akan selalu ada dan seringkali membuat kita putus-asa, tak berdaya dan berbeban berat. Sekarang! Coba kita mengingat dan merenungkan kembali pergumulan dan tantangan kehidupan yang dahulu pernah “mampir” dan “menghiasi” perjalanan kehidupan kita. sudah? Bagus. Bukankah Ketika kita mengalami pergumulan dan tantangan kehidupan itu, seolah-olah ada “Kekuatan” dalam diri kita yang memampukan kita untuk berusaha mencari jalan keluar dari pergumulan dan tantangan kehidupan yang kita Alami? Bukankah Dalam keputus-asaan kita, terasa ada “Kekuatan” yang menguatkan kita? Bukankah dalam keadaan tak berdaya, terasa ada “Sesuatu” yang memampukan kita? bukankah ketika kita berbeban berat, serasa ada “Rangkulan” yang menopang kita sehingga kita tidak jatuh tersungkur? Itulah Allah kita! Allah yang tidak pernah meninggalkan kita. Karya-Nya memang sulit terselami oleh akal manusia, tapi karya-Nya akan selalu menopang dan menguatkan kita umat ciptaan-Nya. Saat kita merasa tiada jalan, Dia membukakan jalan. saat kita merasa tak berdaya, Dia memberikan mujizat-Nya. Saat kita bingung merancang strategi kehidupan kita, Dia telah lebih dahulu merancangkan masa depan yang indah nan bahagia bagi kita umat ciptaannya. Itulah Allah kita. Bantuan-Nya sungguh tidak terduga, dan tepat pada waktunya.
Jika direnungkan kembali. Sebenarnya pergumulan dan tantangan kehidupanlah yang membuat kita semakin menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pergumulan dan tantanganlah yang menyadarkan kita bahwa kita hanyalah manusia biasa, manusia ciptaan yang berdosa. Pergumulan dan tantangan kehidupanlah yang membuat kita semakin mensyukuri semua yang kita miliki; keluarga, sahabat, pengalaman, kemampuan, jabatan, bakat, dan kehidupan. Pergumulan dan tantangan kehidupan-lah yang membuat kita menaikkan ucapan syukur kepada Allah. Saat kita bisa keluar dari keputus-asaan, ketidak berdayaan, dan berbeban berat, mulut kita pun berucap; “Tuhanlah yang memampukan”.
Akhirnya. Semoga kita tetap memiliki keyakinan yang sungguh bahwa Allah kita akan selalu memberikan kekuatan dan pertolongan bagi kita untuk menjalani pergumulan dan tantangan kehidupan dalam dunia yang penuh “kerusuhan” ini. Amin. (FPK)

YOSUA 2:8-13
BERITA

Zaman sekarang ini berita menjadi “Santapan” kita setiap hari. Ada berita yang disampaikan melalui media elektronik, yaitu melalui televisi, contohnya; seputaran Indonesia, liputan 678, kabar-kabur, dan sebagainya. Media cetak pun tidak mau ketinggalan untuk Eksis “menularkan” berita. Setiap pagi pasti kita akan bertemu dengan seseorang yang berteriak-teriak; “berita hangat! berita hangat! Kopi hangat 2.000 rupiah! Ups… salah. Maksudnya; “berita hangat! Berita hangat! Bumi semakin panas! Hutan semakin gundul, Kipas angin semakin diburuh”. Orang itu sedang meneriakkan berita utama Koran yang dijualnya. Setelah berteriak pasti dia akan mendekati orang-orang di sekitarnya dan berkata “koran pak”? Media online juga tidak mau kalah, bahkan beritanya bisa diakses 1X24 Jam.
Mengenai isi beritanya, Ada bermacam-macam. Ada berita serius, ada juga yang hanya sekedar untuk mencari sensasi. Berita serius, Contohnya; bencana Alam, peperangan, krisis dunia, politik dan sebagainya. Berita untuk mencari sensasi; ya, Infotaiment! Dengan banyaknya media pemberitaan, sebuah berita pada zaman sekarang ini pasti akan cepat tersebar. Persitiwa besar yang terjadi pagi hari, sudah bisa diketahui oleh semua orang diseluruh dunia pada siang harinya. Bahkan ada perstiwa yang belum terjadi, namun sudah bisa membuat heboh suatu tempat. Contohnya, konser Justin Bieber di Manado. Pasti 5 bulan sebelum konser, Manado sudah heboh. Bahkan seringkali agar beritanya lebih “menarik” ditambahkanlah “bumbu-bumbu penyedap”. Dengan “bumbu-bumbu penyedap” ini, peristiwa kecil bisa menjadi berita besar. Orang biasa bisa menjadi orang terkenal, Seperti Caiya, Caiya, Caiya.
Ya, Harus diakui. Dengan banyaknya media pemberitaan, berita di zaman sekarang ini sangat berpengaruh besar untuk mengubah pemahaman, keyakinan dan pendapat pendengar berita. Berita Bisa juga mengerakkan massa, dan membuat seseorang menjadi terkenal.
Berita. Itu jugalah yang menjadi inti dalam bacaan kita ini. Berita tentang penyertaan Allah atas bangsa Israel. Tapi ada yang aneh. Bukankah di zaman Yosua dahulu belum ada media untuk menyampaikan berita; baik elektronik, cetak, apalagi online. Tapi mengapa berita penaklukkan tanah Kanaan sudah tersebar luas? bahkan dikatakan karena berita itu, tawarlah hati dan jatuhlah semangat orang-orang negeri Kanaan untuk melawan Bangsa Israel. jawabnya, karena berita penaklukkan tanah Kanaan oleh bangsa Israel merupakan berita besar. Berita yang menjadi “buah bibir” orang-orang di  tanah Kanaan. Berita yang hanya tersebar dari mulut ke mulut namun sangat mempengaruhi keyakinan bahkan membuat ketakutan orang yang mendengarnya.
Berita penyertaan Allah kepada bangsa Israel inilah yang mempengaruhi keyakinan Rahab. Ketika dia mendengar Rencana penyerbuan bangsa Israel, muncul-lah ketakutan dalam dirinya. Karena berita ini jugalah sehingga Rahab bersedia membantu 2 orang pengintai yang diutus Yosua mengintai tanah Kanaan. Ternyata, Rahab membantu karena ada maksud. Supaya ketika datang waktu penyerangan, dia dan keluarga dapat selamat. Namun bukan itu inti sebenarnya berita Yosua 2:8-13 untuk kita penerima berita sekarang ini. Inti sebenarnya, yaitu; Rahab yang adalah perempuan sundal, Bangsa Kafir, seorang Kanaan, meyakini akan kemahakuasaan Allah bangsa Israel. Perbuatannya mempertaruhkan nyawa untuk 2 pengintai orang Israel adalah bentuk kesaksian dan kesungguhan hati Rahab untuk mempercayakan diri pada Allah orang Israel. Berita yang didengar oleh Rahab membuatnya mempercayai kemahakuasaan Allah bangsa Israel. keyakinan iman dan perbuatan Rahab inilah yang ingin disampaikan Yosua 2:8-13 pada kita di zaman sekarang ini.
Marilah kita merenung sejenak. Perempuan Sundal, dan kafir seperti Rahab saja mempercayai kemahakuasaan Allah dan mewujud nyatakan kepercayaannya itu dalam tindakannya. Bagaimana dengan kita? orang percaya yang telah diselamatkan dan mendapatkan jaminan kehidupan yang kekal. (FPK)


YOSUA 2:14
PERBUATAN BAIK YANG BERBUAH MANIS

Perbuatan Rahab yang mempertaruhkan nyawanya untuk menolong 2 orang pengintai bangsa Israel yang dikejar-kejar pasukan raja Yericho, Berbuah manis. Ada janji keselamatan baginya dan keluarganya. Perbuatan baiknya, berbuah manis.
Ketika membaca bagian bacaan ini kita pasti berpendapat bahwa Perbuatan baik Rahab kepada 2 orang pengintai dari bangsa Israel ternyata memiliki maksud, yaitu; agar dia dan keluarganya mendapatkan jaminan keselamatan. Namun apa benar demikian? Ada benarnya sie, namun ada makna yang lebih dalam dari tindakan Rahab ini. Marilah kita coba menempatkan diri pada posisi Rahab saat itu. Perbuatannya menolong orang Israel yang notabene musuh bangsanya adalah perbuatan yang berbahaya. Membutuhkan keberanian dan keyakinan iman yang besar untuk melakukan hal itu. Apalagi tidak ada jaminan bahwa perbuatannya itu akan mendapatkan ganjaran yang setimpal, yaitu janji keselamatan bagi dia dan keluarganya. Keyakinan iman Rahab akan kemahakuasaan Allah bangsa Israel-lah yang kemudian mendorongnya untuk menolong 2 orang pengintai bangsa Israel. Dari sini kita bisa meyakini bahwa pertolongannya kepada 2 orang pengintai dari bangsa Israel ternyata tulus, dan semata-mata merupakan respon imannya kepada Allah bangsa Israel. Perbuatan baiknya kepada 2 orang pengintai bangsa Israel merupakan respon imannya akan kamahakuasaan Allah bangsa Israel.  
Tentu setiap kita pernah, bahkan sering melakukan perbuatan baik. Membantu orang tua, memberikan uang pecahan se-ribu-an, dua-ribu-an, bahkan 5 ribu-an kepada mereka yang meminta-minta di jalanan. Keyakinan saya, perbuatan baik pasti akan berdampak baik. Namun sebagai orang percaya, perbuatan baik yang kita lakukan semata-mata bukan untuk mendapatkan balasan. Bukan pula untuk mendapatkan pujian. Perbuatan baik kita dengan membantu orang yang membutuhkan, menghibur orang yang berduka dan berbeban berat, Semata-mata merupakan respon iman kita atas berkat Allah yang melimpah kepada kita. Perbuatan baik kita bukan agar kita mendapatkan imbalan dan pujian melainkan respon iman kita ketika mengaku diri sebagai orang percaya, pengikut Kristus yang telah mendapatkan anugerah terindah, yaitu; keselamatan. Berbicara mengenai dampak dari perbuatan baik. Jika perbuatan baik kita benar-benar tulus, maka perbuatan baik itu dapat menciptakan hubungan yang baik dengan sesama kita manusia. Bahkan  dengan perbuatan baik yang tulus itu, “Lawan” kita sekalipun dapat luluh, dan menjadi kawan sejati kita.
Singkatnya perbuatan baik Rahab berbuah manis. Lalu jawab kedua orang itu (pengintai yang diutus Yosua); “nyawa kamilah jaminan bagi kamu asal jangan kaukabarkan perkara kami ini; apabila Tuhan nanti memberikan negeri ini kepada kami, maka kami akan menunjukkan terima kasih dan setia kami padamu”.
Semoga kita selalu menunjukkan perbuatan baik kepada mereka yang memerlukan pelayanan kasih dari kita. Perbuatan baik yang kita lakukan untuk meresponi karya keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus yang mengorbankan nyawa-Nya dan bangkit pada hari ke-tiga, naik ke sorga dan bersama-sama dengan kita sekarang ini melalui kuat kuasa Roh Kudus yang Ajaib. Amin. (FPK)

YOSUA 15-22
TANDA KESELAMATAN

“Haruslah tali dari benang kirmizi ini kau ikatkan pada jendela tempat engkau menurunkan kami”. Tali dari benang kirmizi menjadi tanda. Tanda apa? Tanda keselamatan. Dengan memasang tali kirmizi di jendela rumahnya maka semua orang yang berdiam dalam rumahnya akan selamat dari penyerbuan bangsa Israel. Rumah siapa? Rumah Rahab. Siapa Rahab? Perempuan sundal, orang kafir, penduduk tanah kanaan. Ha! Tanda keselamatan itu diberikan untuk bangsa kafir, orang kanaan, Musuh bangsa Israel! Yup… Mengapa? Tanda keselamatan itu diberikan karena keyakinan iman Rahab yang meyakini kemahakuasaan Allah. Bahkan Keyakinannya ini diwujud nyatakan dalam tindakan ketika dia menolong 2 orang pengintai bangsa Israel yang terjebak dalam rumahnya. Coba kita bayangkan jika Rahab tidak menolong mereka. Pasti 2 orang pengintai tersebut sudah ditangkap oleh pasukan raja Yericho, dan pasti mereka akan dihukum mati; ya, paling ringan dijebloskan ke dalam penjara. Jika hal itu terjadi maka misi pengintaian yang ditugaskan Yosua kepada 2 orang pengintai itu sudah pasti gagal. Keberhasilan misi 2 orang pengintai ini 75-persennya disebabkan oleh Rahab. Namun, tanda keselamatan diberikan kepada Rahab dan keluarganya bukan karena perannya membantu 2 orang pengintai bangsa Israel sehingga misi mereka berhasil. Keselamatan diberikan kepada  Rahab dan keluarganya karena keyakinan iman Rahab pada kemahakuasaan Allah.
Nah, sekarang ini keselamatan telah diberikan Allah pada kita manusia, termasuk juga orang muda. Pertanyaannya, apa yang akan kita lakukan untuk meresponi “anugerah terindah” Allah dalam hidup kita? berbuat baik! Yup, betul. Namun ingat bahwa berbuat baik bukan karena ingin mendapatkan imbalan atau pujian melainkan semata-mata respon atas anugerah keselamatan Allah. Apa lagi? Mempergunakan talenta untuk kemuliaan nama Tuhan. Rajin memberi diri dalam pertemuan-pertemuan ibadah. Rajin belajar. Menghormati orang tua. Dan masing banyak lagi. Jika disebutkan satu persatu, renungan ini bisa menjadi 4 atau 5 halaman.  
Dari bagian bacaan ini, semoga kita menyadari bahwa tindakan/ perbuatan kita adalah cerminan keyakinan iman kita pada Allah. Rahab yang adalah perempuan sundal, penduduk tanah kanaan, orang kafir, meyakini akan kemahakuasaan Allah dan mewujud nyatakan keyakinannya dalam tindakannya. Bagai mana dengan kita? kita yang mengaku diri sebagai orang percaya, pengikut Kristus, Orang yang telah menerima anugerah terindah, yaitu; keselamatan. Apa yang telah kita lakukan untuk merespon semua “anugerah terindah” Allah kepada kita? (FPK)


YOSUA 22-24
BAGUS, KALIAN TELAH MENJALANKAN TUGAS DENGAN BAIK

Setelah melewati tantangan berat dalam menjalani misi pengintaian (Bersembunyi di rumah perempuan sundal, hampir ditanggap pasukan Raja Yericho, dan tinggal di pegunungan selama 3 hari dengan nyawa menjadi taruhannya), akhirnya misi pengintai pun berhasil dijalankan dengan baik. Tibalah saatnya untuk memberikan laporan hasil pengintaian. Melapor Kepada siapa? Ya, kepada Yosua yang memberikan tugas pengintaian kepada mereka. Apa isi laporan mereka? Hehehe… sabar ya.
Pasti sebagai orang mudah. Kita sering menerima tugas dan tanggung jawab. Baik sebagai panitia dalam sebuah kegiatan; menjadi ketua, sekertaris, bendahara, seksi ini, seksi itu. Juga Sebagai komisi, bahkan sebagai penatua. Ketika kita diberikan tugas tanggung jawab tentu kita harus melakukan tanggung jawab itu dengan sebaik mungkin. Apalagi tanggung jawab dalam pelayanan. Melakukan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Setelah tugas dan tanggung jawab yang diembankan pada kita selesai. Tentu kita harus membuat sebuah laporan. Percuma membuat sebuah kegiatan yang besar dan akbar namun tidak ada pertanggung jawabannya/ laporannya. laporan harus ada! Melapor kepada siapa? Ya, kepada mereka yang memberikan tugas kepada kita. Laporan adalah bukti bahwa kita merupakan orang yang bertanggung jawab dan pantas menerima tugas yang lebih besar lagi.
Sebenarnya tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita merupakan penghormatan dan pengakuan akan kemampuan kita. Yosua ketika memilih 2 orang yang akan menjadi pengintai tentu bukan hanya asal tunjuk saja. pasti 2 orang yang dipilih untuk mengintai tanah Kanaan bukanlah orang-orang sembarangan. Tentu Yosua meyakini 2 orang yang dipilihnya itu mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Apalagi tugas pengintaian tanah Kanaan sangat penting karena akan memberikan gambaran bagaimana seluk beluk tanah Kanaan dan apa yang dilakukan penduduk tanah Kanaan. Tentu saja 2 orang ini merupakan orang terbaik dari bangsa Israel.
Kembali pada persoalan laporan. Sama seperti yang dilakukan oleh 2 orang pengintai yang diutus Yosua. Mereka diberikan kepercayaan untuk memantau. Tentu ini bukanlah sebuah tugas yang ringan. Bahkan nyawa mereka adalah taruhannya. Mereka pun melaksanakan Tugas yang diberikan. Setelah selesai, mereka kembali dan melaporkan hasil pengintaian kepada Yosua yang menugaskan mereka. Apa hasil pengintaian mereka? “Tuhan telah menyerahkan seluruh negeri ini ke dalam tangan kita, bahkan seluruh penduduk negeri itu gemetar menghadapi kita”. Marilah kita sedikit berimajinasi. Setelah menerima laporan itu, Yosua pun berkata: “Bagus, kalian telah menjalankan Tugas dengan baik”.
Semoga kita pun bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepada kita dengan baik. Eits, jangan lupa dengan laporannya.  Amin. (FPK)



YOSUA 2:1-24
PEMIMPIN YANG BIJAK, KESELAMATAN, DAN ALLAH YANG SETIA
Kitab Yosua merupakan lanjutan perjalanan umat Israel yang dicatat dalam kitab Ulangan. Kitab Yosua menceritakan bagaimana perjalanan umat Israel untuk merebut tanah Kanaan. Kemudian juga mencatat mengenai pembagian tanah untuk suku-suku Israel. Pendudukan tanah Kanaan oleh bangsa Israel dilakukan oleh generasi baru; dengan pemimpin yang baru pula. Yosua ditetapkan Allah menjadi penganti Musa dan mendapatkan tugas berat untuk membawa bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.
Ternyata di zaman Bangsa Israel dahulu regenerasi kepemimpinan sudah terjadi. Pasti oleh Musa, Yosua telah dipersiapkan menggantikan posisinya untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Bagaimana dengan kondisi kita sekarang ini? Wow, aneh bin ajaib. Zaman sekarang banyak pemimpin yang ketika “duduk”, lupa “berdiri”. Lebih tepatnya lagi ketika “duduk”, tidak mau “berdiri”. Banyak orang yang ingin terus memimpin dan tidak ingin menyiapkan generasi penggantinya. Ya, menjadi pemimpin zaman sekarang ini sungguh menyenangkan. Menjadi pemimpin, pasti dilayani. Berbeda dengan pemimpin di zaman bangsa Israel dahulu; Menjadi pemimpin, haruslah melayani dengan sungguh.
Sebenarnya tidak masalah berapa lama seseorang memimpin. 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, terserah! Asalkan orang tersebut masih mampu menjalankan tugasnya dengan baik; sehat jasmani maupun rohani. Mampu menjadi pemimpin yang baik, berhikmat, takut akan Tuhan, dan tentu saja masih diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya. Jika salah satu kriteria itu sudah tidak terpenuhi, tentu haruslah bersedia untuk menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada generasi baru. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menyiapkan pengantinya, dan tahu kapan harus menyerahkan tongkat estafet kepemimpinannya. Apakah ada pemimpin seperti itu di zaman sekarang ini? Mudah-mudahan…. Namun yang pasti, kita sebagai pemuda gereja haruslah mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang baik.
Setelah kematian Musa, tugas memimpin umat Israel berada di tangan Yosua. Tugasnya jelas, membawa umat Israel memasuki tanah Kanaan. Sebuah tugas yang bukanlah ringan. Memasuki tanah Kanaan yang tidak “bertuan”, tentu mudah! Namun bagaimana jika tanah Kanaan ternyata didiami oleh suku bangsa lain? Tentu bangsa yang mendiami tanah Kanaan tidak mau begitu saja menyerahkan tanah mereka kepada bangsa Israel. Jika sudah seperti ini, tentu sulit. Memang Allah telah memberikan janji-Nya. Dalam Yosua pasal 1, Allah menjanjikan kemenangan kepada bangsa Israel. Namun bukan berarti juga bangsa Israel tidak melakukan persiapan. Persiapan perlu dilakukan sambil tentu saja berserah kepada Tuhan, sang Empunya kehidupan. Kemenangan memang dijanjikan Allah kepada bangsa Israel, namun bukan berarti kemenangan itu akan datang dengan sendirinya. Harus ada usaha, dan kerja keras.
Bagian yang menjadi bahan renungan kita, yaitu; Yosua 2:1-24. Bercerita mengenai tindakan Yosua mengutus 2 orang pilihan untuk memata-matai tanah Kanaan. Yosua mulai menjalankan rencananya. Disini kita dapat melihat betapa berhikmatnya Yosua sebagai seorang pemimpin. Selanjutnya dalam Pasal 2 Diceritakan mengenai “petualangan” 2 orang pengintai yang diutus Yosua untuk mengintai tanah Kanaan. Bahkan diceritakan khusus; Bagaimana mereka bertemu dengan Rahab, perempuan sundal, orang kafir, bangsa kanaan, yang ternyata memberikan mereka tumpangan bahkan menolong mereka dari kejaran pasukan raja Yericho. Diceritakan juga bagaimana Rahab mengabarkan kepada 2 orang pengintai yang dia selamatkan itu tentang berita yang beredar dikalangan bangsanya mengenai kemahakuasaan Allah bangsa Israel, dan rencana penaklukkan tanah Kanaan oleh bangsa Israel membuat gentar bangsa-bangsa di tanah Kanaan. Diceritakan juga Bagaimana Rahab memohon supaya dia dan keluarganya dapat selamat dari penaklukkan bangsa Israel. tercatat juga janji dari ke-2 orang pengintai itu untuk menyelamatkan Rahab dan keluarganya. Dan juga kisah perjuangan ke-2 pengintai itu untuk dapat kembali kepada Yosua guna melaporkan hari pengintaian mereka.
Pertanyaannya, apa makna cerita “pengintai-pengintai di Yericho” untuk kita pembaca sekarang ini? bahkan pertemuan ke-2 orang pengintai dengan Rahab seolah-olah diberikan perhatian khusus. Jawabannya. Pertama: Keselamatan Allah berlaku juga untuk bangsa kafir, Orang kanaan, Orang berdosa. Rahab yang adalah perempuan sundal, bangsa kanaan, orang berdosa, menerima keselamatan dari Allah. Penyelamatan Allah itu jugalah yang berlaku bagi kita semua orang percaya di segala zaman. Kitalah orang berdosa yang diangkat Allah menuju terang-Nya yang ajaib sehingga berhak memperoleh kehidupan yang kekal. Iman kitalah yang menyelamatkan kita. Kedua: Tanggung jawab. Ketika kita diberikan tugas, lakukanlah itu dengan segenap hati dan laporkanlah hasil pekerjaan kita. Seperti yang dilakukan oleh 2 pengintai yang diutus Yosua. Pada bagian akhir cerita dikatakan mereka pun melaporkan hasil pengintaian mereka kepada Yosua. Ketiga: Penyertaan Tuhan akan selalu nyata dalam kehidupan umat-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya dan pertolongan dari-Nya sungguh tak terduga.      
            Dari cerita ini, mengajarkan kepada kita mengenai sosok pemimpin yang bijak. Juga meyakinkan kita bahwa Allah yang kita sembah tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia yang telah menyelamatkan kita dari “lumpur” dosa lewat kematian dan kebangkitan-Nya, Dia jugalah yang akan selalu menjaga kehidupan kita. Semoga kasih karunia dan damai sejahtera Allah selalu menjadi bagian kehidupan kita. Amin (FPK)
   


Ditulis for obor edisi Januari 2012

KATA-KATA INDAH


  1. Intelligence plus character-that is the goal of true education” (Dr. Martin Luther King, Jr. dikutip dari film “Stomp The Yard”)
  2. Opa yang bijaksana sering berkata : “Dalam dunia. Perbedaan pendapat dan masalah, pasti ada dan terjadi, dan itu hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika perbedaan pendapat dan masalah merusak persukutuan yang telah tercipta. Perbedaan pendapat mempunyai titik temu. Setiap permasalahan, memiliki jalan keluar. Yang dibutuhkan adalah sebuah dialog. (koleksi pribadi) 
  3. Opa yang bijaksana sering berkata : “lebih bijak menegur dengan contoh dan teladan daripada menegur dengan kata-kata”. (koleksi pribadi) 
  4. “Lebih baik peristiwa kecil yang dimaknai daripada peristiwa besar yang tidak dimaknai” (Koleksi Pribadi) 
  5. “harta terbesar bukanlah emas, permata, atau karya seni. Tetapi harta yang tak bisa dipegang, dan tersimpan dalam hati setiap manusia. Harta yang tak akan memudar walaupun musim silih berganti. Itulah harta persahabatan sejati yang kilaunya selalu lestari” kutipan dalam film “Tingkerbell and the lost treasure”


BUDAYA MINAHASA di UI


“ini baru kampus”. tiga kata ini langsung berlarian dalam pikiranq ketika memasuki universitas Indonesia. Tiga kata yang mungkin muncul dibenakq sebagai “rasa iri” karena tidak bisa menikmati proses perkuliahan di universitas seperti ini. tiga kata ini juga sebagai bentuk kekaguman yang sangat tulus ketika melihat kemegahan universitas ini.
Secara pribadi, aq sangat bersyukur dan bangga dapat menginjakkan kaki di UI ini. Sebuah universitas yang sangat terkenal di Indonesia. Menyaksikan secara langsung kemegahan kampus ini, menjadi sebuah pengalaman yang sulit terlupakan bagiq. Ya, bagiku; sangat pantas jika universitas ini disebut sebagai universitas terbaik di Indonesia.
Aq sangat kagum dengan fasilitas yang ada di kampus UI ini. Penilaian ini muncul hanya didasarkan pada pengamatan sepintas ketika memperhatikan kemegahan bangunanan-bangunannya. Namun, aq sangat yakin proses pembelajarannya pasti juga berkualitas. Kemegahan fisik universitas ini pasti juga mengambarkan kualitas belajar mengajarnya. Ingin rasanya mengenal lebih dalam kampus ini dengan cara menjadi salah satu mahasiswanya; namun apa daya, keinginan itu terasa sangat mustahil untuk diwujudkan. Aq benar-benar kagum dengan kampuz ini. Walaupun hanya sepintas menyaksikannya dan sekilas juga merasakan suasananya namun Seolah-olah aq Jatuh cinta dengan kampuz ini pada pandangan pertama. Wkwkwkwkwkwk… lebay. Coom. J
Ada hal yang menarik berkaitan dengan kampuz ini. apa itu? Dies Natalis Fakultas Ilmu pengetahuan budaya UI yang mementaskan budaya Minahasa. Budaya Minahasa di FIB UI, keren bukan? Dan, memanglah demikian. FIB UI sejenak seolah-olah berada di tanah Minahasa. Dekorasi panggung utama auditoriumnya serba Minahasa; bahkan  Terdapat miniature rumah adat minahasa di atasnya. Pementasan budaya serba minahasa; Maengket, prosesi adat, kabasaran, kolintang, music bia, music bamboo, makaaruyen, dan berbagai macam tarian kreasi Minahasa; tetengkoren, uka, katrili dsb. Bahkan makanan yang disajikan untuk para undangan dan mahasiswanya “berlidahkan” Minahasa. Benar-benar serasa berada di tanah Minahasa.
Yang menarik bagiku karena budaya minahasa ada di UI. Sebagai orang minahasa aq bangga melihat acara ini dapat diselenggarakan di UI; sebuah universitas terkemuka di Indonesia. Lewat acara ini budaya Minahasa dapat lebih dikenal sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Acara ini menyadarkanq bahwa Ternyata keindahan budaya Minahasa bukan hanya dicintai dan dinikmati oleh orang Minahasa saja. Mereka pun yang bukan keturunan Toar Lumimuut juga menaruh minat yang sangat besar terhadap budaya Tou Minahasa. Hal ini memunculkan refleksi dalam diri; akan sangat memiriskan jika orang-orang yang tidak memiliki darah Minahasa lebih mencintai budaya Minahasa dibandingkan dengan kita yang mengaku diri sebagai Tou Minahasa. Akan sangat menyakitkan jika budaya Minahasa lebih mendapatkan tempat di tanah rantau daripada di tanah Minahasa sendiri.
Hari ini. Sebuah kebanggaan tersendiri bagiq dapat menginjakkan kaki di UI dan yang terutama dapat menyaksikan kemegahan budaya Minahasa di tanah rantau. Terlibat dalam Acara ini memunculkan kebanggaan dalam diri sebagai Tou Minahasa. Th God atas Pengalaman yang indah ini J
Jakarta. Selasa, 6 Des 2011.

Sang ayah dan sang anak L




Suatu hari. Seorang anak dengan berapi-api dan bersemangat mengungkapkan rencananya kepada sang ayah; Rencana untuk memulai suatu usaha dalam bidang pertanian. Tujuan sang anak mengungkapkan rencananya ini supaya sang ayah dapat memberikan motivasi, dorongan bahkan pengalaman kepadanya. Sang anak tahu benar bahwa sang ayah memiliki banyak pengalaman berkaitan dengan usaha yang akan digelutinya nanti.
Namun; bukannya memberikan motivasi, dorongan dan pengalaman mengenai usaha yang nantinya akan digeluti oleh anaknya, malahan sang ayah mengeluarkan kata-kata yang mematikan semangat sang anak untuk berusaha. Semangat yang tadinya nampak di wajah sang anak berganti dengan kekecewaan yang sangat mendalam. Kekekewaan yang bukan kali ini saja terjadi. Selalu saja, ketika sang anak berusaha untuk mengemukan rencananya, sang ayah selalu menanggapinya dengan dingin dan negative. Hati sang anak benar-benar hancur. Semangatnya mulai padam. Wajahnya menampakkan kesedihan. Nyata benar bahwa sang anak sedang menahan tangisnya. Keinginan sang anak untuk maju dan mengembangkan diri, malahan dianggap sebagai sebuah omong kosong belaka. Sang ayah bahkan mengatakan bahwa usaha itu akan membuat sang anak bangrut. Kasihan sekali anak itu L
Aneh. Mungkin inilah kata yang tepat untuk menggambarkan mengenai tindakan sang Ayah. Sebenarnya yang dibutuhkan sang anak bukannya uang melainkan motivasi, dorongan dan pengalaman. Yang dipikirkan sang anak untuk memulai usahanya bukan untung dan rugi, melainkan pengalaman untuk menjadi orang yang lebih dewasa. Yang ada dibenak sang anak yaitu bagaimana menciptakan masa depan yang penuh bahagia. Sang anak mulai menyadari mengenai kerasnya kehidupan di dalam dunia dan dia mulai mempersiapkan kehidupan sejak mudah. terlebih dari itu, sang anak hanya mencoba lebih terbuka kepada sang ayah. 
Akhirnya. Sang anak mencoba menghibur dirinya sendiri. Membalut luka hati yang kembali dirasakannya. Dalam hatinya, sang anak menguatkan keyakinannya untuk memulai usaha yang ada dalam rencananya. Rasa sakit yang kembali dirasakannya dijadikan sebagai motivasi untuk membuktikan kepada sang ayah bahwa ia dapat berhasil. semangat itu kembali muncul dalam dirinya. Wajahnya tidak lagi memperlihatkan kekecewaan dan kesedihan melainkan berganti dengan keyakinan dan kepastian.   

006020401020201010 J