Tuesday, September 21, 2010

py bday; Rekleksi 5 Tahun Angk 05

Senin, 13 September 2010, dalam sebuah bus yang melaju kencang menuju pantai Surabaya, Likupang, Kabupaten Minahasa Utara. Terpancar raut kebahagiaan dari setiap pribadi dalam angk 05, Seolah-olah moment kebersamaan ini memberikan “kebebasan” bagi setiap pribadi dalam angk 2005. Tawa dan senyuman menyegarkan cuaca siang yang panas, menusuk sampai ke Tulang. Lima tahun sudah kebersamaan dan persaudaraan tercipta dalam komunitas angk 05 Fakultas Teologi UKIT, kami pun berniat untuk mensyukurinya dengan jalan-jalan bersama sekaligus melepas kangen karena sudah jarang bertemu semenjak banyak yang telah menyandang gelar sarjana Teologi. 

Ternyata waktu begitu cepat berlalu, 5 tahun yang lalu bertemu, berkenalan kemudian bergaul di kampus bersinar. Sekarang, hampir akan berpisah sebagai alumnus kampus bersinar. Jelas akan sulit mengharapkan acara seperti ini terulang tahun depan, pasti samua yang tersenyum dan tertawa bahagia siang ini telah memiliki kesibukan yang lain. Sekarang pun terasa sangat sulit untuk berkumpul dan merayakan hari ulang tahun angk ke-5 tahun ini. Di tahun ke 5 kebersamaan angkatan ini, 
Banyak Perubahan yang terjadi dalam setiap pribadi angk 05. Baik dari segi penampilan, dapa lia lebe cantik-cantik n guantenk-guantenk, hehehehe… jadi lebe dewasa katu noe. Maupun perubahan status; di tahun ini banyak yang sudah menyandang gelar S. Teol. Bagi yang belum, ba kuat kawan! Di tahun ini banyak juga yang sudah berstatus orientator, artinya sudah memberikan setengah kebebasan hidupnya untuk pelayanan di jemaat. Di tahun ini juga banyak dari angk 05 yang telah menyandang status Suami dan Istri, dia pe bahasa belanda; om dan tanta. Bahasa teologis; kaum bapak denk kaum ibu. Hehehehehe… ups, coary2, just kedu kawan. Mar, memang butul toe. Namun dibalik perubahan-perubahan yang terjadi, terdapat beberapa hal yang masih tetap sama dengan tahun-tahun sebelumnya, apa itu? Pertama, Narsis! Nimbole lia kamera. So karna Talalu narsis sampe itu tampa dudu patah. Bae dorang ndak suruh ganti. Hehehe… Sapa kuah ini yang talalu berat kank, sampe tampa dudu dari pohon kelapa patah e. Kedua, Yang masih terawat baik sampai skarang, yaitu; sifat pang ba terek deng ndak pernah serius, bahkan dalam ibadah, itu sifat ndak pernah serius masih tetap muncul. Klo so di jemaat so musti mo rubah coy!!

Sampe di pante Likupang samua langsung bekink persiapan untuk ibadah, sebagai orang yang tahu teologi tantu katu musti didahului dengan ibadah. Io toe? Hehe… Mar jangan-jangan karna so talulu banya ibadah, sampe itu ibadah kurang jadi semacam formalitas belaka for angk 05, ah… mudah-mudahan nanda noe. Diawali rekreasi, denk manyanyi, Ibadahpun dimulai. Saat refleksi, Terdapat pertanyaan dari pemimpin ibadah yang sangat menyentuh. Biar dapa lia bermain saat menjawab mar tetap, pertanyaan itu menjadi pergumulan bagi masing-masing pribadi dalam ank 05. Inilah pertanyaannya; “5 tahun sudah perjuangan dalam pendidikan di Fakultas Teologi UKIT, tentu banyak doi yang sudah dikeluarkan oleh orang tua untuk membiayai torang samua. So boleh beli apa kank itu doi?” mendengar pertanyaan ini; Ada yang jawab, so bole bli oto, ada yang bilang motor, tapi yang berkesan ada seorang teman yang berkata “pendidikan itu mahal” jawaban yang sangat benar (nentau dia bilank itu deng segenap hati ato memang cuman baku sedu, Hehehe... hanya dia yang tau). Secara pribadi pertanyaan ini memunculkan pertanyaan lain dalam diri “Apakah biaya besar yang torang keluarkan sesuai dengan ilmu yang torang dapatkan di lembaga pendidikan UKIT tercinta? Atau apakah memang pendidikan hanya sekedar mahal tanpa memperdulikan kualitas pendidikannya?” Alasan munculnya pertanyaan ini, mari menyinggung sedikit mengenai permasalahan dualisme UKIT; mereka berkata “masalah ini jangan sampai merugikan mahasiswa!”, merekapun berkata “masalah dualisme UKIT kan tidak mempengaruhi proses akademis dan aministrasi, toh, semua proses pembelajaran dan administrasi berjalan dengan baik”. apakah benar demikian? Sesuai pengalamanku, dalam prosesnya terutama akademik, sebenarnya mahasiswa banyak dirugikan. Dualisme UKIT, diakui atau tidak, menurunkan kualitas pembelajaran di lembaga UKIT tercinta. Pikiran dan tenaga bukan tidak mungkin hanya terserap dalam penyelesaian dualisme UKIT yang bagaikan jalan tol yang ndak ada pertigaan ato perampatannya. Selama 5 tahun belajar dan kuliah di Fakultas Teologi UKIT, tidak pernah ada satu pun kegiatan ekstra kurikuler yang bertahan. Banyak potensi, banyak talenta, tapi sayang tidak berkembang, dan tenggelam dalam prinsip belajar dan masuk kelas mengejar nilai. Sebuah kegiatan yang sebenarnya menjadi penyeimbang dalam kesibukkan belajar dan kuliah Teologi tidak pernah berlangsung dan bertahan lama. selain itu, masalah dualisme UKIT berpengaruh terhadap kewibawaan sosok guru di mata para murid yang tentu saja berdampak pada pembentukan karakter sang murid. 
Ya, Sudahlah… Seperti kata Bondan dan Fade2black dalam lagunya. Marilah memandang masalah dualisme UKIT dari sudat pandang positif; toe, jika bukan masalah dualisme UKIT, kebersamaan dalam angk 05 tidak sekokoh ini, kecintaan kita pada Almamater tidak se-dasyat ini, hehehe… sampe banya komang yang blum maju dank. Klo bukang masalah UKIT pribadi-pribadi dalam angk 05 tidak terbentuk seperti ini. Jadi teringat sebuah kalimat seorang yang bijak “Ada hal-hal yang patut untuk disesalkan, tapi ada lebih banyak hal yang patut direnungkan untuk disyukuri karena membawa kebahagiaan dan kedewasaan”. 5 tahun kebersamaan angk 05 menandakan 5 tahun sudah dualisme UKIT berjalan. Awal kebersamaan angk 05 menjadi saksi berawalnya dualisme UKIT, sekarang ketika kebersamaan angk 05 akan menyentuh garis akhir, ternyata dualism UKIT belum juga dapat terselesai. Ternyata; waktu 5 tahun bagi kami angk 05 menjadi waktu yang panjang untuk berjuang dalam studi dan saling menopang dalam persaudaraan, bukanlah waktu yang panjang bagi mereka untuk mengejar, mengusahakan kebersamaan dan saling menopang di lembaga UKIT tercinta. Sekarang ini, kami selaku komunitas angk 05 hanya mampu menaikkan harapan “semoga dualisme ini cepat menyentuh akhir, agar tidak ada lagi yang akan dirugikan”. Keyakinanku, “lewat pergumulan ini, UKIT akan semakin bersinar dimasa yang akan datang”. Amin. 
Eits, so melenceng jaoh kank ini cerita? Kembali ke Laptop! Pertanyaan so boleh beli apa torang pe doi selama kuliah 5 tahun di fakultas teologi UKIT ? jawabnya, so boleh beli samua yang torang suka. Mar doi yang torang keluarkan selama 5 tahun kuliah, tetap nimbole mo bli itu kebersamaan, persaudaraan n pengalaman indah semasa kuliah di fakultas teologi UKIT. Samua yang torang ada dapat di UKIT ndak bisa kasing diukur dengan doi yang torang ada kase keluar. Bukankah doi ndak bisa membeli segala-galanya? Sama denk opa pa kita pe sebelah rumah sering kali bilank “doi kasiang boleh mo cari, mar itu kebersamaan, persaudaraan n pengalaman susah mo cari”. Memang akan ada kebersamaan, persaudaraan n pengalaman yang akan torang rasakan dimasa yang akan datang, mar kebersamaan, persaudaran n pengalaman itu ndak akan sama dengan kebersamaan, persaudaran n pengalaman yang torang rasakan selama 5 tahun ini”. Pertanyaan berikut yang juga sangat menyentuh hati dalam refleksi singkat 5 tahun kebersamaan angk 05; lulus jadi sarjana teologi mo jadi apa torang? Ada yang bilang dengan penuh kepastian; jadi guru agama, ada juga yang bilank mo jadi guru jemaat (nentau ley ini, dia ada bilank ba butul ato cuma ba “konti”), ada juga yang bilang mo jadi orang kaya. Sayang kuah cuma 3 orang yang ada Tanya akank, empas ada Tanya pa samua, supaya lebe seru. Bagiku, mahasiswa Fak Teologi UKIT dipersiapkan untuk menjadi pendeta. Jika ada yang mengatakan bahwa “teologi kan sudah menjadi ilmu sehingga bisa masuk dan bekerja menjadi apa saja”. Itu benar, Sangat benar malahan. Itulah realita, seorang sarjana teologi dapat menjadi guru agama, pengusaha, petani, anggota dewan, bahkan pegawai negeri sipil. Tapi bukankah mahasiswa teologi dipersiapkan untuk menjadi seorang pendeta, itulah keahlian kita, jika memaksakan menekuni bidang pelayanan yang lain tentu kita harus menyesuaikan diri dan kembali berusaha belajar. Bagiku; Teologi sebagai ilmu semata-mata merupakan kata-kata penghiburan yang berdasar pada konteks bahwa mahasiswa teologi khususnya warga GMIM so susah mo jadi pendeta. Tapi Benarkah susah mo jadi pendeta? Ini juga yang seringkali menghantui pikiran mahasiswa teologi yang baru lulus. Seolah menjebak pemikiran mahasiswa GMIM yang baru lulus dari fakultas Teologi “Ado di sini kuah susah skang mo jadi pendeta; dia pe pendeta so banya”, pikiranku dahulu dan sampai sekarang pun juga terjebak dengan paradigma ini, tapi tercerahkan kembali setelah berbincang santai dengan seorang dosen saat menunggu giliran ujian skripsi beberapa bulan yang lalu “sapa bilang lulusan teologi ndak dibutuhkan di jemaat, semakin banyak lulusan teologi yang memberi diri dalam pelayanan semakin baik. Biar sebanyak apapun pendeta, pasti masih boleh hidup dari gereja” bagitu kira-kira ucapan sang dosen yang masih tergiang jelas dalam pikiranku. Bagiku, Jelaslah bahwa pola pikir “pendeta so talalu banya” hanya sekedar pelarian/ alasan yang dimunculkan oleh mereka termasuk diriku sendiri karena masih ragu untuk menjadi seorang pendeta. Mengapa tidak ingin menjadi pendeta? Jawabnya ada di sekitar kita, kehidupan angk 05 sekarang ini. 
Setiap pribadi dalam angk 05 tentu mempunyai planning dan rencana kedepan, itu harus. Seorang teman berkata “hidup mengalir seperti arti namun bukan berati tidak memiliki Tujuan dalam hidup”. Aku secara pribadi yakin, banyak yang akan menjadi seorang pendeta dari angk 05, karena memang di persiapkan untuk itu, tentu katu bukan semua. Tapi bukan berarti yang jadi pendeta so dorang itu yang terpanggil sedangkan yang ndak jadi pendeta ndak terpanggil, tidak! Bicara terpanggil ato ndak? disinggung juga dalam refleksi. Keyakinanku! Semua orang yang percaya terpanggil untuk memberitakan injil kebenaran Allah, Tentu dalam bidang yang ditekuni dan dijalani dengan sepenuh hati. Seorang guru agama, tentu itulah panggilan Tuhan baginya, maka jalanilah. Bagi yang masih bimbang dalam menentukan dimana panggilannya, masih ada waktu untuk berpikir dengan jernih, yang pasti waktu 5 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mempersiapkan diri guna menyambut panggilan Tuhan kepada kita, Dimanapun, dan sebagai apapun kita; bukan cuma sebagai pendeta. Bagiku mungkin sekarang adalah masa dimana kita memilih jalan untuk masa depan kita (angk 05), “dihadapan kita terpampang banyak jalan, berpikirlah yang jernih untuk menentukan jalan mana yang kita pilihan”. Bagi yang sudah memilih jalan, selamat! Karena telah memulai terlebih dahulu perjuangan menuju masa depan yang penuh bahagia. Bagi yang belum memilih, masih ada waktu kawan, pikirkanlah dengan jernih. Masa depan adalah pilihan, yang membutuhkan perencanaan serta kerja keras. 
Amin jo dank!!! Kalimat yang menutup refleksi singkat dalam ibadah ucapan syukur ulang tahun angk 05 ini. disambung dengan kalimat Tanya, “ba butul-butul ini ato ndak?” Hehehehe… selesai refleksi, dilakukan Ritual potong kue ulang tahun. Tahun ini berbeda dengan tahun yang lalu, jika tahun kemarin kue yang enak itu tidak sempat dinikmati karena dijadikan “peluru” untuk saling menyerang, sekarang kue yang diatasnya terpasang indah angka lama, dapat kami nikmati. Enak tenan… lebih enak karena dinikmati dengan rasa persaudaraan yang ditandai dengan saling menyuapi satu dengan yang lain. Kue ulank tahun pun tak tersisa. Rasa-rasa kuah denk dia pe lilin dorang mo makank abis. Selesai pasang denk tiop lilin, berlanjut pada ritual berikut yaitu makan bersama. Biar ndak ada sayor, tetap makank. so lapar ini, Ada war lay kuah makang siang nanti stengah tiga. Nasi putih, ikank bakar denk dabu-dabu yang pe pidis pe minta ampun menjadi menu special pada zore ini. Selesai makank, mandi di pante. Samua musti mandi klo nda dorang mo angka konk buang. 
Pokoknya hari senin, 13 September 2010, menjadi hari yang menyenangkan untuk melepas rindu dan rasa kengen akan kebersamaan dalam angk 05. Tahun ini mungkin menjadi tahun terakhir kebersamaan dan persaudaraan yang hangat dalam angkatan 05. Malam yang indah menandakan berakhirnya 5 tahun kebersamaan angk 05. Bus yang melaju kencang membawa kembali angk 05 ke tempat “pelayanan” masing-masing dengan situasi, tantangan dan pergumulan yang berbeda. Satu yang pasti hari ini memberikan lagi warna indah dalam lembar kebersamaan angk 05. Hari yang akan diingat dan diceritakan kembali ketika bertemu kembali dimasa yang akan datang. 
Akhirnya, Bagiku Fakultas Teologi UKIT ndak akan pernah terlupakan, mengapa? karena Disinilah tergores kisah indah angk 05. Disinilah angk 05 menjadi saksi sejarah terciptanya “masa gelap” dalam GMIM. Disinilah karakter pribadi dalam angk 05 terbentuk. Disinilah dididik orang-orang yang bisa jadi akan merubah sistem, Amin. Disinilah angk 05 dipersiapkan untuk menyambut “misteri” hidup di masa yang akan datang. 
Py b,day angk 05; 
Mat menempuh perjuangan mewujudkan masa depan yang bersinar. 
Likupang, senin. 13. 09.10

Saturday, September 11, 2010

PENGALAMAN INDAH DALAM SEBUAH KOMUNITAS POSITIF

Datang, tinggal, lihat, dan rasakan. Inilah yang telah aku jalani selamat sepekan di komunitas diosesan. Tinggal dan merasakan keseharian dari mereka yang disebut frater; yang disiapkan untuk menjadi seorang pastor. Jujur, aku terpanah dengan semua “kemewahan” yang mereka miliki. Semua fasilitas disediakan dalam “lembaga gereja milik umat ini”. tempat ini menjadi sebuah gambaran tempat/ rumah yang indah dan nyaman untuk tinggal dan menetap. Namun dibalik lengkapnya fasilitas yang ada ini, terdapat aturan mutlak yang harus dijalani oleh para frater termasuk aku yang mendapat kesempatan menjadi frater selama satu minggu. Hehehe… Semua fasilitas boleh digunakan tapi semua aturan harus dilakukan; termasuk bangun pukul 5 pagi. Itupun harus segera mandi dan dilanjutkan dengan ibadah bersama. Sebuah aturan dan kegiatan yang jarang aku lakukan sebelumnya.
Selama sepekan bersama para frater dan turut menjadi frater membantu aku lebih mengenal lebih dekat komunitas diosesan ini. Bagiku komunitas ini adalah komunitas yang bersahaja dalam rutinitas yang ketat dan terjadwal. Komunitas yang benar-benar dilatih dan dibentuk untuk siap menjadi pemimpin umat. Sangat terbuka namun memiliki keteguhan. Modern; tapi tidak terhisap kedalamnya. Pokoknya komunitas yang berbeda dengan apa yang ada dipikiranku sebelum tinggal bersama dengan mereka.


Waktu satu minggu mungkin merupakan waktu yang sangat singkat untuk saling mengenal lebih dalam. Namun waktu satu minggu menjadi waktu yang cukup untuk menggoreskan cerita, kenangan dan pengalaman indah dalam kertas kehidupanku. Waktu yang cukup untuk mendapatkan persahabatan yang mengesankan. Harapanku, semoga persahabatan ini dapat terus berlangsung setelah pekan pertekuran ini; bahkan dapat terus berlangsung untuk selamanya.
Akhirnya, slamat berjuang for tamank2 di komunitas Diosesan. Berjuang untuk mencapai panggilan dan mewujudkan panggilan-Nya.




02-2010

Wednesday, September 8, 2010

“BANJIR” KATAK DI MESIR Keluaran 8 : 1-15

Kitab Keluaran menceritakan tentang pembebasan dan perjalanan umat Israel dari tanah perbudakan di Mesir menuju tanah yang dijanjikan Allah. Kitab Keluaran ini dimulai dengan cerita penderitaan bangsa Israel sampai mereka dibebaskan oleh Allah melalui perantaraan musa dan Harun. Perjuangan untuk keluar dari mesir pun tidaklah ringan, bahkan sangat berat. Terutama untuk meyakinkan raja Firaun yang keras hati dan sulit untuk menepati janji. Kitab ini juga menceritakan mengenai perjuangan umat Allah ketika berada di padang gurun. Inilah sebabnya sehingga kitab ini dinamakan kitab Keluaran.
Bacaan kita sekarang ini, berkisah mengenai salah satu Mujisat ajaib yang dilakukan Allah melalui perantaraan Musa untuk membawa umat Israel keluar dari tanah perbudakan. Bacaan yang berkisah mengenai Tulah kedua yang ditimpahkan oleh Allah kepada bangsa Mesir.
Setelah Tulah pertama (pada bacaan sebelumnya) tidak meluluhkan hati raja Firaun maka Allah melalui perantaraan Musa menimpahkan kembali Tulah yang kedua. Sebenarnya aneh juga, masakan mujisat yang sangat ajaib, yaitu air menjadi darah, tidak berhasil membuat raja Firaun melepaskan umat Israel. Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya hati dan buruknya sifat raja Firaun.
Tulah kedua pun akhirnya menimpah Mesir. Dalam seketika seluruh wilayah Mesir dipenuhi dengan katak. Seketika itu juga seluruh wilayah mesir dipenuhi ‘paduan suara’ tim katak; yang tentu saja sangat berisik. Dikatakan dalam bacaan ini, katak-katak itu mengeriap dalam sungai Nil, lalu naik dan masuk ke dalam istana Firaun, bahkan sampai ke kamar tidurnya, lebih paranya lagi sampai ke dalam pembakaran roti dan tempat adonannya. Bisa kita bayangkan suasana dan keadaan di Mesir pada saat tulah kedua itu menimpa mesir. Ketika tidur, ditemani katak. Makan ditemani, katak. Mandi? Apalagi, pasti katak-katak itu selalu menemani. Bisa terbayang bagaimana menderitanya Firaun dan tentu saja rakyatnya pada waktu itu.
Mungkin ini jugalah yang menjadi alasan sehingga Firaun memanggil Musa dan Harun untuk menghadap dan membuat suatu kesepakatan. Firaun memohon agar Musa dan Harun berdoa kepada Tuhan supaya menjauhkan katak-katak ini dari padanya dan dari rakyatnya, sebagai gantinya umat Israel bisa pergi meninggalkan Mesir.
Kesepakatan pun disetujui. Musa pun melaksanakan bagiannya, meminta kepada Allah untuk menjauhkan katak-katak itu dari tanah Mesir. Allah kemudian memperlihatkan kuasa-Nya, semua katak-katak itu mati, lenyap. Dari rumah, dari halaman dan dari ladang. Musa menyetujui kesepakatan dengan Firaun, kemudian meminta dalam doa kepada Tuhan, dan Tuhanpun mendengar doa Musa itu. Tulah katak, hilang dari tanah Mesir. Namun sayangnya Firaun tidak melaksanakan bagiaannya, sebagaimana perjanjiannya dengan Musa, yaitu; membebaskan umat Israel dari Mesir. Firaun tidak menepati janjinya. Kurang tahu sie, apa yang menjadi alasan sampai firaun tidak menepati janjinya. Apakah memang sudah dari awal siasat ini dipikirkan firaun, yaitu; membuat kesepakatan dengan musa, tetapi tidak akan menepatinya, ataukah karena Firaun merasa bahwa keadaan sudah bisa terkendali kembali, sehingga merasa rugi untuk melepaskan bangsa Israel? Memang sangat sulit bagi Firaun untuk membebaskan bangsa Israel. Bagi Firaun bangsa israel adalah sumber daya yang murah. Tenaganya sangat dibutuhkan untuk membangun Mesir; bayarannya sangat murah, bahkan tidak dibayar pun; tidaklah masalah. Bacaan ini memberi kesaksian “tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati dan tidak mau mendengarkan mereka keduanya-seperti yang difirmankan Tuhan.” Jelaslah, ketika Firaun merasa keadaan sudah terkendali, sifatnya yang buruk kembali muncul. Mengeluh disaat susah dan menindas (memperbudak bangsa Israel) disaat aman dan nyaman. Ya, itulah penguasa mesir pada saat itu.
Bacaan ini memberikan contoh pada kita mengenai seorang pemimpin yang keras hati dan tidak mau menepati kesepakatan yang telah dibuat. Dialah Firaun, penguasa Mesir pada saat itu. Memiliki sifat yang semena-mena, keras hati dan tidak mau menepati janjinya. Bacaan ini menuliskan Akibat dari sikap dan sifat firaun itu, rakyatnya menderita. Allah memperlihatkan kuasanya dengan menimpahkan tulah atas mesir. Firaun yang tidak bisa menjadi seorang pemimpin yang baik mengakibatkan “banjir” katak di Mesir; rakyatnya pun menderita.
Sebagai orang muda tentu kita dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin dimasa yang akan datang. Baik dalam komunitas terkecil, yaitu; keluarga. Masyarakat. Dan, jemaat. Nah, Bagaimana kita bisa menjadi seorang pemimpin yang dapat memberikan contoh dan teladan yang baik, jika kita tidak bisa memegang perkataan kita dan menepati janji yang telah kita ucapkan. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang selalu berusaha untuk menepati janjinya.
Sekarang, Tergantung dari diri kita sendiri mau menjadi seorang pemimpin yang baik atau tidak. Toh, pilihan ada ditangan kita. Bacaan kita ini telah memberikan contoh dan memaparkan mengenai akibat yang akan dialami seorang pemimpin yang semena-mena dan tidak mau menepati janjinya. Ingatlah bahwa Allah selalu berpihak kepada pemimpin yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang dipimpinnya, serta yang memegang teguh perkataannya (FPK). Amin

Ditulis for obor pemuda GMIM
edisi feb-maret 2010

PEMIMPIN YANG KERAS HATI HANYA AKAN MENGAKIBATKAN PENDERITAAN TERHADAP ORANG-ORANG YANG DIPIMPINNYA Keluaran 7 : 14-25

Bagaimana jika di daerah kita ini, semua air; baik untuk minum ataupun untuk mandi, mau pun untuk mencuci, berubah menjadi darah? Bisa dibayangkan bagaimana menderitanya kita. Seperti yang kita ketahui bersama, Air adalah salah satu unsure pokok dalam kehidupan, sehingga kita tentu sangat membutuhkannya. Sehari saja kita hidup tanpa air, tentu membuat kita sangat menderita. Tentu saja akan sangat menderita lagi, apalagi air yang merupakan sumber kehidupan kita ini, tiba-tiba berubah menjadi darah. Waw, disamping kita sangat menderita tentu saja kita akan sangat ketakutan. Manusia mana yang tidak akan merasa takut ketika dimana-mana tercium bau amis darah, dimana-mana pemandangan berubah warna menjadi merah oleh darah. Tentu dalam situasi seperti ini kita akan bersedia untuk tidak mandi, tidak minum dan bisa jadi tidak nafsu makan.
Keadaan inilah yang dialami oleh rakyat Mesir seperti yang dikisahkan dalam keluaran 7 : 15-25. ketika Tulah pertama menimpa Mesir, yaitu; Air menjadi darah. Tentu rakyat Mesir berada pada keadaan yang menderita dan tentu sangat ketakutan. Berawal dari sikap firaun yang tidak ingin membebaskan umat Israel dari Mesir. maka Allah mengutus Musa pergi dihadapan Firaun dan menunjukan mujizat ajaib yaitu merubah air menjadi darah. Musa pun melakukan kehendak Allah itu, ia melakukannya dengan memukulkan tongkat yang ada di tangannya ke atas air sungai Nil. Maka berubahlah seluruh sungai Nil menjadi darah, dan ikan-ikan di dalamnya mati. Seluruh tanah negeri Mesir menjadi penuh dengan darah oleh karena rembesan sungai Nil tersebut. Tulah yang ditimpahkan Allah ini dimaksudkan untuk memperingatkan orang Mesir bahwa sumber kehidupan mereka yang terutama sekalipun dapat dibuat Tuhan menjadi musuh mereka. Tanpa air dari sungai Nil, seluruh pekerjaan di Mesir terhenti. Seluruh rakyat Mesir lebih mementingkan berusaha mencari air bersih, daripada meneruskan pekerjaan memperbudak orang Israel.
Tulah ini berhenti setelah tujuh hari berlalu. Namun tetap saja Firaun bersikeras tidak mau melepaskan bangsa Israel dari tanah Mesir. Sangat mengherankan! Walaupun sangat tersiksa dengan kejadian ini, namun Firaun tetap saja berkeras untuk tidak membebaskan umat Israel. Tentu ada sesuatu yang dipikirkan oleh Firaun. Tentu ada “udang dibalik batu. Alasan pertama yang membuat Firaun sangat sulit melepaskan umat Israel untuk keluar dari tanah Mesir: Waktu itu, Pembangunan di mesir sangat pesat dan sedang Hot-Hot-nya/ panas-panasnya”. Pembangunan yang pesat ini, semuanya disebabkan oleh umat Israel. Maksud saya, pembangunan bangsa Mesir yang sangat pesat menggunakan tenaga bangsa Israel (Israel dijadikan budak). Memang disatu sisi; semakin banyaknya umat Israel di Mesir menimbulkan sedikit ketakutan dalam diri Firaun; bagaimana jika mereka memberontak terhadap Mesir? Namun hal yang paling ditakuti oleh Firaun apabila umat Israel meninggalkan mesir. Wah, bisa gawat, bisa-bisa pembangunan di Mesir terhenti.
Alasan berikut, karena memang Firaun sendirilah yang mengeraskan hati. Dari bacaan dalam kitab Keluaran ini tentu kita mendapatkan gambaran mengenai sifat dan sikap seorang Firaun; keras hati, sombong dan angkuh. Wajar juga sie jika Firaun memiliki sifat dan sifat yang buruk seperti itu. kan, Firaun adalah raja atas suatu Negara yang besar dan berkuasa, yang tentu sangat dihormati dan disanjung-sanjung. Jelaslah bahwa Firaun sendirilah yang mendatangkan penderitaan bagi rakyatnya.
Relita yang terjadi dalam kehidupan kita, seseorang yang menjadi pemimpin tentu selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Hal yang wajar. Dan, tentu seorang pemimpin haruslah mengambil keputusan atas pilihan-pilihan yang dia hadapi. Nah, Keputusan seorang pemimpin ini tentu juga adalah keputusan dari orang-orang yang dipimpinnya. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin tentu saja berdampak pada kehidupan orang-orang yang dipimpinnya. Keputusan yang diambil secara sepihak dan didorong oleh kepentingan pribadi, tentu saja hanya akan memberikan dampak yang buruk bagi orang-orang yang dipimpinnya. Tentu juga bagi sang pemimpin itu sendiri. Pilihan itu juga yang dihadapi oleh Firaun, bukan? Membebaskan umat Israel atau tidak. Tapi toh, Firaun lebih memilih untuk tidak melepaskan mereka dengan alasan “pembangunan”. Dampak dari keputusan Firaun ini adalah penderitaan yang dialami oleh rakyatnya. Keputusan yang salah seorang pemimpin dalam mengambil keputusan akan bermuara pada penderitaan orang-orang yang dipimpinnya.
Pemuda sebagai pelopor dalam kehidupan berbangsa dan berjemaat tentu dipersiapkan untuk menjadi pemimpin dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu marilah kita belajar dari bacaan kita ini guna mempersiapkan diri kita untuk hal itu. kita sebagai orang muda dapat belajar dari sosok Firaun yang sombong dan keras hati; Belajar pada seorang pemimpin yang tidak mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya.
Disatu sisi, belajar dari bacaan ini, tentu kita tidak ingin memiliki seorang pemimpin seperti Firaun yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyatnya, bukan? Nah, tugas kitalah sebagai pemuda gereja untuk memilih seorang pemimpin yang benar-benar ingin melayani, menentukan pilihan untuk kepentingan bersama bukan kepentingan pribadi dan kelompok, serta selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Akhirnya, Marilah kita mempersiapkan diri menjadi seorang pemimpin yang baik dan turut aktif untuk mencari seorang pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik membahagiakan orang-orang yang dipimpinnya. Sedangkan pemimpin yang buruk membuat orang-orang yang dipimpinnya menderita (FPK). Amin

Ditulis untuk obor pemuda GMIM
edisi feb-maret 2010

Monday, September 6, 2010

HIDUPLAH SEIMBANG! Sebuah refleksi dari Amsal 30:7-9

Jika ingin menjadi orang bijak? Ada yang berpendapat, “Membacalah”. Kita juga pasti setuju dengan pendapat ini; karena membaca dapat membantu kita mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui. Sekarang ini, banyak buku yang bagus dan tentu saja memberikan pengetahuan yang bermuara pada kebijaksanaan. Persoalan yang muncul; banyak buku tersedia, tapi keinginan untuk membaca sangat kurang. Pertanyaan bagi kita sebagai orang muda, apakah kita memiliki minat untuk membaca? Jika jawabannya, punya. Baguslah. Jika belum, mulailah untuk membudayakan diri membaca supaya menjadi orang yang bijak. Membaca adalah sumber hikmat, jadi orang yang berhikmat adalah orang yang membaca.
Sekarang, marilah kita meluangkan waktu untuk membaca Amsal 30:7-14. Mengapa? Karena Amsal ini berisi nasihat-nasihat indah yang berasal dari pengalaman orang bijak, ketika menikmati indah dan suramnya kehidupan. Amsal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan hikmat yang benar bagi orang yang membaca tentunya. Pokok perenungan kita sekarang sangat menarik, jika kebanyakan Amsal diketahui/ dikenal merupakan hasil karya Salomo. Maka pasal 30:7-14 ini berbeda, karena ditulis oleh seseorang yang dikenal bernama Agur bin Yake. Siapa dia? Tidak ada yang mengenalnya. Namun yang pasti dia adalah orang yang bijak, dituakan, mencintai hikmat pengetahuan; tentunya juga membudayakan diri membaca, mengenal Allah sedalam-dalamnya dan sangat baik memahami pribadi seorang manusia.
Menarik ketika membaca pasal 30:7-9 yang menuliskan mengenai permohonan Agur kepada Tuhan. Apa permohonannya? “Jauhkan dari padaku kecurangan dan kebodohan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku”. Dia tidak meminta kekayaan, tapi dia juga; meminta agar dijauhkan dari kemiskinan. Tidak kaya, tidak miskin. Permintaan yang bijak, bukan? Ia, sangat bijak malah. Adakah kita meminta seperti itu? Ada. Memang ada! Tapi, apa susahnya mengucapkan sesuatu? Sangat mudah, bukan? Yang sulit adalah memenuhi sesuatu yang kita ucapkan itu. Contohnya, Mudah berkata “Tahun baru; hati baru, prilaku harus lebih baik dari yang lalu”. Mudah mengucapkanya, tapi prakteknya? Banyak godaan dan tantangan. Tapi bukan berarti tidak bisa. Kembali ke perikop bacaan, Mengapa Agur meminta seperti itu kepada Tuhan? Inilah alasan yang dikemukakannya. Dia takut ketika menjadi kaya; semuanya terpenuhi, sehingga melupakan dan menyangkal Tuhan. Begitu juga sebaliknya; ketika berada dalam keadaan berkekurangan, mencemarkan dan mempermalukan nama Tuhan. Dia sadar bahwa kekayaan seringkali membuat manusia lupa diri; manusia menjadi sombong dan angkuh sehingga melupakan sang penciptanya. Dia sadar juga, jika hidup berkekurangan dapat bermuara pada tindakan yang tidak terpuji. Namun, Agur sebenarnya tidak “bermusuhan” dengan kekayaan; tidak salah menjadi kaya, bahkan itu baik. Tapi janganlah karena kekayaan, manusia kemudian melupakan Tuhan. Ingin menjadi kaya tidaklah salah, Baik malah. Tapi, menjadi kaya banyak godaannya. Begitu juga sebaliknya; Agur juga tidak “membenci” kemiskinan, namun dia takut nantinya kemiskinan menjerumuskannya dalam perbuatan-perbuatan dosa.
Dalam pembacaan ini, Agur menekankan pada keseimbangan dalam menjalani kehidupan. Dia sadar bahwa hidup banyak godaan; menjadi kaya, ada godaan; sombang, angkuh, dll. Begitu juga hidup berkekurangan, ada godaan. Tapi bukan berarti; tidak kaya, tidak miskin, tidak ada godaan, ada! Godaan kan selalu ada. Namun, ketika manusia menekankan pada keseimbangan hidup, maka kebahagiaan hidup akan datang dengan sendirinya. Keseimbangan dalam hidup membuat manusia dapat merasakan kepuasan tersendiri; berkaitan dengan apa yang dimilikinya. Keseimbangan dalam hidup bermuara pada ucapan syukur kepada Tuhan. Bukankah
Kebahagiaan hidup adalah ketika kita mampu berlaku seimbang dalam hidup; yang bermuara pada selalu mensyukuri semua yang kita miliki.
Pembacaan ini, bukan membawa kita sebagai orang muda memusuhi kekayaan, tapi sebaliknya; membantu kita untuk belajar berlaku seimbang. Bukankah dibalik kekayaan yang dimiliki, masih banyak saudara-saudara kita yang hidup berkekurangan. Berlaku seimbang akan membawa kita pada keadaan untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki. Ketika kita selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, maka kita akan melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan. Apa yang dikehendaki Tuhan? Banyak. Antara lain, Membantu sesama, bersahabat dengan alam, berlaku adil, rajin membaca dan masih banyak lagi. Amin. (FPK)
Ditulis untuk
Buku renungan “obor” pemuda GMIM
edisi Desember 09-Januari10

Friday, September 3, 2010

MANA YANG KITA PILIH: MENJADI ORANG BIJAK ATAU ORANG FASIK? Amsal 29:1-27

Kitab Amsal adalah kumpulan hikmat untuk memberikan pengajaran dan pemahaman yang benar tentang kehidupan; Tentu saja, kehidupan yang berkenan kepada Allah. Kitab Amsal berisi nasihat-nasihat praktis mengenai prilaku hidup yang baik. kitab Amsal merupakan pengajaran bagi kaum muda dari orang-orang bijak yang telah lebih dahulu menikmati pahit manisnya kehidupan; pengalaman hidup dari orang-orang bijak untuk menjadi pegangan bagi orang muda dalam menyikapi dan menjalani kehidupan. Kitab Amsal memang menekankan pada cara hidup yang berhikmat; namun diatas itu, kitab Amsal mengajarkan pada kita mengenai kehidupan yang takut akan Tuhan.
Amsal 29:1-27, menggambarkan tentang perbedaan antara orang bijak dan orang fasik. Orang bijak, adalah; orang yang mendatangkan sukacita, mencintai hikmat, adil, memihak terhadap orang yang lemah, membawa kedamaian, mencari keselamatan, menerima teguran atau kritikan, berpegang pada hukum, serta rendah hati. Orang bijak memilih jalan kehidupan yang benar dan tentu saja bermuara pada situasi hidup yang indah. Hidup dijalan orang bijak; keadaan nyaman, kehidupan bahagia. Sedangkan orang fasik; adalah orang yang Keras kepala, kata orang jawa “semau gue”; istilah orang Minahasa “sapa ngana sapa kita”, membawa keluh-kesah, menjauhi hikmat, tidak mematuhi hukum dan angkuh. Orang fasik, memilih untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, yang berdampak pada gersangnya kehidupan pribadi, serta rusaknya kehidupan dengan sesama; dan, bermuara pada kehancuran hidup. Hidup dijalan orang fasik; keadaan tidak nyaman, hidup pun melarat.
Dalam dunia dewasa ini, sebagai orang muda tentu kita selalu diperhadapkan dengan pilihan. Tinggal pilih, A atau B. Hitam atau Putih. Baik atau buruk. Bersahabat dengan dunia atau bersahabat dengan Allah. Peng-Amsal membahasakan, Bijak dan fasik. Mana yang kita pilih? Tergantung pada kita. Pilihan ditangan kita, tapi akibat ditanggung pula oleh kita.
Sekarang, sebagai orang muda, mana yang kita pilih; menjadi orang bijak atau orang fasik? Menjadi orang bijak tentunya! Bagus. Orang bijak saling menegur dengan kasih dan membuka telinga untuk menerima teguran. Orang yang siap menerima teguran mencinta hikmat; sebaliknya orang fasik membenci teguran sehingga menjerat diri sendiri dalam “lumpur” kehancuran. Orang yang menegur pastilah ingin membangun orang yang ditegur; jadi Jika dipikir sebenarnya teguran itu sehat, tapi kok mengapa banyak orang yang “alergi” dengan teguran? Bukankah teguran merupakan tanda kepedulian? Sebaiknya dipertegas dulu, Yang dimaksudkan dengan teguran disini; bukanlah teguran yang menjatuhkan, tapi teguran yang membangun. Tapi kita harus mengakui bersama dalam realita yang terjadi sekarang ini, banyak orang yang hanya banyak menegur, tapi jika ditegur; eits, nanti dulu, no. Ada juga orang yang menegur karena kesal atau pun marah. Realita ini, mungkin disebabkan oleh banyaknya teguran yang ingin menjatuhkan, jadi pantaslah  jika banyak orang yang “alergi” dengan teguran. Jelaslah, tidak sedikit orang yang memilih menjadi orang fasik.
Orang bijak tahu menempatkan diri. Dikatakan tadi bahwa dalam hidup ada pilihan; tentu saja tidak semua orang memiliki pilihan yang sama; Pilihan saya dan pilihan Anda tentu berbeda. Pilihan utu dan keke tentu berbeda. Dalam hidup kita memang harus memilih, tapi bukan berarti ketika kita memilih, kita menanggalkan akal dan hanya menuruti seruan perasaan kita; begitu juga sebaliknya. Ada prinsip, namun cara menuangkan prinsip itu haruslah dilakukan dengan elegan dan menawan; jangan dengan menjatuhkan atau “menghitamkan” orang atau kelompok lain. Dalam hidup pilihan adalah dinamika, namun ingatlah bahwa pilihan dalam hidup ada konsekuensinya. Pilihan untuk berlaku curang, tentu kita siap untuk menerima konsekuensinya. Pilihan yang tidak sesuai dengan pikiran dan hati kita tentu ada akibatnya. Pilihan menjadi orang fasik bermuara pada kehancuran kehidupan pribadi, kelompok maupun organisasi. Orang bijak menjadi pendamai, sebaliknya orang fasik memperkeruh persoalan.
Pemuda adalah tulang punggung gereja yang dipersiapakan untuk menjadi pemimpin dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, marilah kita sama-sama belajar dari Amsal 29:1-27 ini, ketika orang fasik menjadi pemimpin; rakyat berkeluh kesah, keadilan tidak Nampak, dan pasti bermuara pada kehancuran pribadi, kelompok atau organisasi yang dipimpin. Tapi sebaliknya, jika orang bijak menjadi pemimpin; damai dan keadilan selalu menaugi. Kebahagiaan dalam hidup pun didepan mata.
Sebagai orang muda yang adalah pemimpin masa depan, marilah mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang bijak. Mulai dari sekarang hendaklah kita mampu menempatkan diri dalam pilihan yang benar. Hidup adalah pilihan, jalan hidup pun adalah pilihan. Semoga kita mampu membawa damai dan keadilan kapanpun dan dimanapun kita berada. Akhirnya, orang bijak memperindah dunia dan menjernihkan suasana; sedangkan orang fasik mengacaukan dunia dan memperkeruh suasana.  Amin. (FPK)
Ditulis untuk
Buku renungan “obor” pemuda GMIM
edisi Desember 09-Januari10