YOSUA: 2:1
STRATEGI
KEHIDUPAN
Setiap manusia yang hidup dan ditempatkan Allah di dalam
dunia; pasti memiliki harapan, keinginan, dan cita-cita. Nah, jika kita
menginginkan harapan, keinginan, dan cita-cita itu dapat terwujud tentu kita
harus memiliki strategi/ rencana. Kita harus mempersiapkan diri agar memiliki
kemampuan mengejar segala harapan, keinginan dan cita-cita untuk masa yang akan
datang. Sebagai orang muda. Belajar giat adalah salah satu cara kita
mempersiapkan diri mewujudkan segala harapan, keinginan, dan cita-cita kita.
Contoh lain? Mengembangkan minat dan bakat yang dianugerahkan Tuhan pada kita.
setiap orang pasti memiliki minat dan bakat masing-masing, Kembangkanlah itu. Minat
dan bakat yang kita kembangkan pasti akan menjadi “bekal” berharga dalam
perjalanan mengejar harapan, keinginan dan cita-cita kita. Sangat aneh jika
kita memiliki harapan, keinginan dan cita-cita yang besar namun kita sendiri
tidak mau mempersiapkan diri untuk mengapainya.
Pada Yosua pasal 1, Allah telah memberikan janji-Nya
kepada umat Israel, bahwa Dia bersama-sama dengan umat Israel. Perintah Allah
supaya umat Israel menyerang tanah Kanaan. Israel akan mendapatkan kemenangan. Yup,
Allah memberikan janji-Nya, Kemenangan akan diperoleh. Namun bukan berarti hanya
asal serang begitu saja. Harus ada strategi. Segala sesuatunya harus direncanakan.
Dilakukan dengan hati-hati. Hal inilah yang mendorong Yosua mengutus 2 orang
pengintai untuk memata-matai bangsa Kanaan. Yosua mengunakan strategi untuk
merebut tanah Kanaan. Bukan hanya asal menyerang begitu saja.
Allah pasti merancangkan masa depan indah bagi kita
umat ciptaan-Nya. Namun bukan berarti kita hanya berdiam diri saja tanpa strategi
kehidupan. Tindakan berdiam diri seperti ini ibarat “memancing ikan, tanpa pancingan”. Di lain sisi percuma juga jika
kita hanya terus berusaha tanpa melibatkan Tuhan dalam strategi kehidupan kita.
Tindakan ini ibarat “memancing ikan di
kolam yang tidak ada ikannya”. Pertanyaannya, kita sebagai orang muda,
berada di posisi mana? “memancing ikan,
tanpa pancingan” atau “memancing ikan di kolam yang tidak ada ikannya”?
Pasti kita mengetahui jawabannya.
Jelaslah bahwa kita membutuhkan strategi dalam
menjalani kehidupan kita. Apalagi sebagai orang muda. Strategi kehidupan
membuat kehidupan kita lebih terarah, teratur, berhasil dan bahagia. Opa di
samping rumah sering mengatakan “Masa
muda masa yang indah”. Yup, benar. Masa muda, masa yang indah. Masa untuk
bergaul, dan menikmati indahnya kehidupan anugerah Tuhan. Namun ingatlah bahwa di
masa muda inilah kita harus mulai merancang strategi kehidupan kita. Mulai
mempersiapkan diri agar memiliki masa depan yang indah. Masa muda adalah masa
untuk belajar, masa untuk mengembangkan bakat dan talenta, masa untuk mengasah
kemampuan, dan masa untuk memantapkan strategi kehidupan. Akhir kata, selamat menikmati
masa muda. Amin. (FPK).
YOSUA 2:2-7
BANTUAN YANG
TAK TERDUGA.
Allah menolong dengan cara yang tak terselami. Lawan
pun, bisa berbalik menjadi kawan. Itulah yang terjadi dalam cerita yang kita
baca pada Yosua 2:2-7 ini. Rahab yang merupakan penduduk bangsa kanaan bersedia
membantu 2 orang pengintai yang notabene
merupakan orang Israel; bangsa yang ingin menyerang dan merebut tanah Kanaan. Bahkan
Rahab merelakan rumahnya dijadikan tempat menginap. Bukan hanya itu, Rahab pun
rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan 2 orang Israel yang menginap
di rumahnya dari kejaran pasukan raja Yericho. Aneh, bukan? Ya, jika
dipikirkan, memang aneh. Tapi, inilah pekerjaan Allah. Dia-lah yang berkarya
dalam diri Rahab untuk menyelamatkan 2 orang pengintai yang diutus Yosua
memata-matai kota Yericho.
Dalam hidup. Setiap orang. Ya, tentu termasuk orang
muda. Pasti akan diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan kehidupan. Opa
sebelah rumah sering bilang “Klo so ndak
ada pergumulan dan tantangan so bukang hidup di dunia, so hidup di sorga”.
Nah, ada kalanya pergumulan dan tantangan dalam kehidupan inilah yang membuat
kita merasa putus-asa, tak berdaya, dan berbeban berat. Yup, benar! Pergumulan
dan tantangan kehidupan akan selalu ada dan seringkali membuat kita putus-asa,
tak berdaya dan berbeban berat. Sekarang! Coba kita mengingat dan merenungkan
kembali pergumulan dan tantangan kehidupan yang dahulu pernah “mampir” dan
“menghiasi” perjalanan kehidupan kita. sudah? Bagus. Bukankah Ketika kita
mengalami pergumulan dan tantangan kehidupan itu, seolah-olah ada “Kekuatan”
dalam diri kita yang memampukan kita untuk berusaha mencari jalan keluar dari
pergumulan dan tantangan kehidupan yang kita Alami? Bukankah Dalam
keputus-asaan kita, terasa ada “Kekuatan” yang menguatkan kita? Bukankah dalam
keadaan tak berdaya, terasa ada “Sesuatu” yang memampukan kita? bukankah ketika
kita berbeban berat, serasa ada “Rangkulan” yang menopang kita sehingga kita tidak
jatuh tersungkur? Itulah Allah kita! Allah yang tidak pernah meninggalkan kita.
Karya-Nya memang sulit terselami oleh akal manusia, tapi karya-Nya akan selalu
menopang dan menguatkan kita umat ciptaan-Nya. Saat kita merasa tiada jalan,
Dia membukakan jalan. saat kita merasa tak berdaya, Dia memberikan mujizat-Nya.
Saat kita bingung merancang strategi kehidupan kita, Dia telah lebih dahulu
merancangkan masa depan yang indah nan bahagia bagi kita umat ciptaannya.
Itulah Allah kita. Bantuan-Nya sungguh tidak terduga, dan tepat pada waktunya.
Jika direnungkan kembali. Sebenarnya pergumulan dan
tantangan kehidupanlah yang membuat kita semakin menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Tuhan. Pergumulan dan tantanganlah yang menyadarkan kita bahwa kita
hanyalah manusia biasa, manusia ciptaan yang berdosa. Pergumulan dan tantangan
kehidupanlah yang membuat kita semakin mensyukuri semua yang kita miliki;
keluarga, sahabat, pengalaman, kemampuan, jabatan, bakat, dan kehidupan.
Pergumulan dan tantangan kehidupan-lah yang membuat kita menaikkan ucapan
syukur kepada Allah. Saat kita bisa keluar dari keputus-asaan, ketidak
berdayaan, dan berbeban berat, mulut kita pun berucap; “Tuhanlah yang
memampukan”.
Akhirnya. Semoga kita tetap memiliki keyakinan yang
sungguh bahwa Allah kita akan selalu memberikan kekuatan dan pertolongan bagi
kita untuk menjalani pergumulan dan tantangan kehidupan dalam dunia yang penuh
“kerusuhan” ini. Amin. (FPK)
YOSUA 2:8-13
BERITA
Zaman sekarang ini berita menjadi “Santapan” kita
setiap hari. Ada berita yang disampaikan melalui media elektronik, yaitu
melalui televisi, contohnya; seputaran Indonesia, liputan 678, kabar-kabur, dan
sebagainya. Media cetak pun tidak mau ketinggalan untuk Eksis “menularkan”
berita. Setiap pagi pasti kita akan bertemu dengan seseorang yang
berteriak-teriak; “berita hangat! berita hangat! Kopi hangat 2.000 rupiah! Ups…
salah. Maksudnya; “berita hangat! Berita hangat! Bumi semakin panas! Hutan
semakin gundul, Kipas angin semakin diburuh”. Orang itu sedang meneriakkan
berita utama Koran yang dijualnya. Setelah berteriak pasti dia akan mendekati
orang-orang di sekitarnya dan berkata “koran pak”? Media online juga tidak mau
kalah, bahkan beritanya bisa diakses 1X24 Jam.
Mengenai isi beritanya, Ada bermacam-macam. Ada berita
serius, ada juga yang hanya sekedar untuk mencari sensasi. Berita serius,
Contohnya; bencana Alam, peperangan, krisis dunia, politik dan sebagainya.
Berita untuk mencari sensasi; ya, Infotaiment! Dengan banyaknya media pemberitaan,
sebuah berita pada zaman sekarang ini pasti akan cepat tersebar. Persitiwa
besar yang terjadi pagi hari, sudah bisa diketahui oleh semua orang diseluruh
dunia pada siang harinya. Bahkan ada perstiwa yang belum terjadi, namun sudah
bisa membuat heboh suatu tempat. Contohnya, konser Justin Bieber di Manado.
Pasti 5 bulan sebelum konser, Manado sudah heboh. Bahkan seringkali agar
beritanya lebih “menarik” ditambahkanlah “bumbu-bumbu penyedap”. Dengan
“bumbu-bumbu penyedap” ini, peristiwa kecil bisa menjadi berita besar. Orang
biasa bisa menjadi orang terkenal, Seperti Caiya, Caiya, Caiya.
Ya, Harus diakui. Dengan banyaknya media pemberitaan,
berita di zaman sekarang ini sangat berpengaruh besar untuk mengubah pemahaman,
keyakinan dan pendapat pendengar berita. Berita Bisa juga mengerakkan massa,
dan membuat seseorang menjadi terkenal.
Berita. Itu jugalah yang menjadi inti dalam bacaan
kita ini. Berita tentang penyertaan Allah atas bangsa Israel. Tapi ada yang
aneh. Bukankah di zaman Yosua dahulu belum ada media untuk menyampaikan berita;
baik elektronik, cetak, apalagi online. Tapi mengapa berita penaklukkan tanah
Kanaan sudah tersebar luas? bahkan dikatakan karena berita itu, tawarlah hati
dan jatuhlah semangat orang-orang negeri Kanaan untuk melawan Bangsa Israel. jawabnya,
karena berita penaklukkan tanah Kanaan oleh bangsa Israel merupakan berita
besar. Berita yang menjadi “buah bibir” orang-orang di tanah Kanaan. Berita yang hanya tersebar dari
mulut ke mulut namun sangat mempengaruhi keyakinan bahkan membuat ketakutan
orang yang mendengarnya.
Berita penyertaan Allah kepada bangsa Israel inilah
yang mempengaruhi keyakinan Rahab. Ketika dia mendengar Rencana penyerbuan
bangsa Israel, muncul-lah ketakutan dalam dirinya. Karena berita ini jugalah sehingga
Rahab bersedia membantu 2 orang pengintai yang diutus Yosua mengintai tanah
Kanaan. Ternyata, Rahab membantu karena ada maksud. Supaya ketika datang waktu
penyerangan, dia dan keluarga dapat selamat. Namun bukan itu inti sebenarnya
berita Yosua 2:8-13 untuk kita penerima berita sekarang ini. Inti sebenarnya,
yaitu; Rahab yang adalah perempuan sundal, Bangsa Kafir, seorang Kanaan,
meyakini akan kemahakuasaan Allah bangsa Israel. Perbuatannya mempertaruhkan
nyawa untuk 2 pengintai orang Israel adalah bentuk kesaksian dan kesungguhan
hati Rahab untuk mempercayakan diri pada Allah orang Israel. Berita yang
didengar oleh Rahab membuatnya mempercayai kemahakuasaan Allah bangsa Israel. keyakinan
iman dan perbuatan Rahab inilah yang ingin disampaikan Yosua 2:8-13 pada kita
di zaman sekarang ini.
Marilah kita merenung sejenak. Perempuan Sundal, dan
kafir seperti Rahab saja mempercayai kemahakuasaan Allah dan mewujud nyatakan
kepercayaannya itu dalam tindakannya. Bagaimana dengan kita? orang percaya yang
telah diselamatkan dan mendapatkan jaminan kehidupan yang kekal. (FPK)
YOSUA 2:14
PERBUATAN
BAIK YANG BERBUAH MANIS
Perbuatan Rahab yang mempertaruhkan nyawanya untuk
menolong 2 orang pengintai bangsa Israel yang dikejar-kejar pasukan raja
Yericho, Berbuah manis. Ada janji keselamatan baginya dan keluarganya.
Perbuatan baiknya, berbuah manis.
Ketika membaca bagian bacaan ini kita pasti
berpendapat bahwa Perbuatan baik Rahab kepada 2 orang pengintai dari bangsa
Israel ternyata memiliki maksud, yaitu; agar dia dan keluarganya mendapatkan
jaminan keselamatan. Namun apa benar demikian? Ada benarnya sie, namun ada
makna yang lebih dalam dari tindakan Rahab ini. Marilah kita coba menempatkan
diri pada posisi Rahab saat itu. Perbuatannya menolong orang Israel yang notabene musuh bangsanya adalah
perbuatan yang berbahaya. Membutuhkan keberanian dan keyakinan iman yang besar
untuk melakukan hal itu. Apalagi tidak ada jaminan bahwa perbuatannya itu akan
mendapatkan ganjaran yang setimpal, yaitu janji keselamatan bagi dia dan
keluarganya. Keyakinan iman Rahab akan kemahakuasaan Allah bangsa Israel-lah yang
kemudian mendorongnya untuk menolong 2 orang pengintai bangsa Israel. Dari sini
kita bisa meyakini bahwa pertolongannya kepada 2 orang pengintai dari bangsa
Israel ternyata tulus, dan semata-mata merupakan respon imannya kepada Allah
bangsa Israel. Perbuatan baiknya kepada 2 orang pengintai bangsa Israel
merupakan respon imannya akan kamahakuasaan Allah bangsa Israel.
Tentu setiap kita pernah, bahkan sering melakukan perbuatan
baik. Membantu orang tua, memberikan uang pecahan se-ribu-an, dua-ribu-an,
bahkan 5 ribu-an kepada mereka yang meminta-minta di jalanan. Keyakinan saya, perbuatan
baik pasti akan berdampak baik. Namun sebagai orang percaya, perbuatan baik
yang kita lakukan semata-mata bukan untuk mendapatkan balasan. Bukan pula untuk
mendapatkan pujian. Perbuatan baik kita dengan membantu orang yang membutuhkan,
menghibur orang yang berduka dan berbeban berat, Semata-mata merupakan respon
iman kita atas berkat Allah yang melimpah kepada kita. Perbuatan baik kita
bukan agar kita mendapatkan imbalan dan pujian melainkan respon iman kita
ketika mengaku diri sebagai orang percaya, pengikut Kristus yang telah
mendapatkan anugerah terindah, yaitu; keselamatan. Berbicara mengenai dampak
dari perbuatan baik. Jika perbuatan baik kita benar-benar tulus, maka perbuatan
baik itu dapat menciptakan hubungan yang baik dengan sesama kita manusia. Bahkan dengan perbuatan baik yang tulus itu, “Lawan”
kita sekalipun dapat luluh, dan menjadi kawan sejati kita.
Singkatnya perbuatan baik Rahab berbuah manis. Lalu
jawab kedua orang itu (pengintai yang diutus Yosua); “nyawa kamilah jaminan bagi kamu asal jangan kaukabarkan perkara kami
ini; apabila Tuhan nanti memberikan negeri ini kepada kami, maka kami akan
menunjukkan terima kasih dan setia kami padamu”.
Semoga kita selalu menunjukkan perbuatan baik kepada
mereka yang memerlukan pelayanan kasih dari kita. Perbuatan baik yang kita lakukan
untuk meresponi karya keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus yang
mengorbankan nyawa-Nya dan bangkit pada hari ke-tiga, naik ke sorga dan
bersama-sama dengan kita sekarang ini melalui kuat kuasa Roh Kudus yang Ajaib.
Amin. (FPK)
YOSUA 15-22
TANDA
KESELAMATAN
“Haruslah
tali dari benang kirmizi ini kau ikatkan pada jendela tempat engkau menurunkan
kami”. Tali dari benang kirmizi menjadi
tanda. Tanda apa? Tanda keselamatan. Dengan memasang tali kirmizi di jendela
rumahnya maka semua orang yang berdiam dalam rumahnya akan selamat dari
penyerbuan bangsa Israel. Rumah siapa? Rumah Rahab. Siapa Rahab? Perempuan
sundal, orang kafir, penduduk tanah kanaan. Ha! Tanda keselamatan itu diberikan
untuk bangsa kafir, orang kanaan, Musuh bangsa Israel! Yup… Mengapa? Tanda
keselamatan itu diberikan karena keyakinan iman Rahab yang meyakini
kemahakuasaan Allah. Bahkan Keyakinannya ini diwujud nyatakan dalam tindakan ketika
dia menolong 2 orang pengintai bangsa Israel yang terjebak dalam rumahnya. Coba
kita bayangkan jika Rahab tidak menolong mereka. Pasti 2 orang pengintai
tersebut sudah ditangkap oleh pasukan raja Yericho, dan pasti mereka akan
dihukum mati; ya, paling ringan dijebloskan ke dalam penjara. Jika hal itu
terjadi maka misi pengintaian yang ditugaskan Yosua kepada 2 orang pengintai
itu sudah pasti gagal. Keberhasilan misi 2 orang pengintai ini 75-persennya
disebabkan oleh Rahab. Namun, tanda keselamatan diberikan kepada Rahab dan
keluarganya bukan karena perannya membantu 2 orang pengintai bangsa Israel
sehingga misi mereka berhasil. Keselamatan diberikan kepada Rahab dan keluarganya karena keyakinan iman
Rahab pada kemahakuasaan Allah.
Nah, sekarang ini keselamatan telah diberikan Allah
pada kita manusia, termasuk juga orang muda. Pertanyaannya, apa yang akan kita
lakukan untuk meresponi “anugerah terindah” Allah dalam hidup kita? berbuat
baik! Yup, betul. Namun ingat bahwa berbuat baik bukan karena ingin mendapatkan
imbalan atau pujian melainkan semata-mata respon atas anugerah keselamatan
Allah. Apa lagi? Mempergunakan talenta untuk kemuliaan nama Tuhan. Rajin memberi
diri dalam pertemuan-pertemuan ibadah. Rajin belajar. Menghormati orang tua.
Dan masing banyak lagi. Jika disebutkan satu persatu, renungan ini bisa menjadi
4 atau 5 halaman.
Dari bagian bacaan ini, semoga kita menyadari bahwa
tindakan/ perbuatan kita adalah cerminan keyakinan iman kita pada Allah. Rahab
yang adalah perempuan sundal, penduduk tanah kanaan, orang kafir, meyakini akan
kemahakuasaan Allah dan mewujud nyatakan keyakinannya dalam tindakannya. Bagai mana
dengan kita? kita yang mengaku diri sebagai orang percaya, pengikut Kristus,
Orang yang telah menerima anugerah terindah, yaitu; keselamatan. Apa yang telah
kita lakukan untuk merespon semua “anugerah terindah” Allah kepada kita? (FPK)
YOSUA 22-24
BAGUS,
KALIAN TELAH MENJALANKAN TUGAS DENGAN BAIK
Setelah melewati tantangan berat dalam menjalani misi
pengintaian (Bersembunyi di rumah perempuan sundal, hampir ditanggap pasukan Raja
Yericho, dan tinggal di pegunungan selama 3 hari dengan nyawa menjadi taruhannya),
akhirnya misi pengintai pun berhasil dijalankan dengan baik. Tibalah saatnya untuk
memberikan laporan hasil pengintaian. Melapor Kepada siapa? Ya, kepada Yosua
yang memberikan tugas pengintaian kepada mereka. Apa isi laporan mereka? Hehehe…
sabar ya.
Pasti sebagai orang mudah. Kita sering menerima tugas
dan tanggung jawab. Baik sebagai panitia dalam sebuah kegiatan; menjadi ketua,
sekertaris, bendahara, seksi ini, seksi itu. Juga Sebagai komisi, bahkan
sebagai penatua. Ketika kita diberikan tugas tanggung jawab tentu kita harus
melakukan tanggung jawab itu dengan sebaik mungkin. Apalagi tanggung jawab dalam
pelayanan. Melakukan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Setelah
tugas dan tanggung jawab yang diembankan pada kita selesai. Tentu kita harus membuat
sebuah laporan. Percuma membuat sebuah kegiatan yang besar dan akbar namun
tidak ada pertanggung jawabannya/ laporannya. laporan harus ada! Melapor kepada
siapa? Ya, kepada mereka yang memberikan tugas kepada kita. Laporan adalah
bukti bahwa kita merupakan orang yang bertanggung jawab dan pantas menerima
tugas yang lebih besar lagi.
Sebenarnya tugas dan tanggung jawab yang diberikan
kepada kita merupakan penghormatan dan pengakuan akan kemampuan kita. Yosua ketika
memilih 2 orang yang akan menjadi pengintai tentu bukan hanya asal tunjuk saja.
pasti 2 orang yang dipilih untuk mengintai tanah Kanaan bukanlah orang-orang
sembarangan. Tentu Yosua meyakini 2 orang yang dipilihnya itu mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik. Apalagi tugas pengintaian tanah Kanaan sangat
penting karena akan memberikan gambaran bagaimana seluk beluk tanah Kanaan dan
apa yang dilakukan penduduk tanah Kanaan. Tentu saja 2 orang ini merupakan
orang terbaik dari bangsa Israel.
Kembali pada persoalan laporan. Sama seperti yang
dilakukan oleh 2 orang pengintai yang diutus Yosua. Mereka diberikan
kepercayaan untuk memantau. Tentu ini bukanlah sebuah tugas yang ringan. Bahkan
nyawa mereka adalah taruhannya. Mereka pun melaksanakan Tugas yang diberikan.
Setelah selesai, mereka kembali dan melaporkan hasil pengintaian kepada Yosua
yang menugaskan mereka. Apa hasil pengintaian mereka? “Tuhan telah menyerahkan seluruh negeri ini ke dalam tangan kita,
bahkan seluruh penduduk negeri itu gemetar menghadapi kita”. Marilah kita
sedikit berimajinasi. Setelah menerima laporan itu, Yosua pun berkata: “Bagus,
kalian telah menjalankan Tugas dengan baik”.
Semoga kita pun bisa menjalankan tugas dan tanggung
jawab yang diembankan kepada kita dengan baik. Eits, jangan lupa dengan
laporannya. Amin. (FPK)
YOSUA 2:1-24
PEMIMPIN
YANG BIJAK, KESELAMATAN, DAN ALLAH YANG SETIA
Kitab Yosua merupakan lanjutan perjalanan umat Israel
yang dicatat dalam kitab Ulangan. Kitab Yosua menceritakan bagaimana perjalanan
umat Israel untuk merebut tanah Kanaan. Kemudian juga mencatat mengenai
pembagian tanah untuk suku-suku Israel. Pendudukan tanah Kanaan oleh bangsa
Israel dilakukan oleh generasi baru; dengan pemimpin yang baru pula. Yosua
ditetapkan Allah menjadi penganti Musa dan mendapatkan tugas berat untuk
membawa bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.
Ternyata di zaman Bangsa Israel dahulu regenerasi
kepemimpinan sudah terjadi. Pasti oleh Musa, Yosua telah dipersiapkan
menggantikan posisinya untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.
Bagaimana dengan kondisi kita sekarang ini? Wow, aneh bin ajaib. Zaman sekarang
banyak pemimpin yang ketika “duduk”, lupa “berdiri”. Lebih tepatnya lagi ketika
“duduk”, tidak mau “berdiri”. Banyak orang yang ingin terus memimpin dan tidak
ingin menyiapkan generasi penggantinya. Ya, menjadi pemimpin zaman sekarang ini
sungguh menyenangkan. Menjadi pemimpin, pasti dilayani. Berbeda dengan pemimpin
di zaman bangsa Israel dahulu; Menjadi pemimpin, haruslah melayani dengan
sungguh.
Sebenarnya tidak masalah berapa lama seseorang
memimpin. 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, terserah! Asalkan orang tersebut masih
mampu menjalankan tugasnya dengan baik; sehat jasmani maupun rohani. Mampu
menjadi pemimpin yang baik, berhikmat, takut akan Tuhan, dan tentu saja masih
diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya. Jika salah satu kriteria itu sudah
tidak terpenuhi, tentu haruslah bersedia untuk menyerahkan tampuk
kepemimpinannya kepada generasi baru. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
menyiapkan pengantinya, dan tahu kapan harus menyerahkan tongkat estafet
kepemimpinannya. Apakah ada pemimpin seperti itu di zaman sekarang ini? Mudah-mudahan….
Namun yang pasti, kita sebagai pemuda gereja haruslah mempersiapkan diri
menjadi pemimpin yang baik.
Setelah kematian Musa, tugas memimpin umat Israel
berada di tangan Yosua. Tugasnya jelas, membawa umat Israel memasuki tanah
Kanaan. Sebuah tugas yang bukanlah ringan. Memasuki tanah Kanaan yang tidak
“bertuan”, tentu mudah! Namun bagaimana jika tanah Kanaan ternyata didiami oleh
suku bangsa lain? Tentu bangsa yang mendiami tanah Kanaan tidak mau begitu saja
menyerahkan tanah mereka kepada bangsa Israel. Jika sudah seperti ini, tentu
sulit. Memang Allah telah memberikan janji-Nya. Dalam Yosua pasal 1, Allah
menjanjikan kemenangan kepada bangsa Israel. Namun bukan berarti juga bangsa
Israel tidak melakukan persiapan. Persiapan perlu dilakukan sambil tentu saja
berserah kepada Tuhan, sang Empunya kehidupan. Kemenangan memang dijanjikan
Allah kepada bangsa Israel, namun bukan berarti kemenangan itu akan datang dengan
sendirinya. Harus ada usaha, dan kerja keras.
Bagian yang menjadi bahan renungan kita, yaitu; Yosua
2:1-24. Bercerita mengenai tindakan Yosua mengutus 2 orang pilihan untuk
memata-matai tanah Kanaan. Yosua mulai menjalankan rencananya. Disini kita
dapat melihat betapa berhikmatnya Yosua sebagai seorang pemimpin. Selanjutnya dalam
Pasal 2 Diceritakan mengenai “petualangan” 2 orang pengintai yang diutus Yosua
untuk mengintai tanah Kanaan. Bahkan diceritakan khusus; Bagaimana mereka
bertemu dengan Rahab, perempuan sundal, orang kafir, bangsa kanaan, yang
ternyata memberikan mereka tumpangan bahkan menolong mereka dari kejaran
pasukan raja Yericho. Diceritakan juga bagaimana Rahab mengabarkan kepada 2
orang pengintai yang dia selamatkan itu tentang berita yang beredar dikalangan
bangsanya mengenai kemahakuasaan Allah bangsa Israel, dan rencana penaklukkan
tanah Kanaan oleh bangsa Israel membuat gentar bangsa-bangsa di tanah Kanaan. Diceritakan
juga Bagaimana Rahab memohon supaya dia dan keluarganya dapat selamat dari
penaklukkan bangsa Israel. tercatat juga janji dari ke-2 orang pengintai itu
untuk menyelamatkan Rahab dan keluarganya. Dan juga kisah perjuangan ke-2
pengintai itu untuk dapat kembali kepada Yosua guna melaporkan hari pengintaian
mereka.
Pertanyaannya, apa makna cerita “pengintai-pengintai
di Yericho” untuk kita pembaca sekarang ini? bahkan pertemuan ke-2 orang
pengintai dengan Rahab seolah-olah diberikan perhatian khusus. Jawabannya.
Pertama: Keselamatan Allah berlaku juga untuk bangsa kafir, Orang kanaan, Orang
berdosa. Rahab yang adalah perempuan sundal, bangsa kanaan, orang berdosa,
menerima keselamatan dari Allah. Penyelamatan Allah itu jugalah yang berlaku bagi
kita semua orang percaya di segala zaman. Kitalah orang berdosa yang diangkat
Allah menuju terang-Nya yang ajaib sehingga berhak memperoleh kehidupan yang
kekal. Iman kitalah yang menyelamatkan kita. Kedua: Tanggung jawab. Ketika kita
diberikan tugas, lakukanlah itu dengan segenap hati dan laporkanlah hasil pekerjaan
kita. Seperti yang dilakukan oleh 2 pengintai yang diutus Yosua. Pada bagian
akhir cerita dikatakan mereka pun melaporkan hasil pengintaian mereka kepada
Yosua. Ketiga: Penyertaan Tuhan akan selalu nyata dalam kehidupan umat-Nya. Dia
tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya dan pertolongan dari-Nya sungguh tak
terduga.
Dari cerita ini, mengajarkan kepada
kita mengenai sosok pemimpin yang bijak. Juga meyakinkan kita bahwa Allah yang
kita sembah tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia yang telah menyelamatkan
kita dari “lumpur” dosa lewat kematian dan kebangkitan-Nya, Dia jugalah yang
akan selalu menjaga kehidupan kita. Semoga kasih karunia dan damai sejahtera
Allah selalu menjadi bagian kehidupan kita. Amin (FPK)
Ditulis for obor edisi Januari 2012